Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trauma Melahirkan adalah Kondisi Nyata, Ini Efeknya

ilustrasi persalinan (freepik.com/DC Studio)
Intinya sih...
  • Beberapa perempuan mengalami trauma kelahiran, yaitu pengalaman emosional dan fisik negatif saat melahirkan.
  • Trauma kelahiran dapat berdampak pada inisiasi menyusui, ikatan ibu dan bayi, pemulihan, serta tantangan kesehatan jangka pendek dan panjang.
  • Trauma melahirkan bisa disebabkan oleh keadaan darurat medis fisik, kurangnya manajemen nyeri, risiko medis pada bayi, atau pengalaman traumatis di masa lalu.

Mayoritas perempuan mengalami proses melahirkan dengan positif, tetapi bagi sebagian perempuan itu tidak selalu dirasakan. Trauma kelahiran (birth trauma) adalah istilah yang merujuk pada pengalaman emosional dan fisik negatif perempuan saat melahirkan.

Pengalaman melahirkan traumatis dapat berdampak pada inisiasi dan pembentukan menyusui, ikatan dan keterikatan antara ibu dan bayinya, pemulihan setelah melahirkan, serta tantangan kesehatan jangka pendek dan panjang.

Meskipun beberapa pengalaman sulit tidak selalu dapat dicegah, tetapi dukungan emosional yang diberikan kepada perempuan yang melahirkan dapat memberikan perbedaan positif saat melahirkan dan setelahnya.

1. Jenis trauma melahirkan

Ada beberapa jenis pengalaman yang dapat menjadi trauma kelahiran. Keadaan darurat medis fisik pada perempuan yang melahirkan selama atau sesaat sebelum atau setelah kelahiran adalah salah penyebab perempuan dapat mengalami trauma kelahiran.

Keadaan darurat tersebut dapat meliputi:

  • Induksi, yaitu metode untuk memulai persalinan.
  • Memerlukan operasi caesar darurat.
  • Pendarahan setelah melahirkan.
  • Eklamsia, yang merupakan komplikasi preeklamsia.
  • Solusio plasenta, yaitu pemisahan plasenta dari rahim sebelum kelahiran.
  • Kebutuhan mendesak akan tim medis dalam jumlah besar yang sebelumnya tidak diketahui sebelum persalinan.

Trauma melahirkan juga dapat berupa kurangnya manajemen nyeri selama operasi caesar, perasaan bahwa lingkungan melahirkan tidak aman secara emosional, atau perasaan terus-menerus diabaikan/disepelekan atau tidak didengar selama proses melahirkan.

Kategori kedua dari trauma kelahiran adalah ketika bayi berada dalam risiko medis, ketika terjadi kelahiran mati, atau ketika bayi meninggal segera setelah lahir.

Trauma kelahiran yang berkaitan dengan kesehatan bayi juga dapat muncul akibat:

  • Persalinan prematur.
  • Penemuan pascakelahiran yang memerlukan intervensi medis intensif.
  • Diagnosis kondisi medis yang tidak terduga.
  • Peningkatan perawatan di unit perawatan intensif neonatal.
  • Cedera pada bayi selama persalinan dan melahirkan.

Bayi yang harus dibawa pergi untuk intervensi medis yang tidak terduga dapat menjadi trauma bagi kedua orang tua.

Suami sering kali tidak dilibatkan dalam pembicaraan seputar trauma kelahiran, tetapi mereka juga dapat mengalami trauma karena menyaksikan keselamatan istrinya yang melahirkan atau bayi dalam bahaya.

Ketika bayi dan ibunya dipisahkan setelah lahir karena alasan medis, kenyataan bahwa suami harus memilih menemani siapa selama waktu tersebut dapat menjadi pengalaman traumatis.

Jenis trauma kelahiran lainnya adalah ketika pengalaman persalinan dan melahirkan memicu perempuan melahirkan untuk mengingat peristiwa traumatis di masa lalu, seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, atau tekanan emosional atau fisik. Ini bisa menjadi momen saat perempuan yang melahirkan merasakan trauma atas apa yang terjadi saat melahirkan, serta pengalaman traumatis yang muncul dari masa lalu.

2. Faktor risiko

ilustrasi melahirkan bayi (pexels.com/Jonathan Borba)

Trauma melahirkan dapat memengaruhi siapa saja. Namun, beberapa pengalaman hidup pribadi dan faktor eksternal dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya trauma melahirkan.

Faktor-faktor tersebut dapat meliputi:

  • Pengalaman trauma melahirkan sebelumnya (baik istri maupun suami).
  • Faktor sosial, meliputi tingkat dukungan yang diterima dari pasangan, keluarga, dan/atau penyedia layanan kesehatan selama persalinan.
  • Kehilangan perinatal sebelumnya termasuk lahir mati, keguguran, dan kematian bayi baru lahir (kematian neonatal). Orang tua dengan riwayat kehilangan perinatal umumnya mengalami peningkatan kecemasan tentang kehamilan dan pengalaman melahirkan berikutnya.
  • Riwayat pelecehan seksual—beberapa aspek persalinan atau melahirkan mungkin traumatis bagi penyintas.
  • Riwayat trauma.
  • Kecenderungan cemas sebelum kehamilan dan kelahiran.

Itu hanyalah beberapa faktor utama yang berkontribusi. Mungkin ada faktor lain yang memengaruhi perasaan selama dan setelah pengalaman melahirkan. Ketakutan apa pun yang kamu rasakan terhadap diri sendiri atau kesejahteraan bayi, merasa diabaikan atau kekhawatiran kamu diremehkan bisa sangat traumatis.

3. Gejala trauma melahirkan

Berikut ini beberapa gejala yang mungkin dialami oleh orang tua yang mengalami trauma melahirkan:

  • Perasaan kecewa, malu, marah, atau berduka.
  • Kurangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan mereka untuk melahirkan dan mengasuh anak.
  • Hypervigilance, atau perhatian yang berlebihan terhadap kesehatan bayi.
  • Menangis, suasana hati yang buruk, dan lelah.
  • Merasa gagal.
  • Kilas balik saat melahirkan.
  • Menghindari orang dan tempat yang mengingatkan mereka tentang kelahiran. Ini dapat mencakup menghindari interaksi dengan bayi dan melewatkan janji temu dengan dokter atau bidan pasca melahirkan.
  • Kabut otak atau merasa tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kelahiran.
  • Kecemasan dan serangan panik yang parah.
  • Nyeri dan cedera fisik.
  • Kesulitan menjalin ikatan dengan bayi.
  • Peningkatan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
  • Merasa kewalahan saat mengasuh bayi, misalnya kesulitan dalam menyusui, menenangkan, dan menidurkan bayi.
  • Pikiran dan perilaku melukai diri sendiri dan bunuh diri.

4. Trauma melahirkan dapat menyebabkan PTSD

ilustrasi PTSD pasca melahirkan (pexels.com/RDNE Stock project)

Pengalaman melahirkan yang traumatis terkadang dapat memicu gangguan stres pasca trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD), spesifiknya postnatal post-traumatic stress disorder.

Apabila merasakan kecemasan tinggi, stres, panik, gangguan tidur, atau kilas balik sebagai respons terhadap pemicu yang mengingatkan kamu tentang kelahiran (misalnya bayi baru lahir, ruang melahirkan atau operasi, dokter, masker wajah), kamu mungkin mengalami gejala PTSD.

PTSD terkait kelahiran diperkirakan memengaruhi sekitar 17 persen orang tua pascapersalinan.

Siapa pun yang merasa menderita PTSD sebaiknya berbicara dengan profesional perawatan kesehatan agar mendapat perawatan yang dibutuhkan.

5. Pengobatan

Kecemasan, kewaspadaan berlebihan, perasaan terputus hubungan, pikiran yang membebani, atau kepanikan dalam beberapa hari, minggu, atau bulan setelah melahirkan hanyalah beberapa gejala yang mungkin kamu alami setelah trauma melahirkan.

Jika kamu bergumul dengan efek emosional dan psikologis yang masih ada yang berasal dari trauma kelahiran, kamu tidak sendirian. Ada banyak hal yang dapat dilakukan agar merasa lebih baik.

Untuk meminimalkan gejala, terapi bisa sangat efektif. Terapi ini dapat mencakup:

  • Terapi paparan, ketika pasien didorong untuk menghadapi ketakutan mereka.
  • Terapi perilaku kognitif, terapi bicara yang dapat membantu mengelola masalah dengan mengubah cara berpikir dan berperilaku.
  • Desensitisasi gerakan mata dan pemrosesan ulang, yang menggabungkan terapi pemaparan dan gerakan mata yang dipandu.

Gejala trauma melahirkan akan berlangsung hingga trauma tersebut dobati.

Kapan harus menemui dokter?

ilustrasi orang tua merawat bayi (pexels.com/William Fortunato)

Banyak profesional perawatan kesehatan yang dapat membantu mendukung perawatan dan pemulihan seseorang dari trauma fisik dan emosional saat melahirkan.

Bicaralah dengan dokter jika mengalami gejala yang berkelanjutan, seperti masalah kandung kemih dan usus atau nyeri panggul. Orang tua atau pengasuh yang memiliki kekhawatiran tentang kesehatan bayi mereka yang baru lahir juga harus menghubungi profesional perawatan kesehatan sesegera mungkin.

Profesional kesehatan mental, seperti terapis, konselor, psikolog, dan psikiater, dapat membantu orang dengan PTSD pascapersalinan.

Trauma melahirkan adalah cedera atau tekanan emosional yang terjadi akibat persalinan dan tingkat keparahannya dapat bervariasi.

Seseorang juga mungkin mengalami gejala PTSD setelah pengalaman melahirkan yang traumatis. Perawatannya bergantung pada jenis cedera dan tingkat keparahannya. Profesional perawatan kesehatan dapat membantu mendukung seseorang dan bayi baru lahir mereka selama perawatan dan pemulihan.

Penting untuk memiliki tim pendukung yang kuat. Ini bisa berupa terapis, doula pascapersalinan, teman atau anggota keluarga tepercaya, pasangan, atau kelompok yang memiliki trauma melahirkan.

Jangan takut untuk meminta semua bantuan yang kamu butuhkan, terutama dalam hal merawat bayi. Ini memudahkan kamu untuk merawat diri sendiri dan menemukan ruang untuk mengatasi trauma melahirkan.

Referensi

New Zealand College of Midwives Regions. Diakses pada September 2024. Birth trauma.
Bump, Birth, & Beyond. Diakses pada September 2024. Birth trauma.
StatPearls. Diakses pada September 2024. Birth trauma.
Mind. Diakses pada September 2024. Birth trauma and postnatal PTSD.
Make Birth Better. Diakses pada September 2024. Birth and trauma.
PANDA. Diakses pada September 2024. Birth trauma and recovery.
American Psychiatric Associaton. Diakses pada September 2024. Maternal Mental Health: A Brief Look at the Impact of Birth Trauma.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us