"Hasil ini memberikan dukungan kuat untuk efek menguntungkan dari kombinasi suplemen nutrisi dosis rendah," tulisnya.
Studi: Kombinasi Tiga Suplemen Ini Bisa Kurangi Perilaku Autisme

- Kombinasi tiga suplemen (zink, serine, dan BCAA) meningkatkan perilaku sosial dan konektivitas otak pada model tikus dengan autisme, menunjukkan efek yang terjadi hanya ketika ketiganya diberikan bersama.
- Perbaikan terlihat dalam aktivitas saraf di amigdala dan ekspresi protein sinapsis, yang berkaitan dengan komunikasi antar-sel otak yang sering terganggu pada gangguan spektrum autisme.
- Hasil ini menyoroti potensi pendekatan multinutrien dosis rendah sebagai strategi praktis untuk mendukung perkembangan otak dan perilaku sosial.
Sebuah studi pada hewan menemukan kombinasi tiga suplemen mampu memperbaiki konektivitas otak dan perilaku sosial pada tikus dengan model gangguan spektrum autisme/autism spectrum disorder (ASD). Riset ini dipublikasikan dalam jurnal PLoS Biology dan menguji tiga model tikus autisme yang berbeda.
Menariknya, saat suplemen diberikan secara terpisah dengan dosis yang sama, peneliti tidak melihat perubahan pada otak maupun perilaku tikus. Menurut Ming Hui Lin, penulis utama studi ini, temuan tersebut menunjukkan manfaat nyata dari kombinasi suplemen nutrisi dosis rendah.
1. Apa penyebab ASD?
ASD merupakan kondisi yang kompleks dan belum sepenuhnya dipahami. Penelitian menunjukkan faktor genetik memegang peran utama, dengan sekitar 60 sampai 90 persen risiko ASD bersifat keturunan. Risiko meningkat jika kamu memiliki orang tua, saudara, atau anggota keluarga dekat dengan autisme.
Namun, ASD tidak dipicu oleh satu gen saja. Hingga kini, lebih dari 900 gen telah dikaitkan dengan peningkatan risiko ASD dan faktor lingkungan juga ikut memengaruhi. Beberapa di antaranya adalah usia orang tua yang lebih tua saat kehamilan, diabetes gestasional, hipertensi selama kehamilan, serta kesehatan mental ibu yang kurang baik.
Para ilmuwan mengingatkan bahwa vaksin, dalam bentuk apa pun, tidak berhubungan dengan risiko autisme.
2. Catatan penting soal hasil studi pada tikus

Penelitian pada hewan memang penting, tetapi hasilnya perlu diinterpretasikan secara hati hati. Banyak ahli menilai ASD merupakan kondisi yang unik pada manusia. Model tikus sering dibuat dengan memodifikasi gen yang terkait ASD, tetapi pendekatan ini tidak benar-benar mewakili kondisi manusia.
Karena itu, kamu perlu bersikap lebih skeptis saat menafsirkan studi pada hewan, terutama untuk gangguan neurodevelopmental seperti ASD. Maria Knöbel, Direktur Medis MedicalCert, menjelaskan bahwa model hewan hanya memberi gambaran terbatas tentang sirkuit otak dan pola peradangan.
Model ini tidak mampu mencerminkan pengalaman sensorik dan emosional manusia. Sensitivitas terhadap suara atau kebutuhan mengatur waktu istirahat untuk mencegah kelelahan kognitif adalah contoh pengalaman yang tidak bisa direpresentasikan oleh tikus.
3. Tiga suplemen yang diuji pada tiga model tikus
Para peneliti berangkat dari pemahaman bahwa ciri terkait ASD muncul akibat gangguan perkembangan otak, terutama pada komunikasi antar sel saraf dan pembentukan sinaps. Karena itu, studi ini menyoroti suplemen yang berpotensi mendukung proses tersebut.
Pertama adalah zink, mikronutrien penting dalam pembentukan sinaps, kekurangannya pada hewan dikaitkan dengan perilaku mirip autisme. Kedua adalah serine, asam amino nonesensial yang berperan dalam metabolisme dan sinyal antar sel otak.
Ketiga adalah branched chain amino acids atau BCAA, yang terdiri dari leusin, isoleusin, dan valin. Beberapa gen yang terkait ASD diketahui mengatur transport dan metabolisme BCAA, sehingga nutrisi ini dianggap relevan untuk diteliti lebih lanjut.
4. Alasan suplemen dikombinasikan

Tim peneliti menggabungkan ketiga suplemen dalam satu formula karena dua alasan utama. Kombinasi ini memungkinkan penggunaan dosis rendah untuk setiap nutrisi, sehingga menekan risiko efek samping akibat dosis tinggi.
Selain itu, meski sama sama mendukung fungsi otak, ketiganya bekerja melalui mekanisme yang berbeda, sehingga membuka peluang efek sinergis.
Untuk mengujinya, peneliti memberikan suplemen kombinasi ini pada tiga model tikus ASD yang berbeda. Mereka kemudian mengukur perubahan ekspresi protein di otak serta aktivitas saraf pada amigdala. Area ini dipilih karena penelitian sebelumnya menunjukkan perbedaan ukuran atau struktur amigdala pada individu dengan ASD dibandingkan populasi neurotipikal.
5. Perbaikan terlihat hanya dalam tujuh hari
Peneliti melihat perubahan positif hanya dalam waktu tujuh hari pemberian suplemen kombinasi. Saat BCAA, serine, atau zink diberikan secara terpisah, tidak ada perubahan pada otak maupun perilaku tikus. Hasil berbeda muncul ketika ketiganya dikombinasikan.
Peneliti menemukan peningkatan sintesis protein di otak, aktivitas sinaps, serta perbaikan perilaku sosial. Dalam laporan studi, penulis menyebut suplemen nutrisi yang meningkatkan aktivitas sinaps dan sintesis protein mampu memperbaiki aktivasi saraf yang abnormal. Ini juga bisa meningkatkan konektivitas otak dan perilaku sosial pada beberapa model tikus ASD.
Ming-Hui Lin menyatakan ia sangat gembira mengamati bahwa hanya dengan tujuh hari pengobatan menggunakan campuran nutrisi tersebut.
6. Tidak disarankan mencoba sendiri di rumah
Keterbatasan pilihan terapi untuk ASD mungkin membuat kamu tergoda mencoba suplemen tanpa pengawasan medis. Perlu diingat bahwa pendekatan ini menyimpan risiko. Penggunaan campuran suplemen di atas tanpa pengawasan dokter bisa menyebabkan masalah kesehatan lain, seperti insomnia.
Pada anak, risiko bisa lebih serius karena ukuran tubuh yang lebih kecil membuat dosis yang tampak ringan justru menjadi beban metabolik yang berbahaya.
Suplemen dengan dosis yang tidak tepat dapat memicu perubahan signifikan pada tidur, detak jantung, serta memengaruhi kerja obat lain yang sedang dikonsumsi. Kelelahan, mual, dan perubahan suasana hati sebagai efek yang bisa terjadi dari penggunaan suplemen yang dianggap aman.
Temuan ini memberi harapan baru dari sisi riset nutrisi untuk ASD. Namun, hasilnya masih terbatas pada studi hewan dan belum bisa diterapkan langsung pada manusia, masih perlu uji klinis lanjutan
Referensi
Huang, Tzyy-Nan, Ming-Hui Lin, Tsan-Ting Hsu, Chen-Hsin Yu, and Yi-Ping Hsueh. “Low-dose Mixtures of Dietary Nutrients Ameliorate Behavioral Deficits in Multiple Mouse Models of Autism.” PLoS Biology 23, no. 12 (December 2, 2025): e3003231.
Tick, Beata, Patrick Bolton, Francesca Happé, Michael Rutter, and Frühling Rijsdijk. “Heritability of Autism Spectrum Disorders: A Meta‐analysis of Twin Studies.” Journal of Child Psychology and Psychiatry 57, no. 5 (December 27, 2015): 585–95.
"3 supplements help reduce autism-linked behaviors in mouse study". Medical News Today. Diakses pada Desember 2025.


















