Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Menjalin Relasi Lintas Divisi, untuk Karier yang Lebih Strategis

ilustrasi relasi kerja (freepik.com/freepik)
ilustrasi relasi kerja (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Mulai dari rasa ingin tahu yang tulus Relasi lintas divisi bisa dimulai dari rasa ingin tahu yang tulus dan aktif dalam memahami cara kerja, tantangan, dan budaya tim lain.
  • Aktif terlibat di proyek kolaboratif Berkontribusi dalam proyek gabungan untuk menunjukkan kapasitas diri dan memperluas relasi secara alami tanpa terkesan pamer.
  • Rajin ikut kegiatan non-formal di kantor Kegiatan kantor seperti arisan atau outing menjadi peluang besar untuk kenalan dengan orang-orang dari divisi lain tanpa tekanan formalitas kerja.

Di dunia kerja yang semakin kompleks, keberhasilan gak cuma ditentukan dari seberapa ahli seseorang menjalankan tugas utamanya. Relasi lintas divisi justru sering jadi kunci utama untuk membuka pintu peluang baru, mempercepat penyelesaian proyek, bahkan memperkuat posisi dalam struktur organisasi. Punya jaringan internal yang solid bisa bikin pekerjaan terasa lebih ringan, koordinasi makin lancar, dan informasi strategis lebih cepat didapat.

Sayangnya, banyak orang kejebak di zona nyaman divisinya sendiri. Padahal, kolaborasi dengan tim dari bagian lain bisa memperluas perspektif dan mengasah soft skill yang esensial buat naik level karier. Gak cuma soal pencitraan, membangun relasi lintas divisi adalah investasi jangka panjang yang bakal bikin posisi seseorang jadi lebih diperhitungkan di mata atasan maupun rekan kerja lintas departemen.

1. Mulai dari rasa ingin tahu yang tulus

ilustrasi relasi kerja (freepik.com/pressfoto)
ilustrasi relasi kerja (freepik.com/pressfoto)

Relasi lintas divisi bisa dimulai dari hal paling sederhana: rasa ingin tahu. Bukan yang basa-basi atau sekadar formalitas, tapi benar-benar ingin memahami cara kerja, tantangan, dan budaya tim lain. Ketika menunjukkan minat yang tulus, orang lain bakal lebih terbuka buat ngobrol dan berbagi perspektif, tanpa merasa sedang dinilai atau dibandingkan.

Misalnya, saat lagi ngobrol santai di pantry atau abis rapat bareng, coba tanya soal proyek yang lagi mereka kerjakan atau proses kerja yang mereka pakai. Bukan buat sok tahu, tapi buat menambah wawasan. Lama-lama, obrolan ringan bisa berkembang jadi diskusi yang bermakna dan membuka peluang kolaborasi yang sebelumnya gak kepikiran.

2. Aktif terlibat di proyek kolaboratif

ilustrasi relasi kerja (freepik.com/freepik)
ilustrasi relasi kerja (freepik.com/freepik)

Proyek lintas divisi biasanya butuh kontribusi dari berbagai perspektif. Ini momen terbaik buat nunjukin kapasitas diri sekaligus memperluas relasi secara alami. Daripada cuma ngerjain tugas rutin, proyek bareng tim lain bisa jadi ajang unjuk gigi yang gak terkesan pamer, tapi tetap impactful.

Jangan cuma jadi figuran dalam proyek gabungan. Ambil peran aktif, berikan ide, bantu menyelesaikan masalah, dan jadi bagian dari solusi. Ketika kontribusi dirasa signifikan, nama bakal cepat dikenal, dan orang dari divisi lain mulai melihat kompetensi yang dimiliki. Relasi yang terbangun dari kolaborasi semacam ini jauh lebih kuat karena punya sejarah kerja bareng yang nyata.

3. Rajin ikut kegiatan non-formal di kantor

ilustrasi membangun relasi (freepik.com/pch.vector)
ilustrasi membangun relasi (freepik.com/pch.vector)

Kegiatan kantor seperti arisan, turnamen futsal, kelas yoga, atau outing bukan cuma ajang hiburan. Di situ justru ada peluang besar buat kenalan dengan orang-orang dari divisi lain tanpa tekanan formalitas kerja. Momen-momen santai kayak gini bikin semua orang turun dari "jabatan" dan jadi versi kasual diri mereka.

Sering kali, obrolan ringan di luar pekerjaan justru jadi fondasi dari hubungan profesional yang lebih erat. Saat udah kenal secara personal, kerja sama di proyek atau rapat jadi lebih cair. Gak jarang, dari kegiatan kayak gitu muncul trust yang bikin komunikasi lintas divisi jadi lebih cepat dan tanpa hambatan.

4. Manfaatkan teknologi internal kantor

ilustrasi meeting online (freepik.com/DC Studio)
ilustrasi meeting online (freepik.com/DC Studio)

Di era digital, banyak perusahaan udah pakai platform internal kayak Slack, Microsoft Teams, atau Trello buat kolaborasi lintas tim. Ini bisa jadi celah strategis buat mulai nimbrung ke ruang-ruang diskusi divisi lain. Gak perlu maksa, cukup mulai dari kasih respons, emoji, atau komentar yang relevan dan sopan.

Dari situ, nama mulai dikenal dan perlahan-lahan jadi bagian dari percakapan yang lebih substansial. Ketika aktif dan konsisten menunjukkan value, peluang buat diajak diskusi atau proyek bareng bakal datang sendiri. Keberadaan di ruang digital juga bisa jadi portfolio kecil yang diam-diam menunjukkan siapa yang aktif dan punya kontribusi nyata.

5. Bangun reputasi sebagai orang yang bisa diandalkan

ilustrasi relasi kerja (freepik.com/freepik)
ilustrasi relasi kerja (freepik.com/freepik)

Relasi kerja, apalagi lintas divisi, gak akan bertahan kalau reputasi buruk. Jadi orang yang bisa diandalkan bukan soal perfeksionis, tapi soal konsistensi, komunikasi yang jujur, dan komitmen terhadap hasil. Kalau janji dikerjakan, ya harus ditepati. Kalau gak sanggup, ya sampaikan dengan jelas dan terbuka.

Orang dari divisi lain biasanya lebih selektif dalam menjalin relasi kerja karena gak semua orang layak diajak bareng. Tapi kalau udah terbukti bisa dipercaya, nama akan cepat tersebar lewat rekomendasi informal. Reputasi baik bukan cuma bikin relasi makin luas, tapi juga jadi modal utama buat karier yang lebih strategis di masa depan.

Menjalin relasi lintas divisi bukan hal instan, tapi langkah ini jelas punya pengaruh besar terhadap arah karier jangka panjang. Gak cuma memperluas jaringan, tapi juga memperdalam pemahaman terhadap dinamika organisasi secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang tulus, aktif, dan konsisten, semua orang punya peluang buat jadi sosok yang diperhitungkan lintas lini.

Mulai aja dari langkah kecil dan alami, karena kekuatan relasi sejati gak dibentuk dari paksaan. Pelan-pelan, tapi pasti, relasi yang terbangun bisa jadi jembatan untuk melompat lebih tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us