5 Novel yang Bahas Sifat Bawaan Manusia, Saatnya Berpikir Kritis

Manusia punya sifat bawaan alamiah yang dikenal dengan istilah innate nature. Merujuk tulisan Barbara Scholz berjudul "Innateness" dalam jurnal Nature, istilah itu masih jadi perdebatan sengit di antara para ilmuwan.
Beberapa yang dimaksud sebagai sifat bawaan manusia antara lain insting, refleks, kemampuan kognitif, hingga temperamen. Namun, menurut sebagian saintis, hal-hal tadi bisa saja baru muncul setelah manusia lahir lewat proses adaptasi dan interaksi.
Sejalan dengan perdebatan itu, ternyata banyak studi karakter dalam novel sastra yang menggunakan konsep tersebut untuk mempermainkan emosi pembaca. Pertanyaannya, adakah manusia yang benar-benar suci tanpa cela dan jahat tak terbantahkan? Kelima rekomendasi novel berikut bakal mengajakmu menelaah kembali bagaimana manusia membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya.
1. Yellowface

Yellowface adalah salah satu novel dengan studi karakter terbaik, terlepas dari bagian akhirnya yang kurang memuaskan. Kuang dalam novelnya ini menggunakan perspektif penulis yang mencuri karya rekan sesama penulisnya.
Tak cukup di situ, ia juga mencuri sebagian identitas rekannya yang berasal dari etnik minoritas itu demi dapat perhatian lebih. Sebuah tindakan impulsif yang membuatnya dihantui rasa bersalah, tetapi di sisi lain membuatnya menikmati kejayaan barang sesaat.
2. Heaven

Heaven adalah sebuah eksplorasi tentang tindakan perundungan yang umum ditemukan di sekolah-sekolah Jepang. Ditulis pula dalam kata ganti orang pertama, kamu akan diajak mengikuti perspektif bocah 14 tahun yang setiap hari dirundung di sekolah tanpa henti.
Satu hari, ia menemukan surat kaleng dari rekan sekelas yang senasib dengannya. Heaven juga dilengkapi studi karakter yang menawan, sambil mempelajari bagaimana pelaku perundungan menyasar korbannya.
3. Red Crosses

Berlatar Belarus masa kini, Sasha Filipenko akan mengantarmu menyusuri sisi tergelap otoritas Soviet yang mewariskan ketakutan pada penduduknya. Lakon kita adalah seorang pria 30 tahunan yang baru pindah ke apartemen baru dan bertetangga dengan perempuan lansia yang mengidap demensia.
Sebelum benar-benar kehilangan semua memorinya, sang lansia mencoba menceritakan ulang kisah hidupnya pada era Soviet kepada tetangga barunya itu. Eksplorasi tentang pertimbangan yang dipakai manusia untuk mengambil keputusan di tengah tekanan mewarnai novela ini.
4. Elena Knows

Femisida atau pembunuhan yang secara spesifik menyasar perempuan adalah kasus mengkhawatirkan di Amerika Latin. Isu ini yang coba diulik Claudio Pineiro dalam novel Elena Knows.
Perspektif yang dipakai adalah seorang ibu yang tak terima dengan kinerja polisi saat mengusut kasus kematian putrinya. Ia pun melakukan investigasi mandiri untuk menemukan jawaban dari keganjilan kasus tersebut. Apa yang menyebabkan misogini ada dan jadi akar dari kejahatan sampai sekarang? Novel ini mencoba menjawabnya.
5. Notes on an Execution

Amerika Serikat sampai sekarang negara yang dengan jumlah kasus pembunuhan berantai terbanyak di dunia, setidaknya berdasarkan dokumentasi yang dihimpun otoritas berwenang. Ini yang jadi inspirasi novel Notes on an Execution.
Pembaca diajak menyelami hari-hari terakhir seorang pelaku pembunuhan berantai yang akan dieksekusi. Namun, ini bukan tentang si pembunuh, sebaliknya kamu justru akan mengikuti perspektif orang-orang lain di sekitar pelaku. Keluarganya, keluarga korban, dan detektif yang menangani kasusnya.
Otak manusia memang sekompleks itu. Setelah membaca kelima novel tadi, kamu mungkin mulai bisa menentukan ilmuwan mana yang argumennya paling masuk akal. Bisa juga memilih jalan tengah, yakni percaya sifat alamiah manusia adalah gabungan keduanya, sesuatu yang ada sejak lahir dikombinasi dengan hal-hal yang kita pelajari dari lingkungan dan interaksi sosial.