Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Ramadan Selalu Bikin Kita Nostalgia

Bahagia karena bersyukur (pexels.com/ PNW Production)
Intinya sih...
  • Ramadan membuat kita merasa nostalgic, membawa kembali kenangan masa kecil yang hangat dan penuh kebersamaan.
  • Ritual Ramadan yang berulang setiap tahun memperkuat pengalaman diingatkan oleh otak kita terhadap memori lama.
  • Aroma masakan khas Ramadan dapat langsung mengingatkan kita pada momen buka puasa zaman dulu, karena indera penciuman berhubungan kuat dengan memori.

Pernah gak sih, pas Ramadan tiba, tiba-tiba kamu keinget masa kecil? Entah itu kenangan sahur bareng keluarga, ngabuburit sambil main di luar, atau momen rebutan takjil favorit. Ramadan sering banget bikin kita merasa lebih nostalgic, seolah membawa kita kembali ke masa-masa dulu yang penuh kehangatan. Tapi, kenapa bisa begitu? Secara psikologis, ada beberapa alasan yang bikin Ramadan terasa lebih spesial dan penuh nostalgia.  

1. Pola yang berulang dan konsisten

Ibu dan anak berbuka puasa (pexels.com/ Monstera Production)

Salah satu alasan utama kenapa Ramadan terasa nostalgic adalah karena ritualnya yang selalu sama setiap tahun. Mulai dari sahur, buka puasa, tarawih, hingga ngabuburit, semua aktivitas ini dilakukan secara berulang. Dalam psikologi, pengalaman yang terus diulang cenderung lebih kuat tersimpan di dalam ingatan kita. Makanya, saat momen Ramadan tiba, otak kita otomatis menghubungkan dengan memori-memori lama yang pernah kita alami.  

2. Berkaitan erat dengan keluarga dan masa kecil

Ilustrasi muslim berbahagia atas karunia-Nya (Pexels.com/ Monstera Production)

Banyak orang mengalami Ramadan paling berkesan saat masih kecil, di rumah bersama keluarga. Di masa itu, tanggung jawab kita masih sedikit, dan Ramadan lebih terasa sebagai waktu yang menyenangkan, bangun sahur rame-rame, buka puasa bareng, atau diajak ke pasar beli takjil. Kenangan ini membentuk "memori emosional" yang kuat, sehingga setiap kali Ramadan datang, perasaan rindu terhadap masa kecil dan kebersamaan keluarga ikut muncul.  

3. Makanan dan aroma yang mengaktifkan memori

Sayur-sayuran (Pexels.com/ Wendy Wei)

Pernah gak mencium aroma masakan khas Ramadan, lalu tiba-tiba keinget momen buka puasa zaman dulu? Dalam psikologi, indera penciuman punya hubungan kuat dengan memori. Bau makanan khas Ramadan, seperti kolak, opor, atau es timun suri, bisa langsung mengingatkan kita pada suasana rumah dan kebiasaan keluarga di masa lalu. Ini yang bikin Ramadan terasa lebih sentimental dan penuh nostalgia. 

4. Momen spesial yang jarang terjadi di luar ramadan

Ilustrasi sajadah (pexels.com/ Arif Syuhada)
Ilustrasi sajadah (pexels.com/ Arif Syuhada)

Ramadan membawa banyak pengalaman yang unik dan jarang kita alami di bulan lain. Bangun sahur bareng keluarga, sholat tarawih bersama, atau berkumpul di meja makan menjelang maghrib adalah hal-hal yang spesial. Karena keistimewaan ini hanya terjadi setahun sekali, setiap datangnya Ramadan, kita otomatis teringat kembali pada momen-momen serupa yang pernah kita lalui.  

5. Rasa hangat dan kebersamaan yang sulit dilupakan

Minum air terlalu banyak (pexels.com/ RDNE Stock project)

Ramadan identik dengan suasana yang lebih hangat dan penuh kebersamaan. Dalam psikologi, emosi positif cenderung lebih mudah diingat dibanding pengalaman netral atau negatif. Makanya, Ramadan sering membangkitkan perasaan bahagia dan rindu terhadap masa lalu. Meskipun waktu terus berjalan dan keadaan berubah, memori tentang Ramadan yang hangat tetap tersimpan kuat di dalam hati.  

Jadi, wajar banget kalau Ramadan bikin kita merasa lebih nostalgic. Bulan ini bukan sekadar soal puasa, tapi juga tentang kenangan, keluarga, dan kebersamaan yang sulit digantikan. Kalau kamu juga merasa begitu, mungkin ini saat yang tepat untuk menciptakan lebih banyak momen berharga di Ramadan tahun ini.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Putri Rezekina
EditorPutri Rezekina
Follow Us