Sebagai universitas terbesar di Indonesia, UGM punya nama yang tak perlu diragukan lagi. Kualitas lulusannya pun diakui oleh masyarakat secara nasional maupun internasional. Mulai dari pengusaha hingga pemimpin negara juga telah dicetak oleh universitas tertua di Indonesia ini.
Memang calon menantu yang baik bisa datang dari universitas mana saja. Tapi kalau ditanya calon menantu terbaik berasal dari mana, rasanya UGM jawabannya. Yuk simak enam alasannya.
Berjuang mengalahkan ribuan pesaing untuk dapat masuk ke universitas dengan nama besar seperti UGM sudah pasti membutuhkan perjuangan dan kecerdasan. Mendapatkan menantu yang cerdas merupakan dambaan setiap orangtua. Terlebih jika tidak hanya cerdas secara akademis. Namun juga memiliki moral yang cerdas. Dari menantu cerdas inilah kemudian akan terlahir generasi-generasi penerus yang cerdas pula.
Kelak berumah tangga, orangtuamu butuh menantu yang perhatian dan mau turun tangan. Tinggal di Jogja membuat mahasiswa UGM harus memutar otak ektra keras kala menciptakan event berskala besar. Di Jogja tidak banyak perusahaan besar yang bisa dijadikan sponsor untuk mendanai event mahasiswa. Karena keterbatasan inilah empati anak UGM teruji.
Bersama-sama berjualan di event sunmor, jualan kaus costum, jadi penjual gorengan atau snack ringan lainnya dengan layanan free delivery di kampus, jualan bunga mawar di perempatan, sampai rela jadi pasukan pengamen demi menambah pundi-pundi rupiah. Empati yang tumbuh semasa kuliah akan terbawa dalam perlakuannya pada orangtuamu kelak.
UGM berada di kota yang terkenal dengan penghormatan terhadap budaya dan kota yang siap mendidik warganya untuk belajar sopan santun. Orangtua mana sih yang mau punya menantu kurang ajar dan tidak sopan? Panjang lebar mereka berpesan agar kamu tak salah memilih pasangan.
Namun saat kelak kamu mengenalkan anak UGM sebagai calon pasanganmu kepada keluarga, tidak perlu khawatir lagi. Kultur dan lingkungan yang terbawa semasa kuliah di Jogja membuat anak UGM pandai bersopan santun dan luwes mengambil hati keluargamu.
Sebagian besar mahasiwa UGM adalah perantau dari luar kota yang tinggal di Jogja sebagai anak kost. Dari zaman mahasiswa, sehari-hari sudah terbiasa makan di burjo, angkringan, atau warung prasmanan yang murah meriah. Menu yang mewah dan macam-macam bukan jadi keharusan. Terbiasa hidup mandiri dan sederhana menjadikan anak UGM siap menghadapi kehidupan tersulit sekalipun, dan tidak akan merepotkan orangtuamu.
Di balik sifatnya yang irit bicara anak UGM punya jiwa pejuang dalam dirinya. Meski tak banyak bicara, mereka tak pernah kehilangan kegarangannya. Bersama anak UGM akan kamu temukan pasangan yang lebih banyak menahan diri, tidak banyak bicara tapi diam-diam akan mengagetkanmu dengan kesuksesannya. Lihat saja berapa banyak anak UGM yang memimpin perusahaan ternama atau pejabat pemerintahan dan menjadi ahli di bidangnya.
Belajar di UGM menumbuhkan rasa ingin mengabdi. Ditempa di kampus yang dibangun berkat perjuangan rakyat Indonesia membentuknya jadi orang yang tak cuma mementingkan diri sendiri namun juga memperjuangkan hak-hak orang-orang di sekelilingnya. Hal ini tercermin dengan tetap dipertahankannya mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa UGM, yaitu Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat.
KKN membuat mahasiswa UGM belajar kehidupan bermasyarakat yang sesungguhnya sekaligus memberdayakan masyarakat pedesaan dari seluruh pelosok negeri ini. Selepas jadi menantu nanti akan kamu temukan pasangan yang tidak hanya fokus pada diri sendiri, namun juga akan selalu perhatian kepadamu dan orang-orang di sekitarnya.