5 Tanda Kamu Sedang Mengalami Quiet Quitting di Tempat Kerja

Quiet quitting adalah istilah untuk seorang karyawan yang hanya mau bekerja seadanya saja. Mereka cenderung enggan bekerja terlalu ekstra dan melakukan pekerjaan semampunya. Ini jelas bukan perilaku yang baik.
Memiliki sikap seperti ini tidak akan membuatmu berkembang. Kamu hanya akan terjebak dalam rutinitas bekerja tanpa ada kemajuan sama sekali. Untuk itu, ketahuilah tanda mengalami quiet quitting di tempat kerja agar terhindar atau keluar dari lingkaran ini.
1. Hanya bekerja sesuai deskripsi tugas

Bekerja dengan mengikuti deskripsi tugas memang tidak salah. Namun, ada baiknya jika bekerja dengan mengambil inisiatif lebih. Nantinya, dari sikap yang seperti itulah kamu akan berkembang dan dapat meningkatkan kemampuan diri.
Segera pertimbangkan untuk mengubah diri jika memiliki sikap seperti ini. Jangan berfokus hanya pada pekerjaan yang secara jelas termasuk dalam tanggung jawabmu. Ada kalanya kamu harus berusaha melampaui ekspektasi atau memberikan kontribusi ekstra di tempat kerja.
2. Menghindari keterlibatan dalam pekerjaan

Ini adalah masalah yang cukup serius. Pasalnya, sikap seperti ini tidak hanya berdampak kepada dirimu saja, tapi jika rekan kerja lainnya. Sebab, kecenderunganmu untuk menghindari diskusi tentang pekerjaan membuat komunikasi tim menjadi sulit.
Hal ini terjadi karena terdapat keinginan untuk menghindari pekerjaan ekstra. Kamu menjadi malas untuk terlibat lebih jauh dalam sebuah proyek karena tidak ingin memikirkannya lagi. Padahal, itu adalah beban yang harus ditanggung bersama dengan rekan kerja lainnya.
3. Kurangnya antusiasme terhadap pekerjaan

Tanda ini terbilang paling sering dialami oleh banyak orang. Lantaran, sikap ini mudah dialami dan dirasakan oleh para pekerja. Dari tugas-tugas yang sebelumnya dikerjakan dengan semangat, kini jadi dilakukan dengan sikap apatis.
Ada jenis perasaan yang harus kamu ketahui ketika mengalami ini. Termasuk perasaan emosional yang sudah hilang dalam pekerjaan, atau perusahaan. Alih-alih berusaha mencapai hasil terbaik, kamu hanya bekerja sekadarnya untuk memenuhi kewajiban.
4. Kurang berpartisipasi dalam kegiatan tim atau sosial

Seseorang yang sedang mengalami quiet quitting sering kali kurang berpatisipasi dalam kegiatan kantor maupun bersosial. Padahal, bersosial dalam pekerjaan sangat diperlukan. Sikap ini akan membantumu mendapatkan banyak koneksi dan pengalaman.
Kemunculan sikap ini membuatmu menarik diri dari interaksi sosial di tempat kerja, seperti kegiatan tim, obrolan kantor, atau acara informal lainnya. Kamu lebih memilih untuk menjaga jarak dari lingkungan kerja, dan tidak terlibat dalam kolaborasi yang kamu anggap tidak esensial.
5. Menurunnya motivasi untuk berkembang

Dampak buruk quiet quitting juga dapat dirasakan langsung pada perkembangan diri sendiri. Kamu yang mungkin mengalami ini cenderung tidak memiliki motivasi lagi untuk berkembang. Jalan yang diambil cenderung lebih mudah dari yang lain.
Sikap quiet quitting yang satu ini membuatmu jadi tidak tertarik mengikuti pelatihan, seminar, atau program pengembangan lainnya yang sebelumnya dianggap bermanfaat. Akhirnya, karier jadi stagnan, di kala orang lain mendapatkan promosi, kenaikan gaji, atau peningkatan tanggung jawab karena memilih untuk keluar dari zona nyaman.
Intinya, tanda-tanda ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami quiet quitting mungkin sudah tidak lagi terhubung secara emosional dengan pekerjaannya. Alhasil, mereka bekerja sebatas memenuhi kewajiban, tanpa keterlibatan sepenuhnya.