10 Musisi dengan Visual Branding Ciamik, Faktor Langgeng!

Tak terhitung berapa musisi yang aktif di luar sana tetapi harus diakui hanya beberapa yang mudah dikenal orang. Bahkan di kalangan non-penggemar musik sekalipun. Selain produk alias lagu yang berkualitas, visual branding ternyata punya peran penting dalam kesuksesan dan kelanggengan karier musisi.
Apa iya? Mari bahas peran visual branding dalam karier musisi lewat sepuluh penyanyi perempuan berikut. Langsung paham, deh!
1. Taylor Swift identik dengan sparkle dan gitar akustiknya
Selain kemampuan berceritanya yang di atas rata-rata, Taylor Swift juga mudah dikenali karena gaya country-nya yang unik sejak debut. Rambut keriting, gaun sparkling, dan gitar akustik di tangan.
Ia sempat berganti gaya untuk album Red (2012), 1989 (2014), dan Reputation (2017), tetapi masih menyertakan sparkle dalam identitas estetikanya. Saat The Eras Tour, Swift kembali mengadopsi gaya country lawasnya lewat gaun-gaun ala putrinya, tetapi ditambah sentuhan modern lewat kilau dan warna-warna pastel kekinian macam lavender, merah muda, biru, dan beige.
2. Warna ungu dan gaya grunge jadi ciri khas Olivia Rodrigo sejak debut
Konsistensi Olivia Rodrigo menggunakan warna-warna gelap dan mute untuk identitas visualnya bahkan sudah terbaca saat ia debut lewat lagu "drivers license." Menariknya, ia juga identik dengan warna ungu serta turunannya. Itu karena kedua albumnya sejauh ini, SOUR (2021) dan GUTS (2023) menggunakan warna ungu sebagai warna dasarnya. Ia juga selalu menyertakan warna itu untuk desain panggungnya saat tur.
Selain warna ungu, Rodrigo juga setia mengenakan pakaian-pakaian bergaya gothic dan grunge yang didesain khusus buat membingkai tubuh mungilnya. Gaya macam ini pernah dipakai Avril Lavigne. Namun, beda dengan Lavigne yang tomboi, gaya grunge Olivia Rodrigo lebih chic dan gen Z.
3. Sabrina Carpenter membuat warna biru langit dan femininitas jadi bagian integral dari dirinya
Sabrina Carpenter juga sering dipakai sebagai demonstrasi visual branding yang berhasil menentukan kesuksesan seorang musisi. Sejak bergabung dengan Island Records pada 2021, ia mengubah drastis visual branding-nya. Dimulai oleh album emails i can't send (2022), Carpenter identik dengan kostum-kostum feminin dan warna cerah, seperti gaun mini dengan potongan berbentuk hati di tengah.
Branding Carpenter makin kuat pada era Short n' Sweet (2024), ketika ia memilih warna biru sebagai bagian integral dari identitas estetiknya. Bahkan saat beberapa kali bekerja sama dengan jenama komersial, produk kolaborasi mereka selalu berwarna biru.
4. High ponytail sejak dulu jadi signatur Ariana Grande
Ketimbang warna, sebenarnya Ariana Grande paling dikenal lewat high ponytail-nya yang khas. Ini membuat siluetnya saja sudah bikin orang memikirkan Grande. High ponytail dipakai Grande sejak debut dan masih jadi bagian dari dirinya sampai sekarang.
Cukup susah melihat Grande dengan rambut digerai. Untuk urusan warna, Grande sebenarnya punya beberapa warna yang sering ia pakai untuk keperluan album, yakni ungu dan hijau. Semuanya dikemas dengan saturasi rendah.
5. Charli XCX adalah cerminan gadis rebel, cuek, yang suka pesta
Charli XCX adalah salah satu contoh unik lain dari penerapan visual branding untuk musisi. Meski sekarang dikenal lekat dengan warna hijau elektrik yang jadi warna dasar sampul album brat (2024), sebenarnya Charli lebih dulu dikenal lewat gaya pakaiannya yang nyentrik.
Beda dengan musisi lain, ia mengambil risiko dengan menampilkan persona rebel, cuek, dan suka pesta. Ini terlihat dari riasannya yang bold dan garang, rambut ikalnya yang selalu digerai, dan kostumnya yang identik dengan bahan kulit dan warna hitam.
6. Billie Eilish dengan pakaian longgar dan layered-nya
Billie Eilish gak berubah sejak debut. Ia selalu mengenakan pakaian baggy alias longgar dan bermain dengan layer. Bukannya bikin risih, ia justru tampak unik dan beda dari kebanyakan musisi perempuan sebayanya. Bahkan saat harus ke acara formal, gaun yang ia pilih pun bakal berpotongan longgar dan berlapis. Sebuah konsistensi gaya yang membuat Eilish mudah diingat selain kualitas musiknya yang ciamik.
7. Chappell Roan mengguncang lewat gaya nyentrik ala drag race dan rambut merah keriting
Chappell Roan juga berhasil menawarkan sesuatu yang baru sekaligus membuatnya mudah diingat. Mendampingi rambut merah keritingnya, Chappell Roan makin konsisten mengenakan pakaian dan riasan ala drag race yang mencolok. Bukan sembarang ide, ini sesuai dengan lagu-lagunya yang juga bernada queer alias mewakili komunitas LGBTQ+.
8. Tate McRae selalu tampil dengan gaya urban sporty
Sempat tenggelam, Tate McRae mulai menemukan visual branding-nya sejak merilis single "exes" dan "greedy" pada 2023. Ia selalu tampil dengan pakaian sporty yang dimodifikasi sedemikian rupa agar terlihat unik dan lebih feminin.
Tak hanya di video musik, ia juga menerapkan gaya yang sama saat konser. Identitas urban sporty-nya tampak masih dipertahankan sampai sekarang, terlihat dari video musik dua lagu barunya, "It's Ok I'm Ok" dan "2 hands."
9. Bernadya tak pernah lepas dari gaun hitam minimalis
Tak cuma musisi mancanegara, kamu juga bisa menemukan visual branding ciamik dari dalam negeri. Bernadya bisa jadi salah satu contoh menarik.
Selain lagu galaunya yang memikat banyak telinga, sang musisi juga mudah dikenal karena kesetiannya mengenakan gaun hitam. Pemilihan gaya fesyen itu seolah memperkuat kesan duka dan kelam yang ia ekspresikan lewat lagu.
10. Nadin Amizah identik dengan gaun cantik nan kalem ala 70-an
Sesuai dengan genre pop-folk yang diusungnya, Nadin Amizah juga sengaja bergaya klasik dalam setiap kesempatan. Ia hampir selalu mengenakan gaun cantik berenda atau bermotif floral berwarna kalem yang menguarkan kesan jadul ala 70-an.
Pilihan fesyen ini membuat Nadin juga mudah dikenali. Dari luar negeri, ada Laufey yang juga mengadopsi gaya serupa, sesuai dengan genre pop-klasik yang diusungnya.
Lagu memang nomor satu, tetapi gak bisa dipungkiri pilihan fesyennya yang unik ikut berpengaruh. Terbukti ada beberapa musisi berkualitas yang gagal masuk ranah mainstream karena visual branding-nya yang kurang konsisten. Madison Beer dan Clairo adalah beberapa di antaranya. Menarik, nih, kalau dibahas juga!