Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Shelby Oaks, Debut Horor dari Kritikus Film Terkenal

Review Film Shelby Oaks, Debut Horor dari Kritikus Terkenal.jpeg
Shelby Oaks (dok. Neon/Shelby Oaks)

Shelby Oaks (2025) menandai momen penting bagi dunia kritik film, karena seorang kritikus kini berada di balik kamera. Chris Stuckmann, yang terkenal lewat analisis filmnya di YouTube, kini resmi menjadi sutradara lewat debut horor ambisius ini. Dengan dukungan Mike Flanagan (The Life of Chuck, Midnight Mass) sebagai produser dan bantuan NEON, Shelby Oaks datang membawa ekspektasi besar.

Pertanyaannya: apakah Stuckmann berhasil membuktikan dirinya? Hasilnya cukup mengejutkan. Shelby Oaks bukan sekadar debut yang "aman," tapi sebuah percobaan berani dengan potensi besar. Lalu, apakah film ini direkomendasikan? Apa saja kelebihan-kekurangannya? Yuk, simak ulasannya di bawah ini!

1. Dibuka dengan found footage seram, mirip The Blair Witch Project (1999)

Dibuka dengan found footage seram, mirip The Blair Witch Project (1999).jpeg
Shelby Oaks (dok. Neon/Shelby Oaks)

Film dimulai seperti The Blair Witch Project atau Lake Mungo versi era awal YouTube, meniru gaya dokumenter kriminal dengan rekaman video dari sekelompok pemburu hantu bernama Paranormal Paranoid. Pada tahun 2009, empat anggota tim tersebut menghilang secara misterius. Tiga jasad ditemukan, kecuali satu anggota bernama Riley Brennan (Sarah Durn) yang hilang tanpa jejak.

Beralih 12 tahun kemudian, kakak Riley, Mia (Camille Sullivan), mencurigai kalau tempat wisata masa kecil mereka, Shelby Oaks, menyimpan banyak misteri. Sampai akhirnya, seorang pria muncul di teras rumah Mia dengan kaset rekaman yang hilang di tangannya. Sejujurnya, pendekatan ini terasa segar dan menyeramkan.

Sinematografer Andrew Scott Baird berhasil menciptakan atmosfer realistis khas video rumahan yang membuat bulu kuduk merinding. Adegan-adegan awalnya benar-benar terasa seperti menonton video internet yang tidak seharusnya kita tonton. Namun, saat film beralih ke gaya sinematografi yang lebih halus dan konvensional, rasa misterinya perlahan terkikis.

2. Slow burn yang kehilangan daya tariknya menjelang akhir

Slow burn yang kehilangan daya tariknya menjelang akhir.jpeg
Shelby Oaks (dok. Neon/Shelby Oaks)

Sebagai debut penyutradaraan, Stuckmann jelas tahu bagaimana membangun suasana dan ketegangan. Shelby Oaks mengandalkan tempo lambat (slow burn) yang efektif menumbuhkan rasa tidak nyaman dan penasaran. Tapi sayang, seiring berjalannya cerita rasa takut itu mulai pudar.

Bagian tengah film berubah menjadi lebih klise, penuh dengan adegan menoleh perlahan ke belakang dan suara misterius di kegelapan yang berulang kali digunakan. Beberapa subplot, seperti konflik keluarga antara Mia dan suaminya, Robert (Brendan Sexton III), terasa kurang matang dan tidak cukup emosional untuk menambah bobot cerita. Selain itu, tidak ada aktor pendukung lain yang menonjol di film ini.

Meski begitu, Stuckmann tetap menunjukkan kecerdasannya sebagai fans horor sejati. Ia tahu cara menyusun ketegangan, meski belum sepenuhnya menguasai cara melepaskannya dengan payoff memuaskan. Film ini punya banyak momen menyeramkan, tapi kesimpulannya terasa biasa-biasa saja.

3. Apakah Shelby Oaks recommended untuk ditonton?

Apakah Shelby Oaks recommended untuk ditonton.jpg
Shelby Oaks (dok. Neon/Shelby Oaks)

Shelby Oaks bukan film horor yang sempurna, tetapi ia menunjukkan keberanian besar dari seorang sutradara debutan yang berasal dari dunia kritik. Film ini punya ide kuat, atmosfer menyeramkan, dan beberapa adegan yang benar-benar membuat penonton menutup mata. Namun, ceritanya kehilangan arah di paruh akhir karena terlalu bergantung pada formula horor lama.

Chris Stuckmann mungkin belum menciptakan mahakarya seperti The Blair Witch Project atau Hereditary, tapi ia sudah mengambil langkah pertama yang menjanjikan. Dan melihat bagaimana NEON mendukungnya, kita mungkin akan melihat lebih banyak karya horor yang lebih matang darinya di masa depan. Shelby Oaks tayang di bioskop Indonesia mulai 29 Oktober 2025.

Share
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us

Latest in Hype

See More

9 Potret Tyas Mirasih Umrah Pertama Kali Bersama Suami, Penuh Cinta

29 Okt 2025, 06:21 WIBHype