9 Kemenangan Oscar Paling Kontroversial, Ada Kobe Bryant!

- Kemenangan Oscar yang dianggap gak adil dan gak tepat menimbulkan kontroversi di mata publik
- Kasus kemenangan Kobe Bryant untuk film pendek "Dear Basketball" saat gerakan #MeToo mengungkap tuduhan pelecehan seksual terhadapnya
- Kontroversi kemenangan film seperti "Crash", "How Green Was My Valley", "Dances With Wolves", dan "Shakespeare in Love" yang dinilai tidak layak
Siapa yang gak tahu Academy Awards, alias Oscar? Yap, itu adalah pesta tahunan Hollywood yang penuh kemegahan, kemewahan, serta hadirnya para aktor dan pembuat film yang mendapatkan patung emas mengilap untuk membuktikan bahwa karya mereka sukses secara profesional, gak hanya di box office.
Namun, Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) terkadang bisa keliru dalam menentukan siapa yang berhak menerima piala Oscar. Sebab, pilihan Academy gak selalu benar di mata publik.
Sudah gitu, kesalahan AMPAS dianggap gak main-main oleh pengamat film. Publik menyayangkan kemenangan Oscar ini, mengingat ada skandal dan kelayakan kemenangan itu sendiri. Nah, siapa saja, ya?
1. Kemenangan Kobe Bryant dianggap gak pantas

Mendiang Kobe Bryant adalah pemain basket yang sangat hebat. AMPAS biasanya gak pernah memberikan piala Oscar untuk kategori olahraga seperti itu. Namun, pada 2017, Kobe Bryant bekerja sama dengan Glen Keane, seorang mantan animasi Disney yang telah menggarap banyak film klasik Disney, untuk memproduksi film pendek berjudul Dear Basketball. Film pendek ini merupakan sebuah penghormatan untuk dunia olahraga, yang akhirnya membuat nama Kobe Bryant semakin dikenal. Apalagi, pada Oscar 2018, Kobe Bryant meraih piala Oscar pertamanya dan satu-satunya berkat film Dear Basketball sebagai Film Animasi Pendek Terbaik.
Sayangnya, film pendek tersebut muncul di tengah-tengah gerakan #MeToo, ketika korban pelecehan seksual mengungkapkan pengalaman traumtis mereka dengan tokoh-tokoh Hollywood, seperti Harvey Weinstein dan Kevin Spacey. Nah, Kobe Bryant rupanya pernah menghadapi tuduhan serupa. Kobe dituduh melecehkan seorang karyawan berusia 19 tahun di sebuah hotel tempat ia menginap.
Kasus ini diselesaikan di luar pengadilan. Adapun, korban sendiri diduga gak mau bersaksi di pengadilan. Jadi, banyak yang mempertanyakan kemenangan Oscar Kobe Bryant yang dianggap gak pantas. Di samping itu, Kobe memilih diam dan gak menanggapi pemberitaan buruk tersebut.
2. Kemenangan film Crash sebagai Film Terbaik dianggap keliru

Crash (2004) karya sutradara Paul Haggis dianggap sebagai film yang menggurui masalah ras dan gak layak menang Oscar. Namun, Crash justru membawa pulang piala Oscar sebagai Film Terbaik. Nah, karena keputusan Academy ini, banyak yang bilang kalau kemenangan itu sebagai salah satu kemenangan Film Terbaik terburuk sepanjang masa.
Pasalnya, film Brokeback Mountain karya Ang Lee dianggap lebih layak memenangkan piala Oscar, karena menampilkan akting memukau dari Jake Gyllenhaal dan Heath Ledger. Gak hanya itu, nominasi lainnya juga gak kalah keren, seperti Munich karya Steven Spielberg dan film biografi Capote, yang dibintangi oleh Philip Seymour Hoffman.
Saat diwawancarai Hitfix, sang sutradara film Crash, Paul Haggis bahkan terkejut dengan kemenangan filmnya. Ia bilang, "Kalian seharusnya gak bertanya kepadaku apa film terbaik tahun ini, karena aku gak mungkin memilih Crash."
3. Kemenangan Oscar Marisa Tomei yang dianggap gak sah, karena rumor yang gak terbukti kebenarannya

Gak seorang pun menduga kalau penghargaan Academy Awards untuk Aktris Pendukung Terbaik pada 1993 menjadi kontroversi. Sebenarnya, nominasi tersebut diterima aktris-aktris kawakan, seperti Judy Davis untuk perannya dalam Husbands and Wives, Vanessa Redgrave untuk perannya dalam Howards End (yang juga dinominasikan untuk Film Terbaik), Joan Plowright untuk perannya dalam Enchanted April, dan Miranda Richardson untuk perannya dalam Damage. Rupanya, Marisa Tomei yang saat itu berusia 29 tahun, juga dinominasikan untuk perannya sebagai pacar dari seorang pengacara Joe Pesci dalam film My Cousin Vinny.
Nah, Marisa Tomei memenangkan piala Oscar untuk Aktris Pendukung Terbaik kala itu. Namun, ada rumor kalau pembaca nominasi pada saat itu, yakni Jack Palance, salah membaca nama pemenangnya. Rumor tersebut masih hangat hingga hari ini, meskipun Academy berulang kali membantah rumor tersebut.
Saat diwawancarai oleh Roger Ebert pada 1997, Direktur Academy, Bruce Davis, bilang, "Jika hal itu terjadi, kru di belakang panggung pasti akan langsung naik ke panggung dan menunjukkan bahwa itu salah."
Marisa Tomei sendiri adalah aktris yang berbakat. Sejak memenangkan piala Oscar, Marisa kembali dinominasikan sebanyak dua kali, untuk perannya dalam In the Bedroom dan The Wrestler. Yap, meskipun kemenangannya kontroversial, ternyata rumor tersebut gak benar.
4. Kemenangan How Green Was My Valley terjadi berkat propaganda William Randolph Hearst dan mengalahkan film Citizen Kane yang dianggap lebih layak

Dalam Academy Awards ke-14 pada 1942, John Ford, seorang sutradara kawakan yang berbakat, membawa pulang penghargaan Oscar sebagai Sutradara Terbaik sekaligus Film Terbaik untuk How Green Was My Valley. Saat itu, kemenangannya gak kontroversial. Namun, perlahan terbongkar kalau kemenangan tersebut merupakan hasil dari kampanye kotor yang dilakukan maestro surat kabar bernama William Randolph Hearst untuk memengaruhi siapa yang akan memenangkan Oscar.
William Randolph Hearst membuat kabar burung tentang film debut dari aktor sekaligus sutradara muda, Orson Welles yang berjudul Citizen Kane. Intinya, William menjelek-jelekan Orson. Meskipun begitu, Orson Welles juga membawa pulang piala Oscar untuk Naskah Asli Terbaik.
Nah, yang jadi kontroversialnya lagi, How Green Was My Valley dianggap bukanlah film yang bagus-bagus amat. Film ini gak menduduki puncak daftar film terhebat sepanjang masa versi kritikus. How Green Was My Valley justru kalah saing dengan Citizen Kane yang mendapat pujian positif dari kritikus.
5. Dances With Wolves dianggap gak layak memenangkan Oscar, karena kritikus lebih suka dengan film Goodfellas karya Martin Scorsese

Dalam beberapa tahun sejak dirilis pada 1990, Dances With Wolves garapan sutradara Kevin Costner, yang memenangkan piala Oscar sebagai Film Terbaik pada 1991, dinilai ulang oleh para kritikus, dan mereka baru menyadari kalau film ini gak layak menang Oscar. Dance with Wolves dianggap memiliki kiasan paling kontroversial dalam dunia perfilman, yakni adanya Juru Selamat Kulit Putih, atau adanya supremasi kulit putih. Bisa dibilang, film ini rasis, terutama jika ditonton pada era ini.
Namun, 1990 menjadi tahun yang menerima pemahaman rasis seperti itu. Banyak kritikus menilai kalau film Martin Scorsese yang berjudul Goodfellas, lebih layak memenangkan Film Terbaik pada 1991. Apalagi, Martin Scorsese adalah sutradara terhebat yang menggarap film-film brilian. Martin sendiri dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik sebanyak 6 kali sebelum akhirnya membawa kemenangan pertamanya untuk film The Departed pada 2006.
6. Ordinary People mengalahkan film-film yang dianggap kritikus jauh lebih unggul

Nominasi untuk Film Terbaik pada 1981 diisi oleh film-film berkualitas, seperti Tess garapan Roman Polanski, The Elephant Man garapan David Lynch, film biografi Loretta Lynn yang berjudul Coal Miner's Daughter, Raging Bull garapan Martin Scorsese, dan Ordinary People, sebuah drama yang disutradarai oleh Robert Redford. Film-film ini pasti membuat Academy kewalahan untuk menentukan yang terbaik.
Film Terbaik jatuh pada Ordinary People. Namun, kemenangannya menimbulkan kontroversi, karena film ini dianggap kurang layak, mengingat ada film-film lain yang lebih unggul. Misalnya, Tess dan Coal Miner's Daughter, dua film epik yang menampilkan akting luar biasa dari Nastassja Kinski dan Sissy Spacek.
Kemudian, ada film Elephant Man dan Raging Bull yang gak kalah keren. Khususnya Raging Bull yang saat ini diakui sebagai salah satu film terhebat dalam karya Martin Scorsese. Kekalahannya bahkan dianggap sebagai salah satu penolakan paling mengerikan dari Academy.
7. Kemenangan Shakespeare in Love mengundang kontroversi karena trik kotornya

Kemenangan Shakespeare in Love (1998) untuk nominasi Film Terbaik pada Oscar 1999 menimbulkan kontroversi. Pasalnya, Shakespeare in Love dianggap mengalahkan film Saving Private Ryan garapan Stephen Spielberg, yang disebut-sebut sebagai film perang terhebat sepanjang masa. Kemenangan Shakespeare in Love bermasalah karena produser film ini sendiri, yakni Harvey Weinstein.
Pasalnya, Harvey Weinstein dituduh melakukan tindakan gak senonoh, pelecehan, dan penyerangan seksual terhadap 80 perempuan, termasuk bintang Shakespeare in Love, yaitu Gwyneth Paltrow. Gwyneth mengaku kalau Harvey Weinstein menyentuhnya dengan gak sopan selama bertahun-tahun.
Di samping itu, Harvey Weinstein membujuk Gwyneth Paltrow dan bintang-bintang film Shakespeare in Love lainnya untuk mempromosikan film tersebut dengan berlebihan. Adapun, mereka gak dibayar pantas atas kerja lembur mereka. Di sisi lain, mereka diminta untuk menjelek-jelekkan film Saving Private Ryan.
8. Kemenangan Phil Collins menuai kontroversi karena dianggap gak layak

Phil Collins adalah penyanyi sekaligus penulis lagu yang bisa dibilang luar biasa, drummer yang berbakat, dan karyanya di era 80-an cukup terkenal. Saat Phill Collins membawa pulang penghargaan Oscar sebagai Lagu Asli Terbaik untuk "You'll Be in My Heart", dari film Tarzan (1999) produksi Disney, kemenangannya bikin heboh publik. Wah, kenapa, ya?
Pasalnya, lagu ini bersaing dengan nominasi lain yang luar biasa, seperti lagu "When She Loved Me" dari film Toy Story 2 karya Randy Newman, dan lagu "Blame Canada" untuk soundtrack film South Park: Bigger, Longer and Uncut. Nah, kegagalan mereka di ajang Oscar membuat pengamat bingung.
9. Kemenangan Lord of the Rings: The Return of the King dianggap gak pantas

Trilogi Lord of the Rings karya Peter Jackson diakui dan disukai oleh para fansnya, tetapi kemenangan Oscar Lord of the Rings: The Return of the King disebut gak layak. Pasalnya, film ini dianggap terlalu panjang dan ceritanya riweh. Selain itu, efek CGI-nya berlebihan.
Di samping itu, nominasi lainnya gak kalah hebat, seperti film Mystic River karya Clint Eastwood dan Lost in Translation karya Sofia Coppola, yang keduanya dianggap sebagai salah satu film terbaik di tahun tersebut. Sementara itu, kisah dalam film Lord of the Rings: The Return of the King dianggap bertele-tele.
Kemenangan Oscar memang sering kali mengejutkan publik. Rupanya, gak semua kemenangan di Oscar disukai kritikus atau pun penikmat film. Itulah sebabnya timbul kontroversi. Yap, setidaknya semua film, aktris atau aktor yang kalah di Oscar, punya kehebatan sendiri di hati para penggemarnya.