Berencana Tindik Puting? Kenali Dulu 6 Risikonya

- Tindik puting bisa menyebabkan risiko penularan virus herpes simpleks, HIV, hepatitis B, dan C
- Abses dan bekas luka adalah komplikasi umum dari tindik puting yang memerlukan perhatian medis.
- Tindik puting juga dapat menyebabkan robekan jaringan, kerusakan saraf, dan reaksi alergi pada kulit di sekitar puting.
Banyak orang melakukan tindik atau piercing di bagian tubuhnya. Ini bisa di mana pun, termasuk puting.
Walaupun tindik banyak dilakukan dan tampaknya tidak berbahaya, tetapi ini membawa risiko kesehatan yang harus kamu ketahui sebagai bahan pertimbangan. Nah, inilah beberapa risiko kesehatan dari tindik puting.
1. Penyakit yang bisa menular lewat darah
Tindakan apa pun, dan di mana pun, dapat meningkatkan risiko terkena virus yang ditularkan melalui darah. Ini bisa terjadi terutama jika peralatan yang digunakan tidak dibersihkan dan disterilkan dengan benar.
Inilah beberapa virus yang harus kamu waspadai:
- Virus herpes simpleks: Ada risiko terkena virus herpes simpleks lewat tindik di mulut. Namun, belum ada bukti ini terjadi pada tindik kulit atau puting.
- Human immunodeficiency virus (HIV): Sementara HIV lebih kecil kemungkinannya terjadi dari satu tusukan jarum dibandingkan dari tusukan jarum yang berkepanjangan seperti saat membuat tato, tetapi menurut studi masih ada risiko kecil penularan.
- Hepatitis B dan C: Hepatitis B adalah virus yang memengaruhi hati yang ditularkan melalui darah yang terkontaminasi. Jarum, terutama dalam pengaturan tato dan tindik, adalah beberapa kemungkinan sumber infeksi. Sementara itu, hepatitis C adalah infeksi hati yang menyebar lewat kontak dengan darah yang terinfeksi, termasuk dari jarum yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi. Karena alasan inilah peralatan tindik harus sekali pakai atau disterilkan dengan benar—tidak hanya disanitasi—setelah digunakan. Carilah tempat tindik maupun tato yang memahami dengan benar akan risiko ini.
2. Abses

Abses adalah benjolan berisi nanah yang menyakitkan, yang bisa terbentuk di bawah kulit akibat infeksi. Ini merupakan komplikasi umum dari tindik puting, yang mengakibatkan kemerahan, bengkak, berdarah, dan mengeluarkan nanah. Abses juga bisa terjadi di bagian lain tubuh.
Abses puting tidak cukup hanya diobati dengan antibiotik. Pertama-tama abses harus dibersihkan dan dikeringkan, sering kali dengan pembedahan. Setelah dikeringkan, dokter akan meresepkan antibiotik untuk melawan infeksi.
Menurut studi, terkadang tindikan mungkin perlu diangkat secara permanen untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
Selain infeksi, tindik puting bisa menyebabkan masalah lain. Komplikasi ini bisa terjadi akibat teknik penindikan yang buruk, masalah dalam penyembuhan, atau penempatan tindik pada jaringan lunak.
3. Robekan
Tindikan di mana saja di tubuh bisa merobek kulit jika anting atau aksesori yang dipasang secara tidak sengaja tersangkut atau tercabut. Robekan juga bisa terjadi jika kamu tiba-tiba bergerak saat ditindik.
Beberapa jaringan, seperti puting atau alat kelamin, sangat lembut dan mudah robek. Risiko mengalami robekan meningkat jika orang yang menindik tidak cukup menusuk kulit agar tetap stabil dan aman.
Dalam beberapa kasus, robekan mungkin cukup parah sehingga memerlukan pembedahan korektif. Robeknya penindikan klitoris juga dapat mengurangi sensitivitas seksual.
4. Jaringan parut

Bekas luka selalu mungkin terjadi, seperti halnya prosedur apa pun. Beberapa orang memiliki bekas luka lebih banyak daripada yang lain.
Kamu mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami bekas luka jika memiliki keloid akibat jerawat, luka sayat, dan luka lainnya. Keloid adalah bekas luka yang menonjol.
5. Kerusakan saraf
Memang jarang terjadi, tetapi kadang tindik dapat menyebabkan kerusakan saraf, menyebabkan nyeri persisten, ketidaknyamanan, atau hilangnya sensasi. Kamu lebih mungkin mengalaminya jika telah mengalami infeksi atau robekan traumatis.
Area tindik tubuh di mana kerusakan saraf lebih umum adalah klitoris. Tindik di area ini telah dikaitkan dengan tingginya tingkat penurunan fungsi seksual dan hilangnya sensitivitas klitoris karena cedera saraf, menurut sebuah laporan kasus.
6. Dermatitis kontak alergi

Jenis dermatitis kontak ini terjadi jika kamu bersentuhan dengan alergen, termasuk nikel dan logam lain dalam perhiasan. Dermatitis ini juga dapat terjadi sebagai respons terhadap perekat dari perban dan bahan dalam antiseptik.
Kulit di sekitar puting susu mungkin meradang, merah, dan nyeri, biasanya dalam waktu 24–48 jam setelah penindikan.
Kalau kamu mengalami reaksi alergi terhadap penindikan, kamu mungkin perlu melepas tindikan agar ruamnya hilang.
Itulah beberapa risiko kesehatan dari tindik puting yang perlu kamu pertimbangkan. Infeksi tertentu bisa bersifat permanen, dan jika terjadi kesalahan kamu bisa mengalami efek jangka panjang.
Bicarakan dengan penindik atau dokter tentang semua kemungkinan risiko dan potensi efek jangka panjang dari tindik puting, sehingga kamu bisa membuat keputusan yang tepat.
Referensi
Messahel, Ahmed, dan Brian Musgrove. “Infective complications of tattooing and skin piercing.” Journal of Infection and Public Health 2, no. 1 (1 Januari 2009): 7–13.
"The Health Risks of Pierced Nipples." Verywell Health. Diakses Juni 2024.
Leibman, A. Jill, Monika Misra, dan Maria Castaldi. “Breast Abscess After Nipple Piercing.” Journal of Ultrasound in Medicine 30, no. 9 (1 September 2011): 1303–8.
Lee, Brigette, Ramya Vangipuram, dkk. “Complications associated with intimate body piercings.” Dermatology Online Journal 24, no. 7 (1 Januari 2018).
Moulton, Laura J., dan Amelia M. Jernigan. “Management of Retained Genital Piercings: A Case Report and Review.” Case Reports in Obstetrics and Gynecology 2017 (1 Januari 2017): 1–3.
"How to prevent keloid scars." American Academy of Dermatology Association. Diakses Juni 2024.
"Contact dermatitis." MedlinePlus. Diakses Juni 2024.