Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

11 Film yang Cerminkan Mimpi Buruk Semua Anak, Bukan Hantu!

A Brand New Life (dok. Gloria Films/A Brand New Life)
A Brand New Life (dok. Gloria Films/A Brand New Life)

Saat kecil kita mungkin berpikir hal terburuk yang bisa terjadi pada kita adalah bertemu hantu atau monster. Nyatanya, ada yang lebih buruk dari makhluk-makhluk mengerikan tadi. Ya, apalagi kalau bukan sesama manusia. Mau itu teman sebaya yang hobi merundung atau orang dewasa yang memanfaatkan ketidakberdayaan kita sebagai anak-anak. 

Coba tonton 11 film berikut untuk tahu seberapa horor perlakuan manusia terhadap anak-anak. Rasanya ini cerminan mimpi buruk anak yang paling akurat. Tonton deh biar gak tone-deaf, realitanya memang tak semua anak punya masa kecil yang layak dikenang. 

1. Nobody Knows (2004)

film Nobody Knows (dok. Trigon Film/Nobody Knows)
film Nobody Knows (dok. Trigon Film/Nobody Knows)

Nobody Knows adalah reka ulang kasus penelantaran anak yang pernah menggemparkan Jepang pada 1980-an. Ceritanya berkutat pada empat bersaudara yang ditinggal sang ibu ke luar kota selama berbulan-bulan. Selama itu, si anak sulung harus berjibaku mencari cara untuk bertahan hidup dengan sisa uang pemberian ibu mereka. Parahnya, ibu mereka tak pernah mengurus akta kelahiran mereka, apalagi mengirim keempat anak itu ke sekolah. 

2. A Brand New Life (2009)

A Brand New Life (dok. Finecut/A Brand New Life)
A Brand New Life (dok. Finecut/A Brand New Life)

Penelantaran anak juga jadi isu dalam film Korea A Brand New Life. Setelah menikah lagi, seorang ayah mengirim putrinya yang berusia 9 tahun ke panti asuhan. Ini dilakukannya dengan cara yang cukup kejam. Sebelum menelantarkannya, si ayah sempat membelikan putrinya barang-barang yang ia mau dan menjanjikannya pergi liburan. Bayangkan kalau kamu di posisi si bocah? Marah, kecewa, sedih, dan merasa terkhianati jadi satu. 

3. Come and See (1984)

Come and See (dok. Criterion/Come and See)
Come and See (dok. Criterion/Come and See)

Come and See mengikuti kisah bocah yang nekat bergabung dengan pasukan gerilya Soviet pada Perang Dunia II. Tergoda dengan propaganda pemerintah, ia akhirnya menyaksikan berbagai hal mengerikan yang bisa dilakukan manusia dengan mata kepalanya sendiri. Kekerasan, pembunuhan, dan penyiksaan adalah hal yang seharusnya tidak kita saksikan, apalagi anak-anak. 

4. The Painted Bird (2019)

The Painted Bird (dok. IFC Films/The Painted Bird)
The Painted Bird (dok. IFC Films/The Painted Bird)

Mirip dengan film sebelumnya, The Painted Bird juga mengikuti perjalanan seorang bocah yang seluruh keluarganya tewas selama Perang Dunia II. Tak ada makanan tersisa di desanya, ia pun nekat melakukan perjalanan seorang diri. Ini yang kemudian mengantarnya melihat horornya perang. Kalau masih ada yang meromantisasi perang, coba nonton Come and See dan The Painted Bird sebagai double feature. 

5. Grave of the Fireflies (1988)

Grave of the Fireflies (dok. Studio Ghibli/Grave of the Fireflies)
Grave of the Fireflies (dok. Studio Ghibli/Grave of the Fireflies)

Masih berlatar Perang Dunia II, Grave of the Fireflies adalah gambaran terperih nasib rakyat sipil selama kontak senjata berlangsung. Kalau orang dewasa saja harus mati-matian bertahan hidup, bayangkan yang harus dilalui anak-anak. Film ini mengizinkan kita melihat tragedi yang menimpa dua kakak beradik yatim piatu di Jepang yang terlunta-lunta dan kelaparan. 

6. Loveless (2017)

Loveless (dok. Vienna International Film Festival/Loveless)
Loveless (dok. Vienna International Film Festival/Loveless)

Perceraian orangtua adalah salah satu mimpi terburuk seorang anak. Ini yang harus dirasakan Lyosha (Matvei Novikov) dalam film nomine Oscar, Loveless. Tak hanya harus menyaksikan orangtuanya saling menjatuhkan hampir tiap hari, ia mendengar sendiri bagaimana keduanya enggan dapat beban pengasuhan atas dirinya. Ini semua memotivasinya untuk melakukan hal nekat. 

7. Capernaum (2019)

Capernaum (dok. Sony Classics Pictures/Capernaum)
Capernaum (dok. Sony Classics Pictures/Capernaum)

Marah atas keputusan orangtuanya menikahkan adik perempuannya yang masih di bawah umur, bocah 12 tahun asal Lebanon, Zain (Zain Al Rafeea) memilih kabur dari rumah orangtuanya. Ini sebenarnya puncak dari rasa muaknya terhadap orang dewasa yang tak mampu mencukupi kebutuhan pokok anak-anak mereka. Tak banyak yang berubah dari hidup Zain setelah kabur dari keluarganya. Ia tetap harus bekerja dan bertahan hidup sendiri meski masih berusia amat muda, sesuatu yang seharusnya tak menimpa seorang anak. 

8. Mysterious Skin (2004)

Mysterious Skin (dok. Criterion Channel/Mysterious Skin)
Mysterious Skin (dok. Criterion Channel/Mysterious Skin)

Dijamin mewek, Mysterious Skin adalah gambaran dari dampak pelecehan seksual yang menimpa seorang anak terhadap masa depannya. Dua pemuda diceritakan lewat frame terpisah untuk akhirnya dipertemukan oleh satu benang merah. Keduanya ternyata pernah jadi korban pelecehan seorang guru dan menjelaskan mengapa mereka membuat keputusan-keputusan kontroversial saat beranjak dewasa. 

9. Beasts of No Nation (2015)

Beasts of No Nation (dok. Criterion/Beasts of No Nation)
Beasts of No Nation (dok. Criterion/Beasts of No Nation)

Meski dilarang keras dan dimasukkan dalam kejahatan perang, perekrutan tentara anak ternyata masih terjadi di beberapa negara. Salah satu korbannya diceritakan dalam film Beasts of No Nation. Terpisah dari keluarganya saat perang sipil berkecamuk, seorang bocah akhirnya direkrut kelompok militan untuk jadi bagian dari mereka. Ia diberi senjata dan dilatih jadi pembunuh. 

10. My Life as a Courgette (2016)

My Life as a Courgette (dok. BFI/My Life as a Courgette)
My Life as a Courgette (dok. BFI/My Life as a Courgette)

Berlatar sebuah panti asuhan,  My Life as a Courgette mengikuti cerita tragis seorang bocah 9 tahun yang baru kehilangan ibunya karena sebuah insiden. Mau tak mau, si bocah harus beradaptasi dengan hidup barunya di panti tersebut. Di sana, ia bertemu dengan rekan-rekan sebayanya yang masalah hidupnya tak kalah pelik. Ada yang jadi korban kekerasan domestik sampai grooming. Meski berformat animasi, tema film ini cukup gelap. 

11. I Am Not a Witch (2017)

I am Not a Witch (dok. BFI Film Fund/I am Not a Witch)
I am Not a Witch (dok. BFI Film Fund/I am Not a Witch)

Tak kalah mengerikan, I Am Not a Witch adalah potret kejamnya sebuah ajaran sesat terhadap anak-anak tak berdosa. Di sebuah desa di sebuah negara di Afrika, seorang bocah bernama Shula (Maggie Mulubwa) dituduh sebagai penyihir, kucilkan, bahkan dipaksa bekerja. Ia ditempatkan di sebuah kamp konsentrasi bersama beberapa orang lain yang dipercaya sebagai penyihir. Haknya untuk bersekolah, bergaul, dan bermain benar-benar dicerabut begitu saja. Meski fiktif, ini adalah praktik yang masih bisa ditemukan di beberapa negara.

Ditelantarkan, dilecehkan, dieksploitasi, bahkan dipaksa menyaksikan dan melakukan kekerasan sejak dini adalah mimpi terburuk seorang anak. Bukan hantu dan monster, musuh terbesar anak-anak sebenarnya sesama manusia sendiri, terutama orang dewasa. Setuju? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us