Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Rekomendasi Film Korea tentang Perjuangan Demokrasi, Menggugah!

cuplikan film A Taxi Driver (dok. The Lamp/A Taxi Driver)

Sejarah Korea Selatan adalah cerita mengenai perlawanan. Keputusan Presiden Korea Selatan, Yoon Seok-yeol, yang memberlakukan darurat militer secara tiba-tiba kembali memunculkan perjuangan tersebut di antara rakyat biasa. Masyarakat berbondong-bondong turun ke jalan untuk menentang keputusan tersebut.

Kejadian ini memunculkan memori lama mengenai sejarah perlawanan di Korea Selatan. Beberapa cerita sejarah ini juga tertangkap dalam film yang bisa ditonton oleh khalayak luas. Rekomendasi film ini memberi gambaran mengenai perjuangan rakyat Korea Selatan dalam mempertahankan sistem demokrasi mereka.

1. May 18 (2007)

cuplikan film May 18 (dok. CJ Entertainment/May 18)

Pemberontakan Gwangju pada 1980 bisa dibilang menjadi salah satu kejadian sejarah paling sering diceritakan ulang hingga saat ini. Mahasiswa memimpin gerakan demonstrasi untuk melawan pemerintahan diktator era Chun Doo-hwan. Gerakan mempertahankan hak sipil ini berujung tragis, karena serangan dari militer melahirkan begitu banyak korban dari warga biasa.

May 18 yang rilis pada 2007 dan disutradarai oleh Kim Ji-hoon menangkap kejadian-kejadian yang akhirnya melahirkan pemberontakan ini. Hidup masyarakat sipil yang awalnya tenang akhirnya harus terjebak oleh serangan militer yang agresif. Kehilangan orang terkasih dan ketidakberdayaan dalam kondisi ini membuat masyarakat sipil akhirnya mau bergerak dan menghimpun suara untuk protes bersama.

2. National Security (2012)

cuplikan film National Security (dok. Aura Pictures/National Security)

Masa diktator Chun Doo-hwan memang melahirkan banyak polemik yang mengorbankan warga sipil. National Security menyorot era tersebut dari kaca mata seorang aktivis pergerakan. Sutradara Chung Ji-young menggarap film ini berdasarkan memoar dari Kim Geun-tae, seorang aktivis pro-demokrasi pada era tersebut.

Semasa menjabat, Chun Doo-hwan kerap menangkapi para aktivis pergerakan seperti Kim Jong-tae (Park Won-sang). Pemimpin pergerakan dari organisasi Youth Federation for Democracy ini ditangkap oleh polisi dan dibawa ke Namyeong-dong yang terkenal sebagai area penyiksaan pada masa itu. National Security menampilkan kengerian dari interogasi ini, di mana Kim Jong-tae tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan, tetapi harus menulis sejumlah esai mengenai kehidupannya.

3. The Attorney (2013)

cuplikan film The Attorney (dok. Withus Film/The Attorney)

Peristiwa sejarah besar ikut memengaruhi orang biasa, sehingga kehidupannya bisa berubah total dalam sekejap. The Attorney melihat sisi sejarah pasca-Pemberontakan Gwangju dari kaca mata anak muda yang ikut terkena dampaknya. Keberanian anak muda juga membutuhkan bantuan dari orang dewasa untuk melahirkan perubahan.

Pengacara Song Woo-seok (Song Kang-ho), mampu mendirikan firma hukum sendiri, meski bukan lulusan universitas. Song sering diremehkan, tetapi kepiawaiannya di ruang sidang membuatnya tetap sukses dan memenangi sejumlah kasus.

Saat anak seorang pemilik restoran hilang selama beberapa bulan, Song rela meninggalkan kehidupannya yang nyaman untuk membela hak mahasiswa yang saat itu kerap disiksa oleh polisi karena ikut gerakan memperjuangkan demokrasi.

4. A Taxi Driver (2017)

cuplikan film A Taxi Driver (dok. The Lamp/A Taxi Driver)

Song Kang-ho lagi-lagi berperan sebagai orang biasa yang kehidupannya terjebak di tengah pemberontakan masyarakat sipil. Di A Taxi Driver, ia perankan Kim Man-seob yang sehari-harinya bekerja sebagai supir taksi dan ayah tunggal.

Suatu hari, ia kedatangan penumpang yang merupakan seorang jurnalis asal Jerman bernama Juergen Hinzpeter (Thomas Kretschmann). Man-seob awalnya hanya ingin mencari untung dengan mengantarkan penumpang dari luar negeri seperti teman-temannya yang lain. Ia pun mengantar Hinzpeter yang akan meliput peristiwa di Gwangju tanpa membaca berita terlebih dahulu.

Film yang diangkat dari kisah nyata Hinzpeter ini akhirnya membuka mata Man-seob untuk ikut tergugah dengan perjuangan mahasiswa dan rakyat sipil dalam mempertahankan demokrasi.

5. 1987: When the Day Comes (2017)

cuplikan film 1987: When the Day Comes (dok. Woojeung Film/1987: When the Day Comes)

1987: When the Day Comes menjadi salah satu karya lainnya yang ikut mengangkat cerita era kepemimpinan Chun Doo-hwan. Film ini menitikberatkan ke pergerakan mahasiswa dan kisah tragis yang mengikutinya. Lewat 1987: When the Day Comes, sutradara Jang Jung-hwan juga mengkritik perilaku aparat.

Kematian seorang mahasiswa bernama Park Jong-chul awalnya tidak tercium oleh publik, karena ditutupi oleh pihak kepolisian yang menginterogasinya. Begitu fakta terkuak, masyarakat tidak tinggal diam dan menuntut investigasi lebih lanjut untuk mengetahui kebenarannya.

Selain ceritanya yang kental dengan perjuangan aktivis demokrasi, film ini juga menarik ditonton karena deretan aktor papan atas, seperti Kim Tae-ri, Ha Jung-woo, dan Yoo Hae-jin, yang ikut meramaikannya.

6. 12:12: The Day (2023)

cuplikan film 12:12: The Day (dok. Hive Media Corp./12:12: The Day)

12:12: The Day mengambil latar belakang yang lebih jauh saat Chun Doo-hwan belum berkuasa. Ia masih menjabat sebagai mayor jendral di angkatan militer Korea Selatan. Namun, Chun Doo-hwan sudah berani merebut paksa kekuasan lewat kudeta militer.

Gejolak politik di tubuh tentara Republik Korea Selatan tergambar dengan jelas di 12:12: The Day. Beberapa tentara memang mendukung adanya kudeta ini. Akan tetapi, tentara seperti Lee Tae-shin (Jung Woo-sung) justru berpendapat bahwa anggota militer seharusnya tidak mengambil sikap politik tertentu.

Gambaran sejarah dalam film memang tidak terlalu mendetail. Akan tetapi, kehadiran film sejarah ini sangat penting untuk memantik keingintahuan lebih besar mengenai sejarah yang asli.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sri Mulyati
EditorSri Mulyati
Follow Us