Apa yang Dimaksud dengan Sexomnia? Ini Gejala dan Pemicunya

Merupakan salah satu gangguan kesehatan dan abnormal

Dari namanya, kayak kenal gitu ada 'omnia'-nya. Mirip dengan insomnia, sexomnia juga termasuk gangguan tidur. Namun, kondisi ini terhitung baru, karena pertama kali dilaporkan pada 1986. Gangguan tidur satu ini juga termasuk langka, lho!

Sebuah penelitian yang dipublikasi dalam jurnal NeuroQuantology pada 2015 mencatat, hanya ada 94 kasus sexomnia yang dilaporkan dari seluruh dunia. Wih, tapi sebenarnya apa yang dimaksud dengan sexomnia

Apa yang dimaksud dengan sexomnia?

Apa yang Dimaksud dengan Sexomnia? Ini Gejala dan Pemicunyailustrasi sedih (pexels.com/Alex Green)

Dalam dunia medis terdapat istilah parasomnia yakni gangguan tidur yang mengacu pada tindakan gak biasa saat seseorang gak sadar. Salah satu contoh yang sering dijumpai ada sleepwalking alias berjalan saat tidur. Selain itu, ada juga gangguan yang disebut sexomnia.

Apa yang dimaksud dengan sexomnia? Sexomnia, jika ditulis dalam bahasa Indonesia menjadi seksomnia, merupakan kondisi seseorang yang terlibat aktivitas seksual saat tidur. Bisa dalam bentuk masturbasi, vokalisasi seksual, cumbuan, bahkan persetubuhan atau dalam tahap menjurus ke sana. 

Uniknya, jika parasomnia kebanyakan terjadi pada fase Rapid Eye Movement (REM), sexomnia terjadi pada fase non-REM. Artinya, gak ada faktor mimpi yang memengaruhi kondisi gangguan tidur satu ini. Namun, layaknya parasomnia lain, individu yang mengalami sexomnia gak menyadari tindakannya begitu terbangun. 

Dilansir The Canadian Journal of Psychiatry, istilah sexomnia sendiri baru dibuat pada 2003 ketika 11 orang melaporkan kondisi serupa. Gangguan tidur yang juga disebut sleepsex ini kebanyakan terjadi pada laki-laki. Namun, karena terbilang random, penelitian sexomnia masih terbatas.

Pemicu sexomnia

Apa yang Dimaksud dengan Sexomnia? Ini Gejala dan Pemicunyailustrasi gangguan tidur (pexels.com/Cottonbro)

Dilansir Medical News Today, beberapa kondisi yang belum pasti dapat menjadi pemicu seseorang mengalami sexomnia. Layaknya parasomnia lain, sleepsex juga terjadi akibat gangguan saat otak bergerak di antara siklus tidur nyenyak. Gangguan-gangguan ini sering disebut juga dengan Confusion Arousals (CAs).

Selain itu, terdapat kemungkinan penyebab yang menjadi alasan seseorang mengalami sexomnia, seperti: 

  • kurang tidur;
  • kelelahan ekstrim;
  • konsumsi alkohol dan obat-obatan;
  • kecemasan dan stres;
  • kualitas dan jadwal tidur yang buruk;
  • kondisi eksternal yang memengaruhi sistem tidur, seperti pekerjaan dengan stres tinggi (militer, pekerja kesehatan); dan
  • berbagi tempat tidur.

Sebagian besar kasus sexomnia yang ditemukan berkaitan dengan apnea tidur obstruktif. Selain itu, beberapa individu dewasa yang mengalami seksomnia juga menunjukkan gejala parasomnia lainnya, meski gak selalu di usia yang sama. Misalnya, mengalami sleepwalking saat kecil.

Beberapa alasan kesehatan berikut juga memicu sexomnia:

  • Sindrom kaki gelisah
  • Gangguan refluks gastroesofageal (GERD)
  • Sindrom iritasi usus besar
  • Penyakit Crohn
  • Sakit kepala atau bentuk trauma kepala lainnya
  • Kejang, epilepsi
  • Obat untuk kecemasan dan depresi, terutama escitalopram yang termasuk kalangan obat (SSRI)
  • Gangguan disosiatif ketika tidur yang dipicu trauma seksual masa kecil
  • Penyakit Parkinson

Baca Juga: Studi: Gangguan Tidur Perparah Gejala PPOK hingga Fatal

Implikasi sexomnia

Apa yang Dimaksud dengan Sexomnia? Ini Gejala dan Pemicunyailustrasi gangguan seks (unsplash.com/Kinga Cichewicz)

Sexomnia dapat berdampak besar bagi seseorang dan pasangan tidurnya. Sebab, individu dengan gangguan sleepsex umumnya gak mengingat kejadian yang berlalu. Hal ini tentu membingungkan bahkan membuat takut, ketika menyadari tindakan yang dilakukan di luar kendali sadarnya. 

Dilansir Sleepstation, beberapa individu yang memiliki pasangan dengan sexomnia membagikan pengalamannya. Ada yang menganggap sleepsex justru memberikan pengalaman bercinta lebih baik daripada saat sadar, sementara lainnya menganggap sebaliknya. 

Salah satu narasumber bahkan harus memanggil 911 karena selama periode sexomnia pasangannya menjadi sangat agresif. Sexomnia dapat menjadi penyebab di balik seseorang melakukan kekerasan seksual ketika tidur dan mengklaim gak menyadari apapun setelah bangun.

Karena tindakan impulsif ini, sexomnia secara resmi diakui sebagai gangguan psikiatri. Istilah sexomnia dan perawatannya pun telah masuk manual diagnostik standar DSM-5. 

Diagnosis sexomnia

Seseorang yang diduga memiliki sexomnia dianjurkan untuk menemui psikiater spesialisasi gangguan tidur. Dokter akan melakukan diagnosis berdasarkan riwayat medis individu dan mengajukan pertanyaan seputar gejala. Namun, metode diagnostik yang paling banyak diterima untuk sexsomnia adalah video-polisomnografi (vPSG).

vPSG dilakukan dengan menggunakan alat yang menempel pada fisik pasien guna memantau fisiologis. Termasuk detak jantung, pernapasan, monitor gerak, dan perekaman saat sedang tidur. Tahapan ini juga dapat menyingkirkan kemungkinan parasomnia lain untuk menguatkan diagnosis sexomnia

Pengobatan sexomnia

Apa yang Dimaksud dengan Sexomnia? Ini Gejala dan Pemicunyailustrasi laki-laki sedang konsultasi psikologi (Pexels/cottonbro)

Pada kebanyakan kasus yang dilaporkan, gejala sexomnia berkurang atau bahkan teratasi ketika seseorang mendapatkan kualitas tidur yang baik. Maka dari itu, perawatan utama untuk sexomnia yakni dengan menjaga jam tidur tetap teratur.

Sementara bentuk pengobatan, dokter akan memberikan resep obat off label yang dirancang dan disetujui untuk pengobatan sexomnia. Obat tersebut yakni:

  • Obat anti cemas dan antidepresan, contoh Duloxetine dan Clonazepam
  • Mendapatkan terapi Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
  • Antasida dan Proton-pump Inhibitors (PPI), tersedia over the counter di apotek
  • Obat penenang ringan
  • Pelindung mulut, pelat gigitan, atau perangkat kemajuan mandibula.

Selain itu, individu perlu memperbaiki gaya hidup guna mengurangi risiko munculnya gejala sexomnia. Termasuk mengurangi konsumsi alkohol dan menghindari penggunaan obat-obatan terlarang. Mengambil sesi olahraga juga dapat membantu tubuh lebih rileks. 

Adapun untuk mengurangi gejala akibat gangguan emosional dan psikososial, seseorang dengan sexomnia disarankan menemui psikolog atau psikiater. Konseling dengan profesional dapat membantu meredakan rasa khawatir baik pasien maupun pasangan terkait kondisi sleepsex yang serba mendadak.  

Nah, kini jadi tahu, kan, apa yang dimaksud dengan sexomnia. Kondisi ini merupakan gangguan tidur unik yang berkaitan dengan aktivitas seksual, biasanya terjadi ketika seseorang tidur. Walau termasuk kasus langka, tapi jika kamu mengalami tanda-tandanya, segera hubungi dokter untuk mendapatkan perawatan, ya!

Baca Juga: Pengaruh Gangguan Bipolar terhadap Kehidupan Seks

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya