9 Sutradara yang Raih 2 Palme d'Or di Cannes Film Festival

Sejak pertama kali digelar pada 1946, Cannes Film Festival menjelma sebagai ajang paling bergengsi di industri perfilman internasional. Palme d’Or sebagai penghargaan tertingginya menjadi dambaan bagi para pegiat film. Nama para pemenangnya sudah dipastikan terukir abadi dalam sejarah perfilman, bersanding dengan film mereka sebagai sebuah karya seni yang luar biasa.
Usai melangsungkan pagelarannya yang ke-77 pada Mei 2024 lalu, tercatat hanya sembilan sutradara yang memenangkan Palme d’Or sebanyak dua kali. Para sineas tersebut dijuluki sebagai The Notable Nine. Siapa saja mereka?
1. Francis Ford Coppola

Francis Ford Coppola menjadi sutradara pertama yang memenangkan penghargaan tertinggi di Cannes Film Festival sebanyak dua kali. Palme d’Or pertamanya dimenangkan pada 1974 berkat The Conversation. Kala itu penghargaan tersebut masih dikenal sebagai Grand Prix.
Pada 1979, Apocalypse Now mengantarkan sineas yang menjadi salah satu pencetus gerakan New Hollywood tersebut memenangkan Palme d’Or keduanya. Uniknya, Francis Ford Coppola tidak sendirian. Ia berbagi penghargaan tersebut dengan sutradara Volker Schlöndorff untuk film arahannya berjudul The Tin Drum (1979).
2. Bille August

Karir Bille August sebagai sineas meroket usai kinerjanya dalam Pelle the Conqueror (1987) diganjar Palme d’Or. Bille August sendiri bukan nama yang asing di Cannes Film Festival. Sutradara asal Denmark tersebut telah lebih dulu memenangkan Un Certain Regard untuk film panjang keduanya berjudul Zappa (1983).
Lewat The Best Intentions (1992), Bille August menyabet Palme d’Or keduanya. Ingmar Bergman selaku penulis naskah menulis film tersebut berdasarkan dari jalinan hubungan orangtuanya yang kompleks. Lalu pada tahun 1997, komite Festival de Cannes memberikan penghargaan Palme des Palmes atas pencapaiannya sebagai pegiat film.
3. Emir Kusturica

Nama Emir Kusturica melegenda di Cannes Film Festival. Bagaimana tidak? Sutradara berdarah Prancis-Serbia tersebut langsung memenangkan Palme d’Or lewat When Father Was Away on Business (1985) dalam kali pertamanya berpartisipasi di lini competition.
Satu dekade kemudian, Underground (1995) mengantarkan Emir Kusturica pada Palme d’Or keduanya. Pada 2005, Kusturica ditunjuk sebagai presiden untuk Feature Film Jury. Bersama anggota juri lainnya, Kusturica menganugerahkan Palme d’Or pada Dardenne bersaudara untuk The Child.
4. Shohei Imamura

Shōhei Imamura bukan nama asing di ajang Festival Film Cannes. Film-film besutan sineas asal Jepang tersebut langganan menjadi partisipan di berbagai kategori. Imamura pertama kali berpartisipasi pada 1962 melalui Cupola sebagai penulis naskah.
The Ballad of Narayama (1983) membawa Shōhei Imamura meraih Palme d’Or pertamanya. Pada 1997, Imamura kembali mendapatkan penghargaan tersebut berkat The Eel. Imamura berbagi Palme d’Or dengan sutradara Abbas Kiarostami untuk Taste of Cherry.
5. Jean-Pierre dan Luc Dardenne

Kerap mengangkat isu sosial di lingkungan kelas pekerja, film-film besutan Jean-Pierre dan Luc Dardenne menggugah perasaan penontonnya. Bahkan, 12 judul film yang masuk dalam lini competition di Cannes Film Festival bahkan dibuat sebagai bentuk kritik terhadap kesenjangan sosial.
Dardenne bersaudara memenangkan kedua Palme d’Or mereka melalui Rosetta (1999) dan The Child (2005). Keduanya menghadirkan sebuah kisah yang menyentuh tentang kerasnya perjuangan untuk bertahan hidup di lingkungan yang kejam.
6. Michael Haneke

Dikenal berkat kepiawaiannya dalam membuat film provokatif dengan mengangkat topik yang suram dan tabu, tidak heran jika Michael Haneke dilabeli sebagai sutradara kontroversial. Meskipun begitu, nampaknya karya-karya sineas asal Austria tersebut memiliki tempat khusus di Cannes Film Festival.
The Piano Teacher (2001) yang brutal dan seksi diganjar penghargaan Grand Prix. Lewat dua film yang sangat bertolak belakang–The White Ribbon (2009) yang gelap dan Amour (2012) yang menyayat hati–Haneke mengklaim Palme d’Or dalam waktu berdekatan.
7. Ken Loach

Serupa dengan Dardenne bersaudara, Ken Loach menjadikan film sebagai media untuk menyampaikan kritikannya terhadap isu sosial. Sejak pertama kali berpartisipasi pada 1980 melalui The Gamekeeper dalam lini Un Certain Regard, 16 judul film besutannya telah tayang di Cannes Film Festival.
Ken Loach memenangkan dua Palme d’Or untuk The Wind That Shakes The Barley (2006) dan I, Daniel Blake (2016). Loach turut menyabet penghargaan Jury Prizes untuk Hidden Agenda (1990), Raining Stones (1993), dan The Angel’s Share (2012).
8. Ruben Ostlund

Ruben Östlund menjadi anggota terbaru dalam daftar Notable Nine. Komedi satir yang dikemas dengan elegan sukses mencuri perhatian Cannes Film Festival. Palme d’Or pertama Ruben Östlund raih lewat film dark comedy The Square (2017). Kemudian, sutradara asal Swedia tersebut membawa penghargaan keduanya di pagelaran Cannes Film Festival ke-75 lewat Triangle of Sadness (2022).
9. Alf Sjoberg

Palme d’Or baru diresmikan sebagai penghargaan tertinggi di Cannes Film Festival pada 1955. Masih menyandang nama Grand Prix du Festival International du Film, ternyata ada satu sutradara yang telah memenangkan penghargaan tersebut lebih dari satu kali. Siapa lagi kalau bukan Alf Sjöberg.
Sutradara asal Swedia itu pertama kali memenangkan Palme d’Or lewat Torment (1944) yang mana merupakan debut auteur Ingmar Bergman sebagai penulis naskah. Sjöberg mendapatkan Palme d’Or keduanya melalui Miss Julie (1951) yang mana merupakan adaptasi dari pentas teater besutan August Strindberg.
Deretan film besutan para sutradara diatas secara tidak langsung memberikan dampak besar terhadap perkembangan sinema modern. Karya-karya mereka turut memotivasi para sineas muda untuk terus mengasah bakat serta tidak takut dalam mengeksplorasi kreativitas mereka.