Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Beban Kerja Sudah di Luar Batas, Jangan Abaikan!

ilustrasi bekerja (pexels.com/Canva Studio)

Di era serba cepat ini, bekerja keras sering dianggap sebagai tanda dedikasi dan ambisi. Namun, terdapat garis tipis antara bekerja keras dan bekerja berlebihan. Saat beban kerja sudah melebihi kapasitasmu, dampaknya tidak hanya terasa pada produktivitas, tetapi juga pada kesehatan mental dan fisik.

Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka sudah berada di titik tersebut. Berikut adalah lima tanda beban kerja sudah di luar batas yang perlu kamu kenali agar bisa segera mengambil langkah untuk memperbaiki situasi.

1. Sulit menjaga konsentrasi

ilustrasi di kantor (pexels.com/RODNAE Productions)

Salah satu tanda awal bahwa beban kerja sudah melampaui batas adalah sulitnya menjaga fokus. Ketika otakmu dipaksa untuk terus-menerus bekerja tanpa jeda, kemampuan konsentrasimu menurun drastis. Kamu mungkin merasa tidak dapat menyelesaikan satu tugas tanpa terganggu oleh pikiran tentang pekerjaan lain.

Kamu dapat mengambil jeda secara rutin, seperti teknik Pomodoro—bekerja selama 25 menit, lalu istirahat 5 menit. Gunakan waktu istirahat ini untuk benar-benar menjauh dari layar atau aktivitas kerja, seperti berjalan-jalan sebentar atau melakukan peregangan ringan.

2. Kehilangan minat pada pekerjaan

ilustrasi lingkungan kerja (pexels.com/ Ron Lach)

Saat beban kerja sudah terlalu berat, rasa antusias terhadap pekerjaan bisa hilang. Kamu mungkin merasa bahwa apa pun yang kamu lakukan tidak ada artinya, atau bahkan mulai meragukan tujuanmu bekerja. Ini adalah tanda bahwa kamu mungkin sudah mengalami gejala awal burnout.

Cobalah mengatur ulang prioritasmu. Fokuslah pada tugas-tugas yang memberikan dampak besar dan kurangi beban dengan mendelegasikan pekerjaan jika memungkinkan. Jangan ragu untuk berdiskusi dengan atasan atau timmu untuk mencari solusi bersama.

3. Lelah secara fisik dan emosional

ilustrasi kantor (pexels.com/fauxels)

Bekerja terlalu keras tanpa istirahat yang cukup dapat membuat tubuhmu kelelahan. Kamu mungkin merasa selalu mengantuk, kehabisan energi, atau sering sakit. Secara emosional, kamu bisa merasa mudah marah, sedih tanpa alasan jelas, atau tidak punya semangat untuk menjalani hari.

Pastikan kamu memberikan tubuhmu waktu untuk pulih. Tidur cukup, konsumsi makanan sehat, dan luangkan waktu untuk berolahraga ringan. Jangan abaikan tanda-tanda ini, karena kelelahan yang dibiarkan bisa berdampak serius pada kesehatanmu.

4. Produktivitas menurun drastis

ilustrasi meja kerja (pexels.com/Vlada Karpovich)

Ironisnya, ketika beban kerja semakin banyak, produktivitasmu justru bisa menurun. Kamu merasa bekerja sepanjang waktu tetapi hasilnya tidak sebanding. Alih-alih menyelesaikan pekerjaan dengan baik, kamu malah sering melakukan kesalahan kecil yang seharusnya bisa dihindari.

Evaluasi cara kerjamu. Apakah kamu terlalu sering multitasking? Atau apakah kamu menghabiskan terlalu banyak waktu untuk tugas-tugas kecil yang tidak penting? Cobalah membuat daftar prioritas harian agar energi dan waktu yang kamu miliki digunakan secara lebih efektif.

5. Tidak punya waktu untuk diri sendiri

ilustrasi kantor (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Ketika pekerjaan mengambil alih seluruh waktumu, tanda ini sulit diabaikan. Kamu mungkin merasa tidak lagi punya waktu untuk hal-hal yang kamu nikmati, seperti berkumpul dengan teman, hobi, atau sekadar bersantai. Jika kamu mulai merasa hidupmu hanya seputar kerja, ini adalah sinyal bahaya yang perlu diwaspadai.

Kamu bisa mentukan batasan waktu kerja. Misalnya, berhenti bekerja tepat waktu setiap hari, atau menetapkan hari bebas kerja di akhir pekan. Melewati batas kemampuan kerja bukanlah tanda keberhasilan, melainkan tanda bahwa kamu butuh perubahan. Terus memaksakan diri bisa menyebabkan masalah serius, seperti burnout, stres kronis, atau bahkan gangguan kesehatan yang lebih parah. Dengan mengenali tanda-tanda ini dan mengambil langkah yang tepat, kamu bisa kembali menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Patricia Elsa
EditorPatricia Elsa
Follow Us