Chronic Venous Insufficiency: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Bisa terjadi karena berdiri atau duduk terlalu lama

Pembuluh darah di kaki membawa darah kembali ke jantung. Mereka memiliki katup satu arah yang mencegah darah mengalir mundur. Pada orang dengan chronic venous insufficiency (CVI) atau insufisiensi vena kronis, katup tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagian darah kembali ke kaki. Kondisi ini menyebabkan darah menggenang atau terkumpul di pembuluh darah.

Seiring waktu, CVI bisa menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan perubahan kulit kaki. Ini juga dapat menyebabkan luka terbuka atau borok di kaki. Untuk memahaminya lebih lanjut, simak terus ulasannya berikut ini, ya!

1. Penyebab

Chronic Venous Insufficiency: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis (gilvydisvein.com)

Vena atau pembuluh darah balik mengembalikan darah ke jantung dari semua organ tubuh. Untuk mencapai jantung, darah perlu mengalir ke atas dari pembuluh darah di kaki. Otot betis dan otot kaki perlu berkontraksi pada setiap langkah untuk menekan pembuluh darah dan mendorong darah ke atas. Untuk menjaga darah mengalir ke atas, tidak mundur, vena memiliki katup satu arah.

Insufisiensi vena kronis terjadi ketika katup ini rusak, memungkinkan darah bocor ke belakang. Kerusakan katup dapat terjadi sebagai akibat dari penuaan, duduk atau berdiri terlalu lama, atau kombinasi dari penuaan dan penurunan mobilitas. Ketika vena dan katup melemah ke titik di mana darah sulit mengalir ke jantung, tekanan darah di vena tetap tinggi untuk jangka waktu yang lama, yang mengarah ke CVI.

CVI paling sering terjadi sebagai akibat dari bekuan darah di vena dalam kaki, penyakit yang dikenal sebagai deep vein thrombosis (DVT). CVI juga merupakan hasil dari tumor panggul dan malformasi vaskular, dan kadang terjadi karena alasan yang tidak diketahui. Kegagalan katup di pembuluh darah kaki untuk menahan darah melawan gravitasi menyebabkan gerakan lambat darah keluar dari pembuluh darah, mengakibatkan kaki bengkak.

CVI yang berkembang sebagai akibat DVT juga dikenal sebagai sindrom pascatrombotik. Sebanyak 30 persen orang dengan DVT akan mengembangkan masalah ini dalam waktu 10 tahun setelah diagnosis.

2. Faktor risiko

Chronic Venous Insufficiency: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis (rwjbh.org)

Perempuan diketahui lebih mungkin mengalami CVI dibanding laki-laki (berhubungan dengan kadar hormon progesteron). Risikonya pun meningkat bila kamu:

  • Obesitas.
  • Usia di atas 50 tahun.
  • Sedang hamil atau hamil lebih dari satu kali.
  • Ada riwayat CVI dalam keluarga.
  • Memiliki riwayat pembekuan darah.
  • Perokok.
  • Mengalami varises.
  • Memiliki kondisi flebitis, yaitu pembengkakan vena superfisial.
  • Tekanan darah tinggi pada pembuluh kaki dari waktu ke waktu, akibat duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama.
  • Mengalami kerusakan pada kaki karena cedera, operasi, atau pembekuan darah sebelumnya.
  • Kurang atau jarang berolahraga.
  • Bekuan darah di vena dalam, seringnya di betis atau paha (DVT).

Baca Juga: Actinic Keratosis: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

3. Gejala

Chronic Venous Insufficiency: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi pembengkakan pada chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis (veinenvy.com)

Tingkat keparahan CVI, bersama kompleksitas pengobatan, meningkat seiring perkembangan penyakit. Itulah kenapa sangat penting untuk berobat ke dokter jika kamu memiliki salah satu gejalanya. Makin dini didiagnosis dan mendapat pengobatan, makin baik pula peluangnya untuk mencegah komplikasi serius, mengutip Cleveland Clinic.

Gejala-gejalanya meliputi:

  • Pembengkakan di kaki bagian bawah dan pergelangan kaki, terutama setelah lama berdiri
  • Sakit atau kelelahan di kaki
  • Varises baru
  • Kulit kaki tampak kasar
  • Ulkus stasis vena
  • Kulit kaki terkelupas atau gatal

Bila tidak diobati, tekanan dan pembengkakan meningkat hingga pembuluh darah terkecil di kaki (kapiler) pecah. Saat ini terjadi, kulit di atasnya berubah warna menjadi cokelat kemerahan dan sangat sensitif untuk rusak jika terbentur atau tergores.

Kapiler yang pecah dapat menyebabkan peradangan jaringan lokal dan kerusakan jaringan internal pada kasus minimal. Paling parahnya, ini bisa menyebabkan ulkus atau borok, luka terbuka di permukaan kulit. Ulkus stasis vena ini bisa sulit disembuhkan dan bisa terinfeksi. Bila infeksi tidak terkontrol, maka dapat menyebar ke jaringan sekitarnya (selulitis).

CVI sering dikaitkan dengan varises, yaitu pembuluh darah vena yang membengkak, membesar, dan seringnya tampak berkelok-kelok di bawah permukaan kulit. Ini dapat muncul di mana saja, tetapi paling sering di kaki.

4. Tahapan penyakit

Chronic Venous Insufficiency: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi chronic venous insufficiency (CVI) atau insufisiensi vena kronis (astraveinvascular.com)

CVI terbagi ke dalam tiga kategori, tergantung tingkat keparahan gejala. 

  • Tahap 1: Pembengkakan dan perubahan pigmentasi kulit menjadi ciri tahap ini.
  • Tahap 2: Pembengkakan, perubahan pigmentasi kulit, dan dermatitis adalah ciri tahap ini.
  • Tahap 3: Pembengkakan, perubahan pigmentasi kulit, varises, dan ulkus menjadi ciri tahap ini.

Insufisiensi vena dapat menyebabkan hipertensi vena kronis, yaitu kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi di pembuluh darah kaki. Gumpalan darah atau penyumbatan lain di pembuluh darah juga dapat menyebabkannya.

Jika tidak diobati, hipertensi vena kronis dapat menyebabkan kelainan pada kapiler di dalam jaringan kaki, yang mengakibatkan ulserasi, pembengkakan, dan hiperpigmentasi. Ini adalah kondisi di mana bercak kulit menjadi lebih gelap dari biasanya.

5. Diagnosis

Chronic Venous Insufficiency: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi diagnosis chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis (utswmed.org)

Dilansir Medical News Today, langkah pertama untuk mendiagnosis CVI adalah dengan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan meninjau riwayat kesehatan pasien dan status kesehatan saat ini. Prosedur diagnosis yang membantu menegakkan CVI dapat meliputi:

  • Venogram: Pemeriksaan dengan sinar-X untuk memeriksa bagaimana darah mengalir melalui pembuluh darah. Ini membutuhkan penyuntikan bahan kontras ke dalam vena. Dokter menggunakan tes diagnostik ini untuk menemukan bekuan darah dan mengevaluasi varises.
  • Duplex ultrasound: tes noninvasif ini memeriksa kecepatan dan aliran darah melalui vena dan arteri.

Tes lainnya yang mungkin dibutuhkan termasuk CT scan, MRI, dan tes darah.

Baca Juga: Optik Glioma: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

6. Pengobatan

Chronic Venous Insufficiency: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi stoking kompresi untuk chronic venous insufficiency atau insufisiensi vena kronis (veinatlanta.com)

Perawatan terbaik untuk CVI bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor sebelum memutuskan pengobatan terbaik. Beberapa faktor ini termasuk penyebab dan gejala, serta usia dan status kesehatan pasien.

Perawatan untuk CVI meliputi:

1. Obat-obatan

Dokter mungkin meresepkan obat yang meningkatkan aliran darah melalui pembuluh darah. Beberapa obat yang dapat membantu mengobati insufisiensi vena meliputi:

  • Obat diuretik, yang merupakan obat yang menghilangkan kelebihan cairan dari tubuh.
  • Pentoxifylline, yang mengurangi peradangan dan meningkatkan aliran darah.
  • Pengencer darah atau antikoagulan, yang mencegah pembekuan darah.

2. Pengobatan rumahan

Gejala CVI juga bisa ditangani di rumah dengan metode berikut ini:

  • Menggunakan stoking kompresi, yaitu stoking elastis khusus yang memberikan tekanan pada tungkai bawah dan kaki. Penggunaannya membantu mengurangi pembengkakan dan meningkatkan aliran darah.
  • Mengangkat kaki di atas jantung (elevasi). Ini membantu menarik darah dari kaki ke jantung.
  • Menjaga kebersihan kulit yang baik. Orang dengan insufisiensi vena dapat mengembangkan masalah kulit seperti dermatitis, selulitis, atau atrophie blanche (atrofi putih).

Orang dengan insufisiensi vena dapat merawat kulit dengan cara-cara berikut ini:

  • Menjaganya kulit tetap lembap agar tidak kering atau bersisik.
  • Rutin eksfoliasi untuk mengangkat sel kulit mati.
  • Mengoleskan salep topikal sesuai anjuran dokter.

3. Prosedur nonbedah

Metode nonbedah berikut dapat membantu mengobati insufisiensi vena:

  • Ablasi: Dalam beberapa kasus, dokter akan merekomendasikan penghancuran pembuluh darah yang rusak lewat prosedur ablasi, dengan menerapkan panas atau bahan kimia.
  • Skleroterapi: Dokter akan menyuntikkan cairan atau larutan busa ke dalam vena yang rusak. Vena bereaksi terhadap larutan dan pembengkakan mengecil. Kemudian, tubuh menyerap vena dan mengarahkan darah ke vena sehat lainnya.
  • Phlebectomy: prosedur invasif minimal di mana dokter menghilangkan varises melalui tusukan kecil di kulit.
  • Terapi laser: Merupakan prosedur yang relatif baru, yaitu dokter menggunakan laser untuk menutup pembuluh darah yang rusak.

4. Prosedur operasi

Orang dengan kasus insufisiensi vena yang serius mungkin memerlukan pembedahan. Beberapa prosedur bedah yang mengobatinya meliputi:

  • Memperbaiki pembuluh darah atau katup yang rusak.
  • Pengupasan atau menghilangkan pembuluh darah yang rusak.
  • Menanamkan tabung jala kecil (stent) untuk memperlebar vena
  • Ligasi, yang mana dokter akan mengikat pembuluh darah melalui sayatan kecil di kulit.
  • Transplantasi vena, yaitu dokter vena yang bermasalah dengan vena yang sehat dari bagian tubuh lain.

7. Pencegahan

Chronic Venous Insufficiency: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi joging (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Kabar baiknya, kamu dapat mengurangi risiko mengembangkan CVI, misalnya dengan:

  • Menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang.
  • Tidak merokok atau segera berhenti merokok.
  • Rutin berolahraga.
  • Hindari mengenakan pakaian yang ketat seperti ikat pinggang.
  • Kurangi berat badan bila kelebihan berat badan.
  • Hindari duduk atau berdiri terlalu lama.

8. Komplikasi yang mungkin terjadi

Chronic Venous Insufficiency: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Seperti diterangkan pada laman Tri-City Vein Center, komplikasi yang paling umum dari CVI adalah perkembangan varises, bersama dengan kram, kesemutan, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya.

Jika varises tidak diobati, maka dapat menyebabkan borok terbentuk di kulit. Borok ini dapat terinfeksi dalam beberapa kasus, yang dapat mengancam jiwa pasien dengan kondisi kronis tertentu, seperti diabetes.

Penting juga untuk dicatat bahwa CVI dapat dikaitkan dengan kondisi yang mengancam jiwa lainnya. Misalnya, pada seseorang dengan DVT, maka ia lebih mungkin mengalami CVI. Dalam kasus seperti ini, mengatasi DVT harus menjadi prioritas utama karena gumpalan darah yang terbentuk dapat terlepas dan menyebabkan komplikasi serius, bahkan bisa fatal.

Insufisiensi vena adalah kondisi umum ketika darah tidak mengalir dengan lancar melalui vena dan kembali ke jantung akibat katup yang rusak di pembuluh darah. Walaupun merupakan kondisi umum dan tidak mengancam jiwa, tetapi biasanya kronis.

Kenali gejalanya dan bila mengalaminya baiknya temui dokter. Jika tidak diobati, chronic venous insufficiency dapat menyebabkan kondisi kesehatan lain seperti dermatitis, ulkus stasis vena, dan hipertensi vena kronis.

Pengobatannya akan bergantung pada tingkat keparahan gejala, riwayat kesehatan individu dan status kesehatan saat ini, serta penyebab kondisi tersebut. Perawatannya sendiri akan berfokus pada pengelolaan gejala dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Baca Juga: Mengenal Emboli Paru, Penyumbatan Pembuluh Darah di Paru-paru

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya