Skala Produksi Film Pabrik Gula Melebihi KKN, MD Optimis Box Office

Jakarta, IDN Times - Film horor Pabrik Gula siap dirilis di bioskop pada Lebaran 2025. Gak tanggung-tanggung, karya terbaru MD Entertainment bersama sutradara Awi Suryadi tersebut akan ditayangkan dalam format IMAX.
Sang sutradara mengklaim bahwa film Pabrik Gula memiliki skala produksi yang jauh lebih besar dibandingkan film terdahulu mereka, yaitu KKN di Desa Penari, yang sukses mencatat sejarah menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa. Berikut selengkapnya.
1. Sutradara klaim skala film Pabrik Gula jauh lebih besar dari KKN di Desa Penari

Sutradara Awi Suryadi blak-blakan berbicara soal skala produksi film Pabrik Gula. Dalam acara peluncuran poster dan trailer resmi film Pabrik Gula, ia mengklaim bahwa skala produksi film ini jauh lebih besar dari film-film horor terdahulunya bersama MD Entertainment, termasuk KKN di Desa Penari yang dirilis pada 2022.
"Sejak film Kisah Tanah Jawa, saya bikin tiga film horor untuk MD. Tentunya film MD selalu serius, cuma secara skala produksi, gak ada yang sebesar ini, bahkan ini dibanding KKN (KKN di Desa Penari) jauh lebih besar," ungkap Awi Suryadi, Kamis (30/1/2025).
2. Tim produksi sampai bikin sumur sendiri hingga borong ladang tebu seluas empat hektar

Sang sutradara kemudian menjelaskan secara rinci terkait skala produksi yang dimaksud. Selain memang melakukan syuting di dua pabrik gula asli sekaligus yang berlokasi di Cirebon dan Klaten, film Pabrik Gula juga memiliki banyak aktor dan juga karakter entitas.
"Sebelum ini saya mengerjakan Sebelum 7 Hari, Perewangan, Do You See What I See, itu seperti kayak one house horor. Kalau ini, skalanya jauh lebih besar, ada pabrik, ada mes, ada tempat tinggal, ada traveling luar kota, karakternya juga banyak dan karakter hantunya juga banyak," lanjutnya.
Bukan cuma itu, demi keperluan adegan, tim produksi bahkan sampai totalitas membuat sumur sendiri hingga memborong panen tebu seluas empat hektar dari petani.
"Kita ada bikin sumur juga. Kan, schedule syuting kita sama panen tebu mereka gak sama. Jadi tantangannya adalah bagaimana kita menahan mereka untuk tebunya jangan dipanen. Artinya kita harus beli ke petani, empat hektar tebu. Empat hektar tebu ditahan, jangan dipanen supaya kita bisa syuting."
3. Manoj Punjabi optimis akan box-office

Dengan skala produksi film yang lebih besar dan juga plot yang lebih luas, Manoj Punjabi, CEO MD Entertainment, pun memandang film Pabrik Gula memiliki potensi yang lebih besar untuk box-office.
"Production value-nya, kita jauh di atas. Plotnya lebih luas lagi. Ngomongin pabrik gula, syuting di Jawa Tengah, di Jawa Barat, kita berpindah lokasi, dan karakternya lebih berkembang. Jadi kami sudah estimasi ini film punya potensi yang lebih besar lagi," kata Manoj Punjabi.
Oleh karena itu, ia pun percaya diri untuk menayangkan film dalam format IMAX.
"IMAX itu punya kriteria, ini bukan hanya tentang kualitas, tapi harus ada standar dari segi potential box-office," lanjutnya.
Sementara itu, Lele Laila, yang kembali digandeng menjadi penulis naskah, juga optimis film Pabrik Gula akan mampu menarik banyak penonton, karena kisahnya yang related dan dekat dengan masyarakat sehingga cocok ditayangkan saat Lebaran.
"Aku bilang, 'Pak (Manoj Punjabi) ini film Lebaran. Bayangin, dulu ada banyak sekali orang yang selalu jadi buruh musiman di pabrik gula. Ada ribuan orang, dari tahun ke tahun. Sekarang mereka sudah punya anak cucu, mungkin. Bayangkan, cerita ini bukan hanya dekat dengan mereka, tetapi kita bisa menceritakan bersama sambil makan ketupat.'" kata Lele Laila.