Captain America: Brave New World, Film MCU yang Tak Sesuai Ekspektasi?

Pada 2024 lalu, Deadpool & Wolverine berhasil menggebrak box office dan memulihkan kepercayaan para penggemar terhadap Marvel Cinematic Universe (MCU) setelah beberapa fase terakhir mengalami penurunan kualitas. Film yang dibintangi Ryan Reynolds dan Hugh Jackman ini tak hanya sukses besar, tetapi juga menetapkan standar tinggi untuk film-film MCU selanjutnya.
Menjawab tantangan tersebut, Marvel kini menghadirkan film superhero terbaru mereka, Captain America: Brave New World (2025). Sekuel Captain America itu sudah tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak Rabu (12/2/2025).
Sayangnya, ekspektasi tinggi yang dibebankan pada film ini tak terbayar lunas. Penampilan Sam Wilson (Anthony Mackie) sebagai Captain America baru di layar lebar justru menuai respons yang kurang memuaskan. Hal ini tercermin dari skornya yang rendah—53 persen saat tulisan ini dibuat—di situs agregator ulasan Rotten Tomatoes. Para kritikus bahkan menyebut film ini sebagai produk medioker MCU, serupa dengan Ant-Man and the Wasp: Quantumania (2023) yang juga mendapat predikat Rotten.
Lantas, apakah film garapan Julius Onah (The Cloverfield Paradox, Luce) ini benar-benar seburuk anggapan para kritikus? Ataukah ada aspek-aspek tertentu yang membuatnya masih layak untuk ditonton? Untuk mengetahui jawabannya, yuk, simak review film Captain America: Brave New World berikut ini!
1. Brave New World beri penghormatan pada dua film MCU yang diremehkan

Sudah menjadi rahasia umum bahwa salah satu hal menyenangkan dari film MCU, apalagi jika kamu fansnya, adalah keterkaitannya dengan film-film MCU sebelumnya. Sebagai kelanjutan kisah Sam Wilson sebagai Captain America, Brave New World tentu saja melanjutkan benang merah dari serial The Falcon and the Winter Soldier (2021). Menariknya, film ini juga memberi penghormatan pada dua film MCU yang dianggap paling underrated, yakni The Incredible Hulk (2008) dan Eternals (2021).
Banyak yang mungkin sudah melupakan bahwa The Incredible Hulk sebenarnya memiliki peran penting dalam membentuk dunia MCU, terutama terkait eksperimen super soldier dan karakter Thaddeus Ross (William Hurt). Film ini juga memperkenalkan sosok Samuel Sterns alias The Leader (Tim Blake Nelson), yang akhirnya kembali di Brave New World setelah lebih dari satu dekade menghilang dari layar. Di sisi lain, Eternals, yang memperkenalkan Celestial dan konsekuensi besar dari keberadaan mereka di Bumi, juga berpengaruh terhadap plot Brave New World.
Mengambil latar beberapa bulan setelah The Falcon and the Winter Soldier, Brave New World dibuka dengan misi menegangkan Sam Wilson, yang kini bekerja di bawah Presiden Thaddeus Ross (Harrison Ford, menggantikan Hurt yang meninggal dunia pada 2022), dalam merebut Adamantium—logam langka yang berasal dari bangkai Tiamut, salah satu Celestial yang muncul di Eternals—yang dicuri oleh kelompok kriminal yang dipimpin oleh Sidewinder (Giancarlo Esposito). Namun, meski misi tersebut berhasil, rupanya hal ini hanyalah awal dari sesuatu yang lebih buruk. Ketika Sam dan Joaquin Torres alias Falcon (Danny Ramirez) diundang ke White House, Isaiah Bradley (Carl Lumbly) yang juga ikut bersama mereka tiba-tiba mengamuk dan berusaha menembak Ross.
Curiga bahwa Isaiah berada di bawah pengaruh eksternal, Sam dan Joaquin melakukan penyelidikan diam-diam tanpa sepengetahuan Ross yang melarangnya untuk ikut campur. Turut ikut kemudian dalam penyelidikan mereka yakni Ruth Bat-Seraph (Shira Haas), seorang mantan Black Widow yang kini bekerja untuk Ross. Namun, ketika investigasi mengarah kepada Samuel Sterns alias The Leader dan keterlibatannya dalam insiden ini, Sam pun dipaksa memilih antara mengikuti perintah presiden atau mengikuti kata hatinya.
2. Aksi yang fantastis tutupi naskah Brave New World yang "mengambang"

Pembukaan yang sangat menarik di atas seolah mengisyaratkan kalau Captain America: Brave New World akan menjadi film yang luar biasa. Sayangnya, setelah itu, film ini bak kehilangan pijakan. Kuintet penulisnya, yakni Rob Edwards, Malcolm Spellman, Dalan Musson, Julius Onah, dan Peter Glanz, terlihat kewalahan dengan tema thriller politik yang diusung.
Beberapa subplot menarik, seperti perebutan Adamantium antanegara atau kecurigaan Sam bahwa ada penyusup di kubu Ross, sayangnya tak digali lebih dalam. Film ini terasa kurang eksploratif dibandingkan film-film Captain America sebelumnya, seperti The Winter Soldier (2014) dan Civil War (2016), yang berhasil mengolah elemen thriller politik dengan menggigit. Keberanian dua film sebelumnya dalam mengangkat tema pengawasan dan overreach pemerintah yang masih relevan, sangat berbeda dengan Brave New World yang terasa datar.
Untungnya, adegan-adegan aksi yang fantastis yang disajikan dalam Brave New World sedikit mengobati kekecewaan terhadap naskah yang "mengambang" tersebut. Adegan Captain America dan Falcon yang bahu-membahu menghalau bom di udara di atas samudra adalah salah satu momen terbaik dalam film ini. Puncaknya, tentu saja adalah saat Sam berhadapan dengan Red Hulk, seperti yang pernah dibocorkan sedikit dalam trailer. Onah berhasil mengemas sekuens ini dengan begitu menggelegar!
3. Karakterisasi yang kurang tajam tak halangi Anthony Mackie untuk bersinar

Selain plot yang datar, kalau tak mau dibilang menjemukan, karakterisasi yang lemah juga menjadi salah satu masalah utama dalam Captain America: Brave New World. Ambil contoh karakter Thaddeus Ross yang diperankan oleh Harrison Ford. Ross, sebagai seorang pemimpin negara yang terlibat dalam pusaran konflik, seharusnya mampu memancing emosi penonton.
Di film ini, Ross digambarkan sebagai sosok yang ambigu, terjebak antara menjadi ayah yang kesepian karena dibenci putrinya, Betty Ross (kembali diperankan Liv Tyler setelah Incredible Hulk), dan pemimpin negara yang oportunis. Ambivalensi ini—yang juga menjadi ciri khas karakter Hulk—seharusnya bisa menjadi kekuatan karakter, tetapi sayangnya malah berujung pada inkonsistensi. Meskipun begitu, Harrison Ford mampu memberikan sentuhan emosi yang berkelas pada karakter yang sebelumnya kurang berkembang ini.
Di sisi lain, Anthony Mackie sebagai Sam Wilson alias Captain America baru juga tampil cukup baik. Mackie tak tertarik menjadi carbon copy Chris Evans yang lebih dulu dikenal sebagai Captain America. Alih-alih demikian, Mackie berhasil menunjukkan karisma dan wibawanya sebagai penerus Steve Rogers, tetapi dengan pembawaan yang lebih ramah dan mudah didekati.
Sayangnya, karakter Sam kurang dieksplorasi lebih dalam, terutama terkait keraguannya sebagai Captain America dan isu ras yang melekat pada perannya sebagai pahlawan berkulit hitam. Pendalaman karakter seperti ini bisa membuat film ini lebih relevan dan berbobot. Untungnya, chemistry Mackie dengan Danny Ramirez, yang berperan sebagai Joaquin Torres alias Falcon, dan interaksinya dengan Carl Lumbly, pemeran Isaiah Bradley, mampu menjadi daya tarik tersendiri.
Bicara soal Isaiah Bradley, mungkin ia menjadi satu-satunya karakter yang mendapatkan karakterisasi yang baik. Sebagai sosok yang jasanya dilupakan oleh negara dan dibuang begitu saja, karakternya menciptakan satire yang dibutuhkan oleh film ini, yaitu tentang ketidakadilan dan pengorbanan yang tak dihargai. Dan Lumbly, dalam salah satu adegan terbaiknya, mampu membuat penonton merasakan kepedihan karakternya.
4. Petunjuk masa depan MCU di Brave New World

Bagian ini mengandung spoiler bagi yang belum menonton Captain America: Brave New World!
Di luar segala kelebihan dan kekurangannya, Captain America: Brave New World, sebagaimana film-film MCU sebelumnya, tetap menyajikan adegan post credit yang menggugah rasa penasaran. Dalam adegan tersebut, Sam Wilson alias Captain America mengunjungi Samuel Sterns alias The Leader, yang kini ditahan di penjara The Raft. Sterns memperingatkan Sam bahwa ancaman dari "dunia lain" semakin dekat.
Dalam film ini, sempat disinggung pula bahwa Thaddeus Ross meminta Sam untuk membentuk kembali Avengers. Sam bahkan mengajak Joaquin Torres alias Falcon untuk bergabung di akhir film. Langkah ini memicu spekulasi di kalangan penggemar tentang formasi tim Avengers yang baru, termasuk kemungkinan bergabungnya Kate Bishop, Kamala Khan, Shang-Chi, Spider-Man, Shuri, dan Moon Knight.
Apakah dua petunjuk ini secara tak langsung terhubung dengan dua film Avengers berikutnya, yakni Avengers: Doomsday (2026) dan Avengers: Secret Wars (2027)? Atau mungkin mengisyaratkan seberapa besar ancaman Galactus dalam The Fantastic Four: First Steps yang akan tayang pada 25 Juli mendatang? Yang jelas, peringatan Sterns menandakan bahwa ancaman multiversal akan menjadi fokus utama dalam fase berikutnya dari MCU!
Captain America: Brave New World memang tak bisa dibilang sebagai film yang sempurna, bahkan cenderung mengecewakan bagi sebagian kritikus. Namun, bukan berarti film ini tidak memiliki daya tarik sama sekali. Buat kamu yang sudah kangen dengan aksi-aksi superhero MCU, atau penasaran dengan masa depan Avengers, film ini tetap layak untuk disaksikan. Siapa tahu, kamu justru punya pendapat yang berbeda dengan para kritikus?