Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Plus Minus Terbiasa Bekerja dengan Standar Tinggi, Melelahkan?

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi rekan kerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Setiap lingkungan kerja tentu memiliki tuntutan tersendiri. Tidak jarang kita ditekan oleh standar pencapaian yang tinggi. Pekerjaan dituntut selesai nyaris tanpa adanya kekurangan ataupun kekeliruan. Terbiasa dengan beban kerja demikian ini ternyata juga memiliki sisi positif dan negatif tersendiri.

Mungkin kita tumbuh menjadi lebih individu yang detail dan teliti dalam menyelesaikan proyek. Tapi di satu sisi, keseimbangan mental dan pikiran tidak jarang juga terganggu. Tentu kita harus mampu mengelola diri ketika berada di tengah lingkungan demikian. Dari beberapa plus minus di bawah ini, pernahkah merasakannya?

1. Mampu mengembangkan diri dengan optimal

ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Edmond Dantes)
ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Edmond Dantes)

Seringkali lingkungan kerja mengharuskan standar pencapaian tertinggi. Segala sesuatunya harus dikerjakan dengan maksimal. Tanpa boleh ada kekurangan atau kekeliruan yang menyertai. Terbiasa dengan lingkungan kerja yang memiliki standar tinggi, tentunya ada sisi positif yang dirasakan.

Di sinilah kita memiliki kesempatan mengembangkan diri dengan optimal. Standar yang tinggi mengharuskan untuk selalu belajar dan meningkatkan keterampilan. Secara tidak langsung ini mendidik orang-orang di dalamnya agar tumbuh menjadi individu pebelajar yang tidak cepat berpuas diri.

2. Menjadi individu yang detail dan teliti

ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Apa jadinya jika dalam bekerja sering melakukan kecerobohan? Bahkan kekeliruan kecil diulangi karena anggapan tidak berpengaruh. Sudah tentu mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan yang dihasilkan. Di sinilah sisi positif yang dirasakan ketika seseorang terbiasa bekerja dengan standar tinggi.

Kebiasaan ini membentuk seseorang menjadi individu yang detail dan teliti. Mereka terbiasa dengan kedisiplinan dan fokus yang menjadi pondasi utama. Dalam bekerja, tidak sekadar mencapai hasil akhir. Namun memprioritaskan seluruh proses dan tahapan berjalan dengan baik.

3. Mampu menyesuaikan diri di tengah lingkungan kompetitif

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi rekan kerja (pexels.com/Kampus Production)

Bagaimana rasanya bertahan di tengah lingkungan kompetitif? Persaingan dijadikan sebagai tolok ukur utama. Sudah tentu terasa berat dan membebani diri. Namun demikian, ada kalanya kita harus tetap terlibat dalam persaingan agar mampu bertahan. Di sinilah kita bisa menemukan sisi positif terbiasa bekerja dengan standar tinggi.

Inilah yang membantu kita menyesuaikan diri di tengah lingkungan kompetitif. Di lingkungan profesional, konsistensi dan kualitas sering jadi pembeda utama. Jiwa kompetitif mendorong seseorang untuk terus berusaha lebih baik, mencapai target, dan tidak mudah puas. Ini memicu semangat untuk berkembang secara berkelanjutan.

4. Kesulitan mengontrol standar perfeksionis

ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Sora Shimazaki)
ilustrasi sosok perfeksionis (pexels.com/Sora Shimazaki)

Terbiasa bekerja dengan standar tinggi mungkin mendorong kita menjadi individu yang disiplin sekaligus teliti. Tapi bagaimana jika standar ini diberlakukan secara terus-menerus? Bahkan menjadi beban pekerjaan yang mengikat dan membatasi kebebasan seseorang dalam menyeimbangkan hidup.

Tentu kita harus mengetahui sisi negatif terbiasa bekerja dengan standar tinggi. Salah satunya kesulitan dalam mengontrol standar perfeksionis. Sisi kesempurnaan dijadikan sebagai tujuan utama sehingga merupakan proses dan tahapan yang dijalani. Prioritas hanya terletak pada hasil akhir.

5. Dihadapkan dengan rasa takut dan kecemasan

ilustrasi merasa lelah (pexels.com/ Cup of couple)
ilustrasi merasa lelah (pexels.com/ Cup of couple)

Tidak jarang kita terjebak di tengah lingkungan kerja dengan standar tinggi. Kekeliruan dan kekurangan dijadikan sebagai pantangan yang wajib dihindari. Tentu ada hal negatif yang akan dirasakan saat terjebak di tengah lingkungan demikian. Bahkan turut mempengaruhi keseimbangan pikiran sekaligus emosi.

Terbiasa bekerja dengan standar yang tinggi, kita akan dihadapkan dengan rasa takut dan kecemasan. Terdapat rasa khawatir jika pada akhirnya usaha yang dilakukan mengalami kegagalan. Rasa takut dan kecemasan ini pada akhirnya menumbuhkan sikap pesimis yang membuat seseorang tidak berani mengeksplorasi diri.

Terbiasa bekerja dengan standar yang tinggi seperti dua sisi saling berlawanan. Jika kita mampu menyikapi dengan sudut pandang yang tepat, justru menghadirkan sisi positif yang turut meningkatkan kualitas diri. Namun sebaliknya, terbiasa bekerja dengan standar tinggi tidak menutup kemungkinan justru menumbuhkan sikap pesimis dan merusak keseimbangan hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us