5 Culture Shock Bekerja di Bali, Banyak Tanggal Merah yang Bikin Iri

Semua orang setuju bahwa Bali adalah surga wisata yang menawarkan berbagai keindahan alam yang memukau. Tak ayal jika Pulau Dewata menjadi destinasi traveling favorit untuk mengusir penat.
Namun, siapa sangka, Bali juga kini menjadi tempat kerja impian bagi banyak orang. WFB alias Work from Bali pun menjadi tren yang populer di dunia kerja.
Bukan tanpa alasan, bekerja di Bali dinilai dapat mendukung work life balance, karena kamu bisa bekerja sembari menikmati panorama alam yang memanjakan mata. Belum lagi suasana pedesaan yang menjunjung tinggi slow living, sehingga kamu bisa menikmati dan menghargai momen lebih bermakna. Stres dan tekanan dijamin hilang seketika!
Namun, ada sejumlah perbedaan budaya kerja yang tak jarang membuat orang mengalami culture shock saat bekerja di Bali. Apa sajakah itu? Simak ulasannya berikut ini, yuk!
1. Banyak libur yang bikin jatah cuti gak terpakai
Bali lekat dengan budaya dan adat istiadat yang dipegang teguh oleh setiap masyarakat. Tak heran jika kamu menjumpai banyak perayaan dan upacara adat yang biasanya menjadi hari libur, yang berlaku bagi anak sekolah ataupun para karyawan.
Misalnya, Hari Raya Galungan dan Kuningan yang dirayakan setiap 210 hari sekali, Nyepi yang merupakan hari raya Hindu, di mana seluruh aktivitas di Bali berhenti total, dan berbagai upacara desa yang juga tak ketinggalan. Alhasil, banyaknya hari libur ini membuat jatah cutimu menganggur!