8 Rekomendasi Double Feature Berdasar Kemiripan Jalan Cerita

Baru saja menemukan film bagus dan tertarik buat nonton film lain dengan format atau plot mirip. Itu artinya kamu butuh double feature. Awalnya jadi program promo bioskop untuk menarik pengunjung, dengan kemajuan zaman kamu bisa bikin double feature sendiri bermodal langganan layanan streaming.
Cara melakukan kurasi filmnya pun bebas. Mau berdasar bintang alias aktornya, sutradara, atau bahkan premisnya. Kebetulan, daripada pusing cari satu-satu, kamu bisa pakai daftar rekomendasi film berikut. Kurasinya murni hanya berdasar plot tanpa ada petunjuk soal aktor dan sutradaranya.
1. Better Days (2019) dan First Love (2019) angkat kisah cinta di tengah getirnya hidup

Sedang ingin nonton film romantis, tapi gak mau yang plotnya klise? Coba perkawinan genre romance dengan action-thriller dalam dua film Asia berjudul First Love dan Better Days.
Sama-sama rilis pada 2019, dua film ini suguhkan kisah cinta yang tumbuh di tengah getirnya hidup. First Love adalah kisah manis dua orang yang tak sengaja terjebak dalam perang antarklan yakuza. Sementara, Better Days mempertemukan dua remaja terlantar dan kesepian yang membentuk koneksi karena sama-sama jadi korban bully.
2. A Brand New Life (2009) dan Treeless Mountain (2008) sama-sama senggol isu penelantaran anak

Sama-sama datang dari Korea Selatan, dua film melankolis ini punya banyak kemiripan. Mulai dari protagonis anak sampai isu penelantaran yang harus menimpa mereka.
Treeless Mountain mengikuti dua kakak beradik yang dititipkan sang ibu ke rumah kerabat untuk satu urusan dan sayangnya sang ibu tak pernah kembali. Nasib mereka mirip seorang bocah di A Brand New Life yang dikirim ke panti asuhan setelah ayahnya menikah lagi. Nyeseknya sampai sini!
3. Sometimes I Think About Dying (2023) dan Perfect Days (2023) berkutat pada rutinitas monoton sang protagonis

Suka Perfect Days yang berkutat pada rutinitas bapak-bapak petugas kebersihan? Coba juga ikuti keseharian monoton mbak-mbak kantoran di film Sometimes I Think About Dying.
Protagonis di Perfect Days tampak menikmati hidupnya yang sederhana itu. Agak beda dengan si lakon di film kedua yang berkali-kali memikirkan kematian sampai ia bertemu seseorang yang mengubah pikirannya itu.
4. Frances Ha (2012) dan Saint Frances (2019) bicara perempuan di tengah tekanan kapitalisme dan gaya hidup modern

Berjarak 6 tahun, ternyata dua film ini masih relevan satu sama lain. Keduanya berlakonkan perempuan muda yang harus berjibaku dengan tekanan kapitalisme dan percintaan modern.
Frances Ha mengikuti perjuangan seniman amatir yang harus mengungsi dari satu tempat ke tempat lainnya karena tak bisa membayar uang sewa apartemen lamanya. Saint Frances berpusat pada perempuan yang gagal memenuhi ekspektasi sosial yang melekat padanya sebagai seseorang berusia 30-an. Mulai belum berani membuat komitmen romantis hingga tak punya pekerjaan mapan.
5. Leave No Trace (2018) dan Captain Fantastic (2016) tentang gaya asuh orangtua yang nyeleneh

Leave No Trace dan Captain Fantastic bisa jadi double feature paling kontemplatif yang bisa kamu tonton. Keduanya mengikuti keputusan bapak tunggal membesarkan anak mereka di alam bebas alias off-grid (di luar sistem). Namun, keputusan ini ternyata bukan perkara sederhana. Ada banyak tantangan dan kompromi yang harus mereka pikirkan masak-masak karena mempengaruhi masa depan anak-anak itu.
6. Terrified (2017) dan When Evil Lurks (2023), duo horor Argentina yang minim jumpscare tanpa mengurangi efek ngeri

Ingin nonton double feature bergenre horor? Coba tik dua judul film horor Argentina ini di mesin pencarian. Keduanya punya banyak benang merah dan persamaan gaya sinematik yang bisa diamati, yakni minimnya jumpscare tanpa mengurangi kengerian.
Terrified merupakan investigasi rentetan kejadian supranatural di sebuah pemukiman kelas menengah dan ternyata berkaitan erat dengan eksistensi portal gaib. Begitu pula dengan When Evil Lurks yang dimulai dari beberapa berita duka di sebuah desa dan ternyata bermuara pada mitos yang dilanggar.
7. Wadjda (2012) dan Inshallah a Boy (2023), dua film feminis Timur Tengah yang berkutat pada penemuan jati diri

Coba juga kombinasi apik film Arab Saudi, Wadjda dan sinema Yordania, Inshallah A Boy. Wadjda berpusat pada kegigihan seorang bocah perempuan yang ingin bisa naik sepeda ke sekolah, tetapi terhambat aturan yang melarang perempuan melakukannya. Di sisi lain, ada Inshallah A Boy yang dimulai dari tragedi, tetapi mendorong seorang ibu tunggal untuk menemukan banyak hal baru yang selama ini tak pernah ia tahu bisa lakukan sendiri.
8. Mandabi (1968) dan Thelma (2023) bertema petualangan kocak yang membagongkan

Silakan tonton duo film dramedi bertajuk Mandabi dan Thelma untuk mengikuti petualangan kocak dua orang beda generasi. Mandabi berlakonkan laki-laki paruh baya asal Senegal yang dapat wesel dari keponakannya dan harus melalui birokrasi rumit untuk mencairkan dana di dalamnya. Dalam Thelma, seorang nenek yang baru kena scam berusaha mencari keadilan dengan bertekat menemukan sendiri si kang tipu.
Kalau ada waktu luang lebih, boleh deh sering-sering coba nonton double feature macam ini. Terbayang puasnya nonton dua film seru yang punya kemiripan sekaligus.