Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Film Mickey 17, Kritik Bong Joon Ho terhadap Fasisme

Mickey 17 (dok. Warner Bros. Pictures/Mickey 17)
Intinya sih...
  • Bong Joon Ho kembali dengan film terbarunya, Mickey 17, yang menyajikan satire politik dengan pendekatan tidak konvensional dan memadukan berbagai genre.
  • Robert Pattinson memberikan penampilan mengesankan sebagai Mickey Barnes, disertai kontribusi signifikan dari pemeran pendukung lainnya.
  • Mickey 17 melanjutkan eksplorasi Bong terhadap tema kapitalisme dan fasisme, namun terlalu gamblang dalam menyampaikan kritik sehingga kurang "menggigit."

Bong Joon Ho, sutradara Korea Selatan yang dikenal lewat kritik sosial tajam dalam film-film seperti Snowpiercer (2013) dan Parasite (2019), kembali dengan film terbarunya, Mickey 17 (2025). Memakai pendekatan tidak konvensional dengan memadukan berbagai genre, kali ini Bong menyajikan satire politik yang relevan dengan kondisi saat ini.

Berdurasi 137 menit atau 2 jam 17 menit, Mickey 17 membawakan banyak hal untuk disajikan kepada penontonnya. Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangannya? Apakah film ini layak untuk ditonton? Mari simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

 

1. Penampilan menghibur dari Robert Pattinson

Mickey 17 (dok. Warner Bros. Pictures/Mickey 17)

Robert Pattinson memberikan penampilan yang mengesankan sebagai Mickey Barnes. Pattinson berhasil membawakan karakter Mickey 17 yang polos dengan Mickey 18 yang tengil, masing-masing dengan aksen khas dan ekspresi yang kontras satu sama lain.

Kemampuannya menyeimbangkan humor dan keputusasaan eksistensial juga menambah kedalaman karakter ini. Pemeran pendukung seperti Naomi Ackie, Steven Yeun, Toni Collette, hingga Mark Ruffalo memberikan kontribusi signifikan dalam memperkaya dinamika cerita.

2. Kritik tajam terhadap kapitalisme dan fasisme

Mickey 17 (dok. Warner Bros. Pictures/Mickey 17)

Mickey 17 melanjutkan eksplorasi Bong terhadap tema kapitalisme dan fasisme, mirip dengan yang pernah ia angkat dalam Okja (2017). Film ini seolah memparodikan fasisme, menunjukkan bagaimana kapitalisme dapat melahirkan diktator populis yang merusak lingkungan.

Dalam film ini, karakter Senator Kenneth Marshall (Mark Ruffalo) mencerminkan pemimpin otoriter dengan ambisi untuk memimpin "ras manusia semurni salju" di planet Niflheim. Hal ini menggambarkan kebangkitan fasisme yang sepertinya mulai terlihat hari ini.

Namun, pendekatan film yang terlalu gamblang dalam menyampaikan kritik membuatnya melanggar prinsip "show, don't tell." Sepanjang film, Bong terus menyuapi penonton, seolah-olah takut kalau mereka tidak memahami pesan yang ingin disampaikannya.

3. Visual dan scoring yang memukau

Mickey 17 (dok. Warner Bros. Pictures/Mickey 17)

Selain menawarkan tema yang kompleks, film ini juga dibalut dengan sinematografi yang menawan. Kolaborasi Bong dengan sinematografer Darius Khondji (Okja, Se7en) menghasilkan visual memukau, menggambarkan lanskap futuristik di planet Niflheim.

Musik latar yang digubah oleh Jung Jae Il, yang sebelumnya bekerja sama dengan Bong dalam Parasite, juga semakin memperkuat setiap adegan di dalamnya. Kombinasi audiovisual yang kuat ini memberikan pengalaman sinematik yang unik dan spesial.

4. Sedikit mengecewakan di babak ketiga

Mickey 17 (dok. Warner Bros. Pictures/Mickey 17)

Meskipun dua babak pertama film ini berhasil membangun cerita dengan baik, babak ketiganya malah terasa kurang memuaskan. Penyuntingan yang berlebihan dan keputusan Bong untuk bermain aman membuat klimaks film terasa kurang "menggigit."

Berbeda dengan Snowpiercer yang lebih keras dalam membawakan kritik perjuangan kelas (di mana Bong sempat bersiteru dengan Harvey Weinstein), atau Parasite yang menyajikan plot twist, film ini terkesan seperti proyek lanjutan Okja dengan bujet yang lebih besar.

Jadi, seberapa bagus film ini? Membawakan tema eksistensial dan politik yang menggugah pikiran, ditambah penampilan luar biasa dari Robert Pattinson dan Mark Ruffalo, film ini tetap menghibur. Cocok untuk ditonton akhir pekan nanti.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Shandy Pradana
Indra Zakaria
Shandy Pradana
EditorShandy Pradana
Follow Us