6 Buku Fiksi yang Bisa Dibaca setelah Nonton Adolescence

- Serial Adolescence (2025) menyoroti femisida dan disrupsi teknologi dalam 4 episode yang memicu perbincangan hangat di media.
- Penance mengungkap penyebab kematian remaja putri sementara The Catcher in the Rye menyoroti maskulinitas toksik.
- The Virgin Suicides, The Collector, dan Girl in Pieces juga menyentuh isu-isu serupa dengan serial Adolescence.
Sebulan setelah dirilis, serial Adolescence (2025) masih jadi perbincangan hangat di berbagai media. Serial 4 episode itu memang cukup nampol pesannya, terutama saat menyentil femisida dan disrupsi teknologi.
Bila ingin memperkaya khasanah dan melatih psikoanalisis di bidang itu, rasanya kamu bisa melengkapi pengalamanmu nonton Adolescence dengan enam buku fiksi berikut. Di tengah disrupsi media sosial, fiksi ternyata jadi bisa sumber bacaan yang reflektif dan mencerahkan. Mari buktikan sendiri!
1. Penance (Eliza Clark)

Penance adalah novel yang mengikuti upaya seorang jurnalis spesialis kasus kriminal memahami penyebab kematian seorang remaja putri di sebuah kota kecil di Inggris. Ia melakukan wawancara pada ketiga pelaku yang merupakan rekan sekelas korban.
Novel dibuka dengan adegan kekerasan yang dilakukan pada korban tepat pada malam saat regulasi Brexit diumumkan. Sama seperti Adolescence, "mengapa" adalah pertanyaan yang coba dijawab novel ini.
2. The Catcher of the Rye (J.D. Salinger)

Sempat dilabeli kontroversial pada masanya, The Catcher in the Rye memang sebuah novel yang bikin siapapun tak nyaman. Karya sastra klasik ini berpusat pada Holden, remaja pria yang teralienasi dan merasa tak puas dengan realitas di hadapannya.
Kamu akan mendengar Holden menggugat dan memberontak sepanjang cerita. Mirisnya, Holden bukan kasus spesial. Seperti Jamie di Adolescence, ia hanya satu dari sekian banyak pria yang merasakan keresahan dan kemarahan yang sama karena tuntutan maskulinitas toksik.
3. Rejection (Tony Tulathimutte)

Sesuai judulnya, novel ini menyentil isu penolakan serta dinamika percintaan masa kini yang terdisrupsi teknologi macam aplikasi kencan dan media sosial. Ada beberapa cerpen yang saling terhubung di dalamnya. Mulai dari pria incel (involuntary celibate) yang kesepian dan putus asa, sampai perempuan yang cintanya bertepuk sebelah tangan dan membuatnya jadi punya gangguan obsesi. Semuanya ditulis dan dijalin rapi hingga interkoneksinya bakal terbongkar di akhir.
4. The Virgin Suicides (Jeffrey Eugenides)

The Virgin Suicides sebenarnya balada lima perempuan bersaudara yang tinggal di bawah asuhan orangtua strict. Kisah mereka ditulis dari perspektif beberapa murid lelaki yang tinggal di asrama dekat rumah kelima bersaudara tadi.
Dengan elemen male gaze yang kental, kekaguman mereka terhadap kelima bersaudara tadi jadi agak mengerikan dan suram. Namun, ini inti novelnya, menggambarkan tantangan jadi remaja perempuan di tengah dunia yang gak bersahabat pada mereka.
5. The Collector (John Fowles)

The Collector adalah tipe novel thriller yang menyenggol isu relasi gender. Novelnya mengikuti relasi seorang pria dengan perempuan yang ia tawan.
Si penculik, Clegg adalah pria yang berkomitmen untuk tak melecehkan dan akan memperlakukan korbannya itu dengan penuh respek. Sesuatu yang tentu diragukan Miranda, si korban.
Namun, seiring berjalannya waktu, Miranda mulai menaruh rasa iba pada penculiknya yang ganjil itu. Seperti Jamie, ada perasaan superior dalam diri Clegg yang merasa bahwa dengan tidak melecehkan perempuan, ia lebih baik dari pria-pria lain.
6. Girl in Pieces (Kathleen Glasgow)

Perundungan dan alienasi adalah tema utama dalam novel Girl in Pieces. Lakon utamanya adalah Charlotte alias Charlie, remaja putri 17 tahun yang kehilangan banyak orang dan hal dalam hidupnya pada usia cukup belia. Itu masih diperparah dengan ketiadaan orang terdekat dan perundungan dari beberapa rekan sekelasnya.
Seperti Jamie dalam Adolescence, Charlotte di novel ini juga terjebak dalam pikirannya sendiri. Bedanya ada pada cara masing-masing melampiaskan ketidakpuasan dan ketidaknyamanan itu.
Punya potensi menggondol banyak penghargaan tahun ini, Adolescence memang dalam dan lumayan akurat saat membahas isu-isu yang lekat dengan kondisi saat ini. Disrupsi teknologi dan kesehatan mental adalah isu utama yang mereka eksplor, layaknya keenam novel di atas. Jika ingin mencerna isu serupa dengan laju lebih ideal, buku-buku di atas boleh dipertimbangkan.