Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film tentang Xenofobia, Ada yang Tak Diduga-duga

Dogville
Dogville (dok. TrustNordisk/Dogville)
Intinya sih...
  • Dogville (2003): Film provokatif Lars von Trier tentang xenofobia di desa terpencil, menyoroti perlakuan tidak adil terhadap orang asing.
  • Exile (2020): Kisah pria imigran Kosovo di Jerman yang mengalami perlakuan rasis dan xenofobik meskipun sudah lama tinggal di sana.
  • R.M.N. (2022): Konflik rasial parah di Rumania akibat merekrut pekerja migran asal Sri Lanka, memotret dilema ekonomi dan intoleransi di sana.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Meski kita sudah memasuki era transnasionalisme, manusia belum benar-benar bisa lepas dari xenofobia. Paola Bressan dalam tulisannya untuk jurnal Scientific Reports berjudul “Racism is not about “race” berargumen kalau kecenderungan manusia menjauhi atau mencurigai orang yang “berbeda” darinya adalah rasa tidak familier (unfamiliarity). Karena itu salah satu cara efektif untuk melunturkan xenofobia adalah membiasakan diri berinteraksi dengan orang dari latar belakang beragam.

Sayangnya, itu bukan perkara mudah. Manusia pada akhirnya kerap terjebak dalam kenyamanan untuk berkumpul dengan sesamanya, terutama untuk menghindari konflik. Namun, pada akhirnya ini yang membuat xenofobia tumbuh subur. Seperti apa contoh ekstremnya? Enam film tentang xenofobia berikut bisa jadi cerminan realitas yang layak direnungkan.

1. Dogville (2003)

Dogville
Dogville (dok. TrustNordisk/Dogville)

Dogville adalah film provokatif buatan Lars von Trier yang akan membuatmu terganggu seketika. Plotnya terkonsentrasi pada Grace (Nicole Kidman), perempuan yang dikejar-kejar pembunuh bayaran dan terdampar di sebuah desa terpencil. Penduduk desa jelas curiga dan enggan, tetapi akhirnya sepakat memberinya perlindungan. Namun, ternyata ini tidak gratis. Pada akhirnya penduduk desa ini meminta “balas budi” dari Grace, memanfaatkan kemalangan dan posisinya yang terdesak itu.

2. Exile (2020)

Exile
Exile (dok. The Match Factory/Exile)

Exile adalah film berlatar Jerman masa kini berlakonkan pria imigran Kosovo. Setelah bertahun-tahun tinggal di Jerman, Xhafer (Mišel Matičević) berhasil dapat pekerjaan kerah putih di sebuah perusahaan farmasi ternama. Namun, ini ternyata tidak serta merta bikin Xhafer terbebas dari perlakuan rasis dan xenofobik. Parah, perasaan Xhafer ini dianggap sebagai sentimen berlebihan oleh orang-orang terdekatnya, termasuk sang istri yang berkebangsaan Jerman.

3. R.M.N. (2022)

R.M.N.
R.M.N. (IFC Films/R.M.N.)

Keputusan pengelola pabrik roti di Rumania merekrut pekerja migran asal Sri Lanka tereskalasi jadi konflik rasial parah. Penduduk desa yang merupakan konsumen utama produk roti itu meminta pabrik memecat para pekerja migran.

Masalahnya, pabrik tak punya cukup sumber daya manusia lokal yang bersedia bekerja dengan upah yang ditawarkan, mengingat mereka bisa mencari kerja serupa di Eropa Barat dengan upah lebih tinggi. Film ini sukses memotret dilema warga Rumania yang tatanan ekonominya berubah sejak bergabung dengan Uni Eropa, sembari memotret fenomena intoleransi dan antimigran di sana.

4. Before the Rain (1994)

Before the Rain
Before the Rain (dok. Criterion/Before the Rain)

Before the Rain akan membawamu ke Makedonia Utara dan Inggris sekaligus. Strukturnya nonlinear dan punya keterkaitan seperti Pulp Fiction, tetapi dengan muatan sosial politik yang kental. Seperti Bosnia, Kroasia, dan Serbia, Makedonia Utara adalah bagian dari Yugoslavia sebelum perang etnis pecah di wilayah itu. Meski perang tidak sampai ke wilayah mereka, ketegangan antaretnik tetap melumpuhkan kehidupan warga. Kasus xenofobia meningkat dan tak sedikit yang akhirnya memilih kabur ke negara lain seperti Inggris.

5. White Dog (1982)

White Dog
White Dog (dok. Criterion/White Dog)

Topik xenofobia memang pas dikemas dalam genre horor. Dalam White Dog, kamu akan berkenalan dengan seorang aktris kulit putih yang tak sengaja menemukan seekor anjing terlantar dan memutuskan untuk membawanya pulang karena iba.

Satu hari, saat rumahnya disatroni perampok, anjing ini melindunginya dan ia makin yakin untuk mengadopsinya. Namun, ia terganggu dengan sebuah insiden ganjil yang melibatkan anjing itu beberapa waktu kemudian. Saat ia mencoba mengecek kesehatan anabul barunya itu, fakta mencengangkan pun tersingkap.

6. Midsommar (2019)

Midsommar
Midsommar (dok. A24/Midsommar)

Midsommar berhasil mengemas isu xenofobia dengan cara menarik. Film ini memakai perspektif sekelompok mahasiswa Amerika yang tertarik untuk menulis tesis soal paganisme di Swedia. Di sinilah Ari Aster secara akurat memotret kecenderungan orang-orang berprivilese ini saat melihat sesuatu di luar kultur mereka.

Tanpa mereka sadari, para anggota pagan juga menaruh curiga dan tak benar-benar menerima orang-orang baru itu. Xenofobia dalam film horor Midsommar berhasil dipotret dari dua sisi sekaligus sampai penonton dibikin bimbang menentukan siapa korban dan siapa pelakunya.

Xenofobia memang fenomena yang kompleks. Ia amat erat dengan sifat alamiah manusia, tetapi juga bisa terbentuk dari lingkungan. Namun, dari film-film tadi, terbukti kalau xenofobia bukan sesederhana perbedaan ras, tetapi lebih ke sentimen terhadap pendatang dan sesuatu yang asing.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Hype

See More

9 Potret Artis Nonton Konser BLACKPINK di Jakarta 2025 Hari Kedua

02 Nov 2025, 23:58 WIBHype