Yang Membekas dari Jazz Gunung Ijen 2025, Musik Cantik Dikala Rintik

Banyuwangi, IDN Times - Jiwa Jawa Resort Ijen, yang identik dengan ketenangan dan sejuknya alam, siang itu terlihat semakin hidup dengan hiruk pikuk manusia. Khalayak tampak antusias berkumpul di Taman Gandrung Terakota, lokasi yang kembali menjadi 'rumah' bagi Jazz Gunung Ijen di 2025.
Selain menyuguhkan seni musik jazz yang berkelas, BRI Jazz Gunung Series 3 Ijen juga punya daya tarik segar dan unik yang membuatnya sulit dilupakan. Apa saja ya?
1. Jazz Gunung Ijen 2025 juga jadi ajang pameran seni patung dan batik

Butet Kertaredjasa, salah satu pendiri Jazz Gunung, menyebut bahwa definisi jazz tidak terbatas dan bisa meluas. Salah satu buktinya dengan digabungkannya pameran patung dan batik dalam Jazz Gunung Ijen 2025.
Pameran patung dikurasi oleh Dr. Mikke Susanto, MA, dosen Pasca Sarjana ISI Yogyakarta dengan tema "Fora & Fauna." Patung-patung hewan dari berbagai seniman dalam dan luar negeri dipamerkan di alam bebas bak menyatu.
Sementara pameran batik dikurasi Dudung Aliesyahbana. Kurator profesional itu mengambil risiko dengan menjemur koleksi batiknya di outdoor dengan tema "Beta Jemur." Hasilnya adalah pemandangan unik yang menambah kesan etnis di venue Jazz Gunung Ijen 2025.
2. Surabaya Pahlawan Jazz dan Jazz Patrol Kawitan jadi ikon grup jazz asli Jawa Timur yang memanaskan panggung suka ria

Sembari menunggu panggung utama di Amfiteater Taman Gandrung mulai, pengunjung dihibur secara gratis lewat panggung Suka Ria. Surabaya Pahlawan Jazz tampil pertama kali dan menghangatkan suasana venue baru mulai bergeliat. Saya sangat menikmati penampilan para musisi senior asal Kota Pahlawan yang tak kalah energik dari generasi muda ini.
Selanjutnya, Jazz Patrol Kawitan gantian mencuri perhatian dengan arasemen unik yang gabungkan musik khas Banyuwangi dengan elemen jazz. Grup musik ini telah berkolaborasi dengan banyak penyanyi top Indonesia dan saya mengerti daya tariknya setelah melihat atraksi mereka di panggung.
4. Panggung utama dibuka dengan manis oleh Dua Empat dan lagu-lagu terbaru mereka

Semakin sore, penonton mulai memenuhi Amfiteater Taman Gandung yang terletak beberapa ratus meter dari Panggung Suka Ria. Di bawah langit yang mendung namun syahdu, Dua Empat telah siap menghibur hadirin sebagai penampil perdana panggung utama Jazz Gunung Ijen 2025.
Duo ini merupakan salah satu penampil termuda di Jazz Gunung Ijen 2025. Beranggotakan sepasang suami istri, Alvin Ghazalie dan Misi Lesar, kali ini mereka memboyong enam pemain instrumen lain yaitu contrabass, perkusi, klarinet, flute, tenor, dan saxophone. Tak lupa penampilan mereka diperkuat vokal dari Marini Nainggolan. Musik jazz lembut dengan nada-nada easy listening Dua Empat membuat saya mengerti mengapa grup ini sedang digandrungi di kalangan generasi muda masa kini.
Format ini membuat penampilan Dua Empat semakin istimewa dibanding aksi-aksi panggung mereka yang lain. Grup ini membawakan sejumlah lagu original seperti "Isn't It Romantic" dan "From Friendship to Lovers," yang didominasi dari album terbaru mereka di 2025, berjudul Dua Empat.
"Selalu senang sih dikasih kesempatan membawakan lagu original karena lumayan sedikit menurut kita tempat yang bisa nyediain wadah untuk kita bisa bebas mainin apa aja," komentar Misi saat ditemui rekan media pada Sabtu (9/8/2025).
4. Manisnya Nita Aartsen dan keluarga bikin penonton merasa ikut jatuh cinta

Penonton kemudian menyongsong senja ditemani Nita Aartsen, pianis jazz dan penyanyi kebanggaan Indonesia. Tak sendiri, ia ditemani suami dan anak-anaknya yang juga musisi dan tergabung dalam The Aartsen. Format mereka diperkukuh permainan perkusi dari Adam Zagórski asal Polandia.
Penampilannya bersama suaminya, Alexander, saat membawakan lagu-lagu cinta seperti "Bunga Anggrek" terasa begitu emosional. Aura cinta seolah ikut menguar dan menulari saya dan semoga penonton lainnya juga. Nita juga memberi kesempatan kepada dua putra dan Adam Zagórski untuk memamerkan kepiawaian instrumental mereka dalam gubahan lagu jazz yang intricated.
Nita Aartsen bukan nama baru di dunia musik jazz tanah air. Ia bahkan sudah melanglang buana dan menggelar tur di berbagai negara di dunia. Meski begitu, ia mengaku bisa tampil di Jazz Gunung Ijen tetap jadi pengalaman istimewa.
"Wuih Jazz Gunung ini bagi saya satu-satunya in the nature!" serunya saat ditanyai IDN Times. "Terus konsepnya selalu berkembang ya, walaupun saya dorong juga kalau bisa selain di nature di historical site, kayak di Itali itu mereka bikin di Colosseum, saya pernah juga dua tahun lalu diundang main di Colosseum," kenangnya.
"Kita dulu sempat sih kayak Borobudur, kayaknya kalau Jazz Gunung yang ngerjain, seru nih," pesannya.
5. Hujan tak memadamkan panasnya panggung Irsa Destiwi Trio

Ba'da Magrib, panggung utama Jazz Gunung Ijen dilanjutkan dengan penampilan Irsa Destiwi Trio. Aksinya diperkaya penampilan bassist asal New York, William Lyle. Sayangnya hujan yang mendadak mengguyur Amfiteater sempat membuat mereka bertiga harus menghentikan sejenak performance itu.
Usai penonton diberi jas hujan oleh penyelenggara dan adanya penyesuaian kondisi panggung, Irsa Destiwi dan rekan-rekan kembali menghibur. Dalam suhu dingin yang semakin menggigit, saya melihat api semangat mereka dalam mempersembahkan yang terbaik justru tampak semakin berkobar.
Ketika ditemui di backstage Jazz Gunung Ijen 2025, Irsa Destiwi yang diapit Adam Lyle dan Grady Boarneges menceritakan persiapan hingga pendapatnya tentang festival jazz ini. “Di tengah-tengah alam seperti ini, dan kita bisa main jazz, itu luar biasa sekali, itu yang membedakan dari festival jazz lain,” tutur pianis yang menetap di Bali tersebut. "Mungkin karena biasanya kita main di indoor, di tempat yang tertutup. Tapi kita di sini bisa outdoor, bisa dekat dengan alam, dan bisa ngerasain kehujanan,” selorohnya ditimpali senyum kedua rekannya.
6. Penampilan tari gandrung khas Banyuwangi menghangatkan Ijen di tengah derai hujan

Di sela-sela penampilan para musisi di panggung utama, panggung Suka Ria kembali ramai karena kedatangan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, dan Wakil Bupati Banyuwangi, Ir. H. Mujiono, M.Si. Keduanya disambut hadrah dan shalawatan yang kemudian disambung penampilan tari gandrung dan gamelan Banyuwangi yang ikonik.
Hujan masih mengguyur Jiwa Jawa Ijen Resort, tetapi pengunjung masih bergeming ingin menikmati gerakan anggun para penari daerah yang sangat memikat. Sambil dipayungi, Bupati dan Wabup Banyuwangi, ditemani pendiri Jazz Gunung, Sigit Pramono, tampak menyaksikan performance itu hingga akhir.
7. Kevin Yosua Trio pamerkan kepiawaian yang menyihir Jamaah Al Jazziyah

Rintik air akhirnya mulai mereda pada pukul 20:30 WIB. Masih dalam balutan jas hujan, Jamaah Al Jazziyah, sebutan akrab penikmat Jazz Gunung, masih setia menyaksikan penampilan selanjutnya dari Kevin Yosua Trio. Sang musisi ditemani pemain trompet, Fabien Mary, memamerkan teknik bermusik berkelas tinggi yang menyihir penonton di Taman Gandrung Terakota.
Bertiga, mereka membawakan lagu-lagu seperti "I should care," "Close your eyes," dan "take the a train," yang menambah romantisnya malam itu. Terlihat beberapa penonton yang datang bersama pasangan seolah makin menikmati lantunan musik jazz itu.
8. Suliyani and Glam Orchestra menggoyang Amfiteater Taman Gandrung Jiwa Jawa Ijen

Suliyana jadi aksi penutup di panggung utama Jazz Gunung Ijen 2025. Dengan showmanship lihai dan suara merdunya, penyanyi asal Banyuwangi itu berhasil menggerakkan penonton yang tadinya mengigil kedinginan. Ia membuka performanya dengan lagu "Cundamani" ciptaan Denny Caknan. Lagu dangdut Jawa itu diaransemen ulang dengan instrumen khas jazz dan orkestra megah.
Lagu tersebut juga ternyata punya peranan penting dalam kariernya. "Lagu Cundamani ini salah satu yang berhasil membawa saya kembali ke belantika musik Indonesia. Dulu sempat vakum lama, lebih dari 5 tahun," curhatnya kepada penonton BRI Jazz Gunung Series 3 Ijen malam itu.
Suliyana membawa bunga rampai perpaduan lagu daerah Banyuwangi, dangdut, hingga tembang orisinalnya dalam penampilan itu. "Kanggo Riko," "Kopi Dangdut," "Layang Sworo", hingga "Rungkad" memanjakan telinga penikmat musik yang kian malam kian memadati Amfiteater Jiwa Jawa Resort. Ia rela turun ke antara para penonton dan berinteraksi langsung, tanpa takut gaun gemerlapnya kotor karena sisa hujan. Profesionalitasnya ikut menggerakkan saya ikut berdendang dan menari bersama.