"What's the difference between a vaginal and clitoral orgasm?" Columbia University. Diakses Agustus 2025.
Rahul Hajare, “Non-Medical Basis Characterization of Orgasm Associated With Approach Sex Can Last up to 20 Seconds to 15 Minutes, Eligible Women Individuals’ Poor Transportation Facility of Private Pharmacy Institutions in Pune, India,” Open Access Journal of Oncology and Medicine 3, no. 3 (December 3, 2019), https://doi.org/10.32474/oajom.2019.03.000162.
"Orgasm." Cleveland Clinic. Diakses Agustus 2025.
"What Does an Orgasm Feel Like and Other FAQs." Flo. Diakses Agustus 2025.
James G. Pfaus et al., “The Whole Versus the Sum of Some of the Parts: Toward Resolving the Apparent Controversy of Clitoral Versus Vaginal Orgasms,” Socioaffective Neuroscience & Psychology 6, no. 1 (January 1, 2016): 32578, https://doi.org/10.3402/snp.v6.32578.
Katharina Weitkamp and Fabienne Seline Verena Wehrli, “Women’s Experiences of Different Types of Orgasms—A Call for Pleasure Literacy?,” International Journal of Sexual Health 35, no. 2 (March 1, 2023): 193–208, https://doi.org/10.1080/19317611.2023.2182861.
Osmo Kontula and Anneli Miettinen, “Determinants of Female Sexual Orgasms,” Socioaffective Neuroscience & Psychology 6, no. 1 (January 1, 2016): 31624, https://doi.org/10.3402/snp.v6.31624.
"Types of Orgasms in Women and Men." Verywell Health. Diakses Agustus 2025.
"Types of Orgasms and How to Have One (or More!)" Healthline. Diakses Agustus 2025.
"What Is a Squirting Orgasm?" WebMD. Diakses Agustus 2025.
Florian Wimpissinger, Christopher Springer, and Walter Stackl, “International Online Survey: Female Ejaculation Has a Positive Impact on Women’s and Their Partners’ Sexual Lives,” BJU International 112, no. 2 (January 25, 2013), https://doi.org/10.1111/j.1464-410x.2012.11562.x.
"Orgasm." Britannica. Diakses Agustus 2025.
R. J. Levin, “Prostate‐induced Orgasms: A Concise Review Illustrated With a Highly Relevant Case Study,” Clinical Anatomy 31, no. 1 (December 20, 2017): 81–85, https://doi.org/10.1002/ca.23006.
James G. Pfaus et al., “The Whole Versus the Sum of Some of the Parts: Toward Resolving the Apparent Controversy of Clitoral Versus Vaginal Orgasms,” Socioaffective Neuroscience & Psychology 6, no. 1 (January 1, 2016): 32578, https://doi.org/10.3402/snp.v6.32578.
"How do I massage the prostate?" Columbia University. Diakses Agustus 2025.
10 Jenis Orgasme Laki-Laki dan Perempuan, Sensasinya Beda!

- Orgasme klitoris adalah bentuk orgasme paling umum pada perempuan.
- Orgasme vaginal masih diperdebatkan apakah benar-benar berbeda dengan orgasme klitoris, tetapi banyak orang merasa dapat membedakan sensasinya.
- Orgasme campuran merupakan respons tubuh melalui perpaduan rangsangan klitoris dan vagina, menghasilkan sensasi yang lebih intens.
Di puncak respons tubuh terhadap rangsangan tertentu, ada sebuah reaksi alami yang kompleks: orgasme. Itu bukan cuma sensasi, melainkan refleks biologis yang melibatkan sistem saraf, otot, dan otak secara bersamaan. Proses ini dipicu oleh rangkaian sinyal yang berpindah cepat di dalam tubuh, membentuk harmoni antara fisik dan emosi.
Menariknya, orgasme dapat terjadi melalui berbagai cara. Para ahli mengelompokkannya berdasarkan area tubuh atau teknik stimulasi yang memicunya. Masing-masing jenis memiliki jalur saraf dan respon fisiologis yang unik, tetapi semuanya bermuara pada satu tujuan yang sama: pelepasan ketegangan dan perubahan intens dalam aktivitas tubuh.
Mari bahas satu per satu perbedaan jenis orgasme pada perempuan dan laki-laki.
1. Orgasme klitoris
Di antara bagian luar organ reproduksi perempuan, ada sebuah struktur kecil namun kaya jaringan saraf, yaitu klitoris. Letaknya berada di pertemuan bibir vagina dalam, tepat di atas pembukaan vagina, terlindungi oleh lipatan tipis kulit yang disebut tudung klitoris. Meskipun ukurannya tampak sederhana, tetapi perannya dalam respons seksual sangat besar.
Rangsangan pada ujung klitoris kerap menghasilkan sensasi yang dirasakan terutama di permukaan tubuh, seperti geli atau berdenyut di kulit. Jenis respons ini adalah bentuk orgasme yang paling umum dialami perempuan, dan biasanya terjadi melalui stimulasi langsung pada area tersebut. Sebuah artikel tahun 2019 mencatat bahwa 60 persen orgasme perempuan terjadi karena rangsangan klitoris.
Bagi sebagian orang, orgasme klitoral terasa tajam dan intens, meski singkat. Ada yang menggambarkannya seperti letupan cepat yang membawa gelombang sensasi, meninggalkan tubuh dalam keadaan rileks sekaligus berenergi.
2. Orgasme vaginal
Masih ada perdebatan mengenai apakah orgasme vaginal benar-benar merupakan bentuk yang berbeda, atau sebenarnya hanyalah hasil dari stimulasi klitoris secara tidak langsung. Pengalaman pribadi setiap individu pun bervariasi. Banyak perempuan yang merasa dapat membedakan sensasi antara orgasme yang berasal dari stimulasi klitoris dan yang terjadi saat penetrasi vagina.
Beberapa peneliti berpendapat, orgasme yang muncul melalui penetrasi saja terjadi karena bagian dalam klitoris ikut terangsang. Struktur klitoris ternyata tidak hanya terletak di permukaan, tetapi juga memiliki jaringan yang memanjang ke dalam dan dapat tersentuh oleh penis, jari, atau alat bantu pada sudut tertentu. Ada pula teori yang menyebut stimulasi leher rahim (serviks) sebagai salah satu jalur menuju orgasme vagina.
Mereka yang pernah mengalaminya menggambarkan sensasi ini sebagai gelombang yang terasa lebih dalam di tubuh, sering disertai denyutan dinding vagina, dan menyebar secara lebih luas. Beberapa menyebutnya lebih kuat, intens, berlangsung lebih lama, tetapi juga lebih sulit dicapai dan dikendalikan. Meski demikian, orgasme yang dihasilkan oleh stimulasi vagina saja jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengan orgasme klitoris.
3. Orgasme campuran

Ada kalanya, tubuh merespons melalui perpaduan rangsangan, baik pada klitoris maupun vagina, menghasilkan orgasme campuran. Bagi sebagian orang, pengalaman ini digambarkan sebagai sensasi yang lebih wow dibandingkan dengan orgasme dari satu area saja.
Mereka yang pernah merasakannya melaporkan bahwa sensasinya lebih intens, berlangsung lebih lama, dan terasa lebih “penuh” serta mendalam. Gelombangnya tidak hanya berpusat pada satu titik, tetapi seakan menyebar, membungkus seluruh tubuh dalam aliran rasa.
Pada sebagian individu, orgasme campuran bahkan disertai getaran atau gemetar di seluruh tubuh, yang mana ini adalah sebuah respons refleks yang menandakan keterlibatan berbagai sistem saraf dan otot secara bersamaan. Inilah yang membuatnya dianggap sebagai salah satu bentuk orgasme yang paling kuat dan menyeluruh.
4. Orgasme erogenous
Ternyata, respons tubuh terhadap rangsangan tidak selalu datang dari area yang umum dikenal. Ada titik-titik sensitif lain—seperti telinga, puting, leher, siku, hingga lutut—yang juga dapat memicu gelombang kenikmatan ketika disentuh, dibelai, atau dicium dengan lembut. Titik-titik ini disebut zona erotis sekunder (erogenous). Meski jarang dibicarakan, tetapi perannya bisa sangat signifikan dalam membangun respons seksual.
Bagi sebagian orang, rangsangan pada area-area ini tidak hanya memunculkan sensasi lokal, tetapi juga mengalir ke seluruh tubuh. Mereka menggambarkan orgasme yang terjadi setelahnya sebagai pengalaman yang lebih menyeluruh, seperti gelombang hangat yang menjalar dari kepala hingga ujung kaki. Inilah yang membuat eksplorasi zona-zona sensitif ini dianggap sebagai cara alami untuk memperluas pengalaman intim, sekaligus membuktikan bahwa tubuh memiliki banyak jalur berbeda untuk mencapai puncak respons seksual.
5. Orgasme anal
Pada orgasme anal, kontraksi otot terutama dirasakan di sekitar cincin otot sfingter anus dan di saluran anal. Sensasi ini melibatkan jaringan saraf yang berbeda, sehingga jalur rangsangannya tidak sama dengan jenis orgasme lainnya.
Bagi perempuan, laporan tentang orgasme anal memang lebih jarang terdengar. Namun, mereka yang pernah mengalaminya kerap menggambarkannya sebagai pengalaman yang berlangsung lebih lama dibanding jenis orgasme lainnya, disertai rasa lega yang mendalam, seperti tubuh melepaskan ketegangan secara perlahan namun menyeluruh.
6. Orgasme squirting

Squirting menggambarkan keluarnya cairan dari vagina saat orgasme. Tidak semua perempuan dapat mengalaminya, dan bagi yang mengalaminya pun, ini tidak selalu terjadi. Cairan yang keluar biasanya merupakan campuran urine dalam jumlah tertentu dan cairan lain yang berasal dari kandung kemih, yang dikeluarkan secara cepat.
Dalam beberapa kasus, squirting juga melibatkan sekresi dari kelenjar Skene—struktur kecil yang kadang disebut sebagai “prostat perempuan” karena fungsinya serupa dengan prostat pada laki-laki. Mekanisme ini membuat squirting menjadi fenomena yang kompleks, melibatkan lebih dari satu sumber cairan dan jalur fisiologis.
Seperti halnya pengalaman seksual lain, squirting dirasakan berbeda oleh setiap perempuan. Ada yang menyebut sensasinya lebih intens dibanding orgasme klitoris, ada pula yang merasa justru lebih lembut. Banyak yang menggambarkannya sebagai pelepasan ketegangan yang dalam dan berbeda dari jenis orgasme lainnya. Sebuah survei menemukan, hampir 80 persen perempuan yang melaporkan mengalami squirting—dan 90 persen pasangannya—merasa hal ini membawa dampak positif bagi kehidupan seksual mereka.
7. Orgasme G-spot
Selama bertahun-tahun, keberadaan, letak, dan fungsi G-spot telah menjadi topik yang memancing rasa penasaran. Dunia medis belum sepenuhnya sepakat tentang bentuk atau struktur pasti dari titik ini. Meski begitu, banyak perempuan mengaku merasakan sensasi khas saat area ini mendapat rangsangan, biasanya melalui penetrasi vagina dengan penis, jari, atau alat bantu. Menariknya, orgasme yang melibatkan G-spot sering kali dikaitkan dengan fenomena squirting.
Lokasi G-spot pun tidak disepakati secara universal. Namun, banyak yang menggambarkannya berada sekitar sepertiga hingga setengah bagian dari dinding depan vagina, dihitung dari pintu masuk. Di kalangan peneliti, masih ada perbedaan pandangan apakah G-spot adalah struktur anatomi yang benar-benar berdiri sendiri, ataukah sensasi yang muncul sebenarnya berasal dari rangsangan pada bagian dalam klitoris yang letaknya berdekatan.
Perdebatan ini terus berjalan. Namun, bagi banyak orang, pencarian G-spot bukan cuma soal anatomi, melainkan juga tentang mengenali respons unik tubuh dan memahami bagaimana berbagai bagian saling terhubung dalam menciptakan pengalaman seksual yang kompleks.
8. Orgasme saat tidur
Istilah "mimpi basah" sering kali dikaitkan dengan remaja laki-laki, tetapi faktanya, orang dari semua gender bisa mengalami orgasme saat tidur. Fenomena ini dikenal sebagai orgasme nokturnal atau sleep orgasm.
Walaupun alasannya belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa ahli menduga hal ini bisa lebih sering terjadi pada masa-masa aktivitas seksual berkurang, dipicu oleh rangsangan eksternal seperti posisi tidur tengkurap atau gesekan pakaian, maupun sebagai respons terhadap mimpi erotis.
Bagi sebagian orang, orgasme saat tidur hanyalah bagian alami dari respons tubuh yang terjadi tanpa kendali sadar, tetapi tetap menjadi bukti betapa kompleks dan uniknya mekanisme fisiologis manusia, bahkan saat sedang terlelap.
9. Orgasme penis

Bagi laki-laki, stimulasi langsung pada penis adalah cara paling umum untuk mencapai orgasme. Menjelang puncak sensasi, sering muncul sensasi khas yang disebut “ejaculatory inevitability”, yang artinya perasaan bahwa orgasme akan segera datang dan tidak bisa lagi ditahan.
Saat orgasme terjadi, otot-otot di pangkal penis berkontraksi berulang. Kontraksi ini biasanya (meski tidak selalu) diikuti oleh keluarnya air mani. Setiap kali ejakulasi, tubuh merespons dengan gelombang sensasi menyenangkan yang intens, sebelum perlahan mereda seiring tubuh kembali rileks.
Pengalaman ini adalah perpaduan kompleks antara refleks saraf, aktivitas otot, dan respons hormonal, yang bekerja bersama menciptakan salah satu bentuk puncak kenikmatan paling khas pada laki-laki.
10. Orgasme prostat
Prostat adalah organ dalam seukuran kenari, terletak tepat di bawah kandung kemih. Fungsinya adalah menghasilkan cairan yang menjadi salah satu komponen utama air mani. Namun, di balik peran fisiologisnya, prostat juga dikenal sebagai salah satu area paling sensitif pada tubuh laki-laki.
Rangsangan pada prostat dapat memicu orgasme yang kuat, sering kali digambarkan sebagai sensasi yang lebih mendalam dan, bagi sebagian orang, bahkan lebih memuaskan dibandingkan orgasme yang diperoleh dari stimulasi penis saja. Respons ini melibatkan perpaduan antara sistem saraf dan refleks otot, menciptakan pengalaman yang intens sekaligus berbeda dari jenis orgasme lainnya.
Ada banyak jenis orgasme, dan orgasme berbeda bagi setiap orang dan tidak selalu terjadi melalui stimulasi seksual. Semua gender dapat mengalaminya, termasuk individu transgender setelah operasi afirmasi gender. Orgasme memicu pelepasan endorfin yang dapat menimbulkan rasa rileks atau bahagia.
Mengeksplorasi dan memahami apa yang disukai atau tidak disukai tubuh adalah kunci. Ingat, tidak semua hubungan seksual harus diakhiri dengan orgasme, dan orgasme tidak selalu berarti seks itu memuaskan. Setiap tubuh, rasa, dan pengalaman berbeda. Perjalanannya adalah soal mencoba, berkomunikasi, dan bereksperimen.
Referensi