Studi: Serotonin Rendah Bukan Penyebab Depresi

Penggunaan antidepresan dipertanyakan

Banyak orang yang berpikir bahwa salah satu penyebab utama depresi adalah berkurangnya aktivitas hormon serotonin di otak. Akan tetapi, analisis terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Psychiatry menunjukkan bahwa depresi tidak disebabkan oleh kadar serotonin yang rendah. 

Para peneliti yang terlibat dalam tinjauan tersebut percaya bahwa depresi tidak disebabkan oleh ketidakseimbangan kimiawi dari molekul saraf otak. Analisis ini tentunya menimbulkan diskusi baru terkait efek antidepresan dalam mengatasi depresi.

Perlu diingat bahwa keterkaitan reaksi kimia dan neurologis terhadap depresi adalah hal yang sangat kompleks. Analisis ini tidak serta merta menghilangkan aspek serotonin dalam mengatasi depresi. 

1. Menggunakan 17 studi yang relevan

Studi: Serotonin Rendah Bukan Penyebab Depresiilustrasi otak manusia (pixabay.com/Raman Oza)

Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis dan mengevaluasi bukti tentang depresi yang dikaitkan dengan penurunan konsentrasi atau aktivitas serotonin menggunakan tinjauan payung sistematis dari penelitian yang relevan.

Ada 17 studi yang digunakan dalam analisis ini, yang mana ini termasuk 12 tinjauan sistematis dan metaanalisis, satu metaanalisis kolaboratif, satu metaanalisis penelitian kohort besar, satu tinjauan sistematis dan sintesis naratif, satu penelitian asosiasi genetik, serta satu tinjauan payung.

Para peneliti yang terlibat dalam analisis ini dialokasikan untuk meninjau satu hingga tiga domain penelitian serotonin. Ini dilakukan untuk mencari dan menyaring studi yang memenuhi syarat penelitian yang akan ditinjau. 

2. Tidak ada bukti konsisten tentang serotonin rendah bisa menyebabkan depresi

Studi: Serotonin Rendah Bukan Penyebab Depresiilustrasi otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Dari hasil analisis tersebut, ditemukan bahwa serotonin dan senyawa pecahannya dalam darah maupun otak memiliki kadar yang serupa pada orang dengan dan tanpa depresi.

Selain itu, studi di mana kadar serotonin orang sehat diturunkan secara artifisial melalui diet khusus menemukan bahwa hal tersebut tidak meningkatkan mereka terkena depresi.

Untuk tinjauan studi genetik, tidak ditemukan perbedaan dalam gen terkait serotonin antara orang dengan depresi dan partisipan yang sehat.

"Setelah banyak penelitian yang dilakukan selama beberapa dekade, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa depresi disebabkan oleh kelainan serotonin, terutama oleh tingkat yang lebih rendah atau berkurangnya aktivitas serotonin," ucap Joanna Moncrieff, MD, profesor psikiatri di University College London, dalam berita rilis yang dilansir EurekAlert

Baca Juga: Berdiri dengan Satu Kaki Bisa Menjadi Indikator Kesehatan

3. Penggunaan antidepresan jadi dipertanyakan

Studi: Serotonin Rendah Bukan Penyebab Depresiilustrasi obat antidepresan (unsplash.com/Hal Gatewood)

Analisis baru ini juga mempertanyakan peran antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dalam mengatasi ketidakseimbangan kimia dalam tubuh.

Joanna, selaku pemimpin analisis tersebut, mengatakan bahwa temuan ini diharapkan bisa memberi informasi yang lebih terkait penggunaan antidepresan pada orang dengan depresi.

Ia menambahkan bahwa ribuan orang mengalami efek samping dari penggunaan antidepresan. Temuan ini bisa menjadi awal untuk menghentikan penggunaan antidepresan dalam mengatasi depresi.

Para peneliti mengingatkan bagi siapa pun yang ingin berhenti menggunakan antidepresan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan terlebih dahulu. Penelitian lebih lanjut terkait penggunaan antidepresan masih terus dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.

Baca Juga: Suicidal Thought: Tanda, Pengobatan, Pencegahan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya