Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kapan Waktu yang Tepat Mengambil Career Break? Tentukan Alasanmu!

ilustrasi burnout (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
ilustrasi burnout (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
Intinya sih...
  • Burnout adalah tanda tubuh butuh istirahat serius, bukan sekadar capek biasa.
  • Persiapkan dana cadangan minimal enam bulan biaya hidup sebelum mengambil career break.
  • Pastikan memiliki tujuan yang ingin dicapai selama career break agar terasa bermakna.

Terjebak dalam rutinitas yang monoton kadang bikin kamu merasa seperti robot. Kamu memang bukan mesin yang terus mengulangi aktivitas yang sama tanpa bosan. Mungkin ada momen di mana kamu mulai mempertanyakan tujuan hidupmu, atau merasa motivasi dan produktivitas menurun drastis belakangan ini. Di sinilah muncul ide untuk mengambil career break sebagai cara jeda sejenak dari dunia kerja.

Alasannya tentu akan beragam pada setiap orang. Namun, tentu saja, keputusan untuk rehat dari karier bukan perkara yang bisa dibuat asal-asalan. Ada banyak faktor yang perlu kamu pertimbangkan agar career break benar-benar bermanfaat, bukan malah bikin stres. Pertanyaan besarnya yang harus kamu jawab adalah kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk mengambil career break?

1. Saat kamu merasa burnout berat

ilustrasi merasa sedih (unsplash.com/abbiebernet)

Burnout adalah kondisi yang sering muncul saat kamu sudah teramat kelelahan. Kalau kamu mulai merasakan tanda-tanda seperti kelelahan emosional, muak terhadap pekerjaan, dan penurunan performa, itu bisa jadi sinyal tubuh dan pikiranmu butuh istirahat serius. Sebab, burnout bukan sekadar capek biasa yang bisa hilang setelah weekend panjang.

Ini kondisi serius yang bisa berdampak pada kesehatan mental dan fisikmu kalau dibiarkan. Kalau sudah sampai tahap ini, career break bisa jadi penyelamat. Dengan mengambil jeda, kamu akan memberi diri sendiri waktu untuk memulihkan energi, memproses emosi, dan menemukan kembali makna hidup seluruhnya. Pastikan kamu juga punya rencana untuk mengelola burnout itu selama masa istirahat, ya!

2. Saat kondisi finansial sudah aman

Ilustrasi Uang Rupiah (Unsplash/Mufid Majnun)

Sebebas apapun dirimu, bahkan ketika sedang rehat dari pekerjaan, realita soal uang tetap harus dipikirkan. Career break paling ideal dilakukan saat kamu sudah menyiapkan dana cadangan yang cukup, bukan cuma buat hidup selama istirahat, tapi juga untuk antisipasi masa transisi setelahnya.

Biasanya, disarankan punya tabungan minimal enam bulan biaya hidup. Kalau kamu juga punya cicilan atau tanggungan lain, pastikan semuanya tetap bisa jalan tanpa bikin kamu stres finansial di tengah masa rehat. Sebab, tujuan career break itu untuk healing dan refleksi diri, bukan nambah beban baru gara-gara kantong jebol.

3. Saat kamu punya tujuan yang jelas

ilustrasi bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Career break akan terasa lebih bermakna kalau kamu punya tujuan yang ingin dicapai. Entah itu traveling, mengambil kursus, membangun bisnis kecil-kecilan, memperbaiki kesehatan mental, atau sesederhana menghabiskan waktu dengan keluarga. Kalau kamu merasa ada sesuatu yang ingin kamu lakukan tapi selalu tertunda karena sibuk kerja, itu bisa jadi tanda untuk mengambil break sejenak.

Career break tanpa tujuan kadang justru membuat kamu merasa kosong dan malah tambah bingung mau ngapain. Jadi, sebelum cuti panjang, pastikan kamu sudah punya rencana yang matang untuk ke depannya. Jangan, sampai kamu terlanjur mengambil jeda, tapi gak punya hal berarti yang harus dilakukan setelahnya.

4. Saat kondisi karier memungkinkan

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/Sora Shimazaki)

Gak semua industri atau perusahaan itu fleksibel soal career break. Kalau kamu sedang berada di posisi atau bidang yang masih memungkinkan untuk break tanpa menghancurkan karier jangka panjangmu, itu bisa jadi kesempatan emas. Misalnya, kalau kamu sudah menyelesaikan proyek besar, ada perubahan manajemen, atau memang sedang masa transisi di perusahaan.

Selain itu, banyak perusahaan sekarang mulai lebih terbuka terhadap karyawan yang mengambil career break, asal ada komunikasi yang jelas sejak awal. Pastikan kamu tahu konsekuensinya, dan kalau bisa, jaga hubungan baik dengan atasan serta rekan kerja. Siapa tahu setelah break, kamu masih punya peluang untuk kembali ke posisi yang lebih bagus.

5. Saat kamu sudah siap mental untuk semua kemungkinan

ilustrasi mencari dokumen (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Terakhir, career break memang terdengar menyenangkan, tapi realitanya gak selalu begitu. Kadang muncul rasa cemas, takut tertinggal, atau bahkan rasa bersalah karena nganggur, sementara teman-temanmu terus melaju dalam karier. Belum lagi kalau setelah break, kamu bisa kesulitan masuk kembali ke dunia kerja.

Makanya, waktu terbaik untuk career break adalah saat kamu sudah siap mental menghadapi semua skenario. Kamu siap menerima kalau mungkin setelah break butuh waktu buat adaptasi lagi. Kamu juga sudah berdamai dengan pilihanmu, dan yakin bahwa jeda ini memang keputusan terbaik untuk diri sendiri, bukan karena tekanan dari sekitar.

Mengambil career break bukan sekadar berhenti kerja. Waktu terbaik untuk mengambilnya adalah saat kamu benar-benar butuh, siap, dan mampu menjalaninya dengan penuh tanggung jawab. Ambil waktu untuk berpikir, buat rencana, dan berani melangkah selama kamu sudah yakin, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
It's Me, Sire
EditorIt's Me, Sire
Follow Us