Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Menentukan Tinggi Pagar yang Ideal, Tiap Rumah Beda

rumah berpagar
ilustrasi rumah berpagar (pexels.com/Scott Webb)
Intinya sih...
  • Menyesuaikan tinggi pagar dengan ukuran rumah
  • Mempertimbangkan pagar rumah tetangga
  • Kemudahan dalam membuka dan menutupnya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika kamu akan memasang pagar rumah, pertimbangan utamanya pasti soal keamanan. Dengan penambahan pagar diharapkan bisa mengurangi kemungkinan pencurian serta kejahatan lain yang mengancam keselamatan penghuni. Pagar juga kasih privasi lebih.

Orang gak bisa sembarangan memasuki area rumahmu. Apalagi tahu-tahu duduk di teras dengan alasan apa pun. Akan tetapi, berapa tinggi pagar yang hendak dipesan? Meski kamu bebas menentukan, pagar bisa terlihat aneh jika tak sesuai dengan kondisi rumah serta lingkungannya.

Bahkan, penetapan ukuran serta desain pagar yang salah dapat berpotensi membahayakan penghuni rumah. Contohnya, saat terjadi kebakaran. Mumpung kamu belum order pagar, baca dulu cara menentukan tinggi pagar yang ideal menurut panduan di bawah ini.

1. Menyesuaikan dengan ukuran rumah

pagar
ilustrasi pagar (pexels.com/Merilin Kirsika Tedder)

Pagar dan ukuran rumah seperti pakaian dengan tubuh pemakainya. Kalau besarnya gak pas akan terlihat aneh dan terasa tak nyaman. Contohnya, rumah kecil yang diberi pagar besi tebal dan tinggi. Rumahmu bakal tampak makin sempit dan penuh.

Sebaliknya, rumah besar berpagar pendek dan memakai bahan yang rapuh juga tidak serasi. Pagar tersebut seakan-akan tak dapat menjalankan fungsinya sebagai pelindung rumah yang megah beserta penghuninya. Ini sebabnya lain rumah, beda pula kebutuhan pagarnya.

Dirimu jangan hanya ikut-ikutan pagar rumah orang. Bukan cuma ukurannya yang perlu dicocokkan dengan ukuran rumah. Model pagar pun tak pasti pas untuk semua hunian. Ada rumah yang lebih baik memakai pagar dorong atau lipat. Tergantung luas carport.

2. Mempertimbangkan pagar rumah-rumah tetangga

pagar
ilustrasi pagar (pexels.com/Kristina Paukshtite)

Pagar akan menjadi bagian pertama yang dilihat orang mengenai rumahmu. Pagarmu bisa tampak serasi dengan rumah-rumah lainnya atau sangat mencolok dalam arti yang kurang bagus. Misal, rumah tetangga di depan, kanan, dan kiri berpagar pendek saja.

Maksimal setinggi ulu hati orang dewasa. Akan tetapi, kamu memasang pagar yang tingginya melampaui kepala. Pun modelnya tertutup rapat. Meski menurutmu itu lebih aman, kesannya dirimu membangun perlindungan yang berlebihan.

Bukan hanya perlindungan dari pencuri, melainkan juga tetanggamu sendiri. Kamu seperti enggan bergaul dengan mereka. Pagar setinggi dan serapat itu seolah-olah buat meminimalkan interaksi kalian. Sebaiknya tinggi pagarmu gak berbeda jauh dari pagar warga lain.

3. Kemudahan dalam membuka dan menutupnya

pagar putih
ilustrasi pagar putih (pexels.com/Kate Kro)

Tambahan pagar jangan sampai terlalu menyulitkanmu atau anggota keluarga lain buat masuk dan keluar. Tentu ada pagar lebih repot daripada gak ada. Kalau rumahmu tidak berpagar, dirimu mau pergi tinggal mengunci pintu utama.

Kamu pulang juga langsung ke teras. Namun, dengan adanya pagar dirimu mesti membuka gembok atau gerendelnya kemudian menarik, mendorong, atau melipat pagar yang tak ringan. Pastikan semua aktivitas itu bisa dilakukan dengan cukup mudah.

Makin tinggi pagar tentu bobotnya makin besar. Apalagi bahannya besi padat. Kira-kira dirimu bakal kuat atau gak? Kian tinggi pagarnya, bagian gerendel atau kunci biasanya juga lebih tinggi dibandingkan pagar rendah. Saat anak pulang sekolah bisa membukanya sendiri atau tidak?

4. Kira-kira kamu stres tidak jika tak bisa melihat pemandangan?

pagar besi
ilustrasi pagar besi (pexels.com/melisa valentin)

Pagar jeruji yang tinggi saja sudah menghalangi pandangan meski bercelah. Kalau celah ini ditutup atau memang model pagarnya rapat, tentu kamu tidak dapat melihat ke luar. Sisi plusnya, orang dari luar juga gak bisa mengintip rumahmu.

Akan tetapi, bagaimana dengan psikismu? Apakah dirimu nyaman seolah-olah terpenjara di rumah sendiri? Kamu gak leluasa menikmati pemandangan di luar. Bahkan cahaya matahari pun berkurang.

Bila dirimu butuh refreshing, sebaiknya pagar tak terlalu tinggi. Kamu dapat menyaksikan orang atau kendaraan yang melintas. Langit biru pun masih tampak jelas dari teras atau carport. Jangan sampai dirimu cuma fokus ke keamanan fisik, tapi abai dengan kesejahteraan mental.

5. Pikirkan kemudahan evakuasi jika terjadi sesuatu yang buruk

rumah berpagar putih
ilustrasi rumah berpagar putih (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Aman tidak berarti harus tertutup rapat. Malah pagar yang terlampau rapat bisa menjadi senjata makan tuan. Contohnya, ketika terjadi kebakaran di rumahmu. Tinggi dan rapatnya pagar membuat tetangga terlambat mengetahui ada titik api di rumahmu.

Mereka baru menyadarinya ketika api telah begitu besar dan asapnya membubung tinggi. Kamu yang di dalam juga sukar menyelamatkan diri. Dalam situasi panik, mencari kunci pintu utama saja belum tentu langsung ketemu. Kamu bermaksud memanjat pagar pun, bagian atas gak ada celah yang cukup untukmu bisa keluar.

Sebaiknya hindari pagar hingga setinggi dinding. Sekadar cukup saja buat mempersulit orang jahat masuk ke rumah. Toh, pagar bukan satu-satunya tambahan keamanan. Dirimu masih dapat memasang CCTV plus meningkatkan kewaspadaan.

Ketika kamu menentukan tinggi pagar yang ideal dan pada akhirnya memutuskan untuk pesan, hindari asal menurut pada masukan dari tukang. Lihat baik-baik rumahmu dari luar, pemandangan yang masih ingin dinikmati olehmu dari dalam rumah, serta pagar tetangga sekitar. Jangan sampai kamu merasa terkungkung di rumah sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Fakta Tentang Parenting Pengabaian, dan Dampaknya bagi Anak

17 Des 2025, 21:15 WIBLife