9 Risiko Menggunakan Epidural saat Melahirkan

- Epidural bisa mengurangi rasa sakit saat persalinan, tetapi dapat menyebabkan nyeri punggung setelahnya.
- Pemberian epidural dapat menurunkan tekanan darah, menyebabkan kesulitan bernapas, dan ketidakmampuan untuk berjalan.
- Infeksi, sakit kepala parah, kejang, kerusakan saraf, hingga risiko kematian adalah efek samping lain dari penggunaan epidural, tetapi tergolong jarang terjadi.
Persalinan sangatlah berat dan menyakitkan. Untungnya, tersedia berbagai metode untuk membuat pengalaman melahirkan jadi lebih nyaman, salah satunya dengan epidural.
Epidural adalah anestesi yang ditujukan untuk mengurangi rasa sakit sehingga persalinan menjadi pengalaman yang tidak terlalu melelahkan dan menyakitkan. Meskipun begitu, penggunaan epidural bukanlah tanpa risiko. Apa saja risiko efek samping penggunaan epidural saat melahirkan?
1. Sakit punggung setelah melahirkan
Epidural memang bisa membuat persalinan tidak terlalu menyakitkan. Namun, begitu bayi lahir, punggung bisa terasa sangat pegal. Rasa sakit ini bisa bertahan selama beberapa hari.
Sebenarnya, sakit punggung merupakan efek samping kehamilan yang umum, bahkan pada perempuan yang tidak menggunakan epidural. Ini karena beban perut memberikan tekanan ekstra pada punggung.
Terkadang, sulit untuk mengetahui apakah penyebab nyeri punggung adalah akibat epidural atau ketegangan akibat bertambahnya beban kehamilan.
2. Tekanan darah rendah

Banyak perempuan yang diberi epidural saat persalinan mengalami penurunan tekanan darah. Ini terjadi karena epidural memengaruhi serabut saraf yang mengontrol kontraksi otot di dalam pembuluh darah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah menjadi rileks sehingga menurunkan tekanan darah.
Sering kali, penurunan tekanan darah ini tidak berbahaya. Namun, jika tekanan darah turun terlalu rendah, ini bisa memengaruhi aliran darah ke bayi. Untuk mengurangi risiko ini, biasanya perempuan yang akan melahirkan diberi cairan intravena sebelum epidural.
Tekanan darah juga akan diperiksa selama persalinan. Jika dirasa perlu, dokter akan memberikan obat untuk mengobati tekanan darah.
3. Napas lambat
Terkadang, obat yang digunakan untuk epidural dapat memengaruhi otot di dada yang mengontrol pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan pernapasan melambat atau masalah pernapasan lainnya.
Kabar baiknya, tim medis dapat mengatasinya dengan mudah.
4. Tidak bisa berjalan

Salah satu efek samping epidural adalah ketidakmampuan untuk berjalan. Jika obat diberikan dalam dosis rendah, kamu mungkin masih bisa berdiri dan berjalan dengan bantuan. Akan tetapi, dalam dosis tinggi, ini bisa membuat tubuh bagian bawah benar-benar mati rasa.
Mati rasa pada tubuh bagian bawah bisa menyebabkan proses persalinan terasa makin berat. Untungnya, efek ini biasanya hanya berlangsung selama setengah jam pasca injeksi epidural.
5. Hilangnya kendali kandung kemih
Setelah diberi epidural, kamu mungkin tidak bisa merasakan saat kandung kemihmu penuh dan bahwa kamu perlu ke kamar mandi. Ini bisa terjadi karena epidural memengaruhi saraf di sekitar kandung kemih. Efek ini bisa berlangsung selama sekitar 24 jam pertama pascapersalinan.
Untuk mengatasinya, tim perawatan mungkin akan memasang kateter untuk mengalirkan urine. Begitu efek epidural habis, kandung kemih akan kembali normal.
6. Sakit kepala

Sakit kepala parah juga bisa terjadi akibat pemberian epidural. Ini bisa terjadi saat kantong cairan yang mengelilingi tulang belakang tertusuk secara tidak sengaja.
Sakit kepala ini bisa diobati dengan pengobatan khusus. Prosedur ini dikenal sebagai tambalan darah yang digunakan untuk menutup tusukan. Ini melibatkan pengambilan sampel kecil darah dan memasukkannya ke dalam tusukan. Ketika darah menggumpal, lubangnya akan tertutup dan sakit kepala akan berhenti.
7. Infeksi
Pemberian epidural melibatkan injeksi dengan jarum suntik. Ini menyebabkan terbentuknya lubang pada kulit yang dapat memicu masuknya bakteri. Infeksi juga dapat menyebar ke bagian lain tubuh.
Untungnya, kasus infeksi akibat epidural jarang terjadi. Ini karena jarum yang digunakan steril dan kulit dibersihkan sebelum injeksi.
8. Kejang

Juga jarang terjadi, epidural dapat memicu kejang apabila obat pereda nyeri masuk ke pembuluh darah. Kejang adalah gemetar atau kejang akibat aktivitas listrik abnormal di otak.
Kejang adalah ledakan aktivitas listrik yang tiba-tiba dan tidak terkendali di otak. Kejang dapat menyebabkan perubahan perilaku, gerakan, perasaan, dan tingkat kesadaran.
9. Kerusakan saraf
Jarum yang digunakan untuk memberikan epidural dapat mengenai saraf, yang menyebabkan hilangnya sensasi sementara atau permanen di tubuh bagian bawah.
Pendarahan di sekitar area sumsum tulang belakang dan penggunaan obat yang salah dalam epidural juga dapat menyebabkan kerusakan saraf.
Kabar baiknya, efek samping ini sangat jarang terjadi, diperkirakan berkisar antara 1:1.000 hingga 1:100.000. Dalam banyak kasus, gejala membaik atau hilang dalam beberapa minggu atau bulan.
Risiko masalah yang berlangsung lebih lama adalah kerusakan permanen (1 dari 23.500 hingga 50.500) dan paraplegia atau kematian (1 dari 54.500 hingga 1 dari 141.500).
Segera beri tahu dokter anestesi jika kamu mengalami gejala seperti mati rasa atau kesemutan setelah efek epidural seharusnya hilang.
Prosedur epidural saat melahirkan adalah prosedur umum, efektif, dan aman. Akan tetapi, prosedur ini tidak lepas dari efek samping. Mengetahui potensi efek sampingnya dapat membantumu bersiap. Jangan segan bertanya kepada dokter tentang epidural untuk mengetahui apakah prosedur ini tepat untukmu.
Referensi
Healthline. Diakses pada Juni 2024. Risks of Epidurals During Delivery.
National Health Services. Diakses pada Juni 2024. Epidural.
WebMD. Diakses pada Juni 2024. What Are the Pros and Cons of Epidurals During Childbirth?
Mayo Clinic. Diakses pada Juni 2024. Seizure.
Information for Patients: The Royal College of Anaesthetists. Diakses pada Juni 2024. Nerve damage associated with a spinal or epidural injection.