[MADING] GERAKAN MUDA MUDI S'LAMATKAN BUMI

Hai, Eco Warriors!
Kami dari tim GoBTT datang membawa misi paling penting yang harus kita sukseskan bersama, yaitu: “Gerakan Muda-Mudi Selamatkan Bumi.” Kita sadar, bumi sedang tidak baik-baik aja, dan kita pun tidak bisa cuma diam. Ini saatnya kita tunjukkan kalau semangat muda kita bisa jadi kekuatan terbesar untuk bikin perubahan.
Kami percaya, bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal-hal yang paling sederhana, bahkan dari tangan-tangan kita sendiri. Kami yakin, setiap dari kita punya potensi untuk jadi pahlawan lingkungan. Dengan kreativitas dan kolaborasi, kita bisa menemukan cara-cara seru dan unik untuk menjaga bumi kita tetap hijau dan lestari.
Melalui karya mading ini, kami berharap bukan hanya menginspirasi banyak pihak tetapi menggerakkan nya. Kami ingin menciptakan sebuah komunitas muda-mudi yang peduli, yang berani beraksi, dan yang siap menjadi agen perubahan. Mari bersama-sama kita buktikan kalau masa depan bumi ada di tangan kita, dan kita siap juga untuk menjaganya. Ini bukan Cuma tentang menyelamatkan bumi hari ini, tapi juga tentang memastikan masa depan yang lebih baik untuk generasi selanjutnya.
GO BTT, [SMK N 42 JAKARTA]
Ketua: [ARIS MAULANA]
Anggota:
- ARGYA ARYAPUTRA FAHREZY
- MUHAMMAD FAQIH ASSYAFIQ
- MUHAMMAD IBNU FAREL
- RIFQI ACHMAD FAIRUZ
- ROZAN RABANI
Pembimbing: [AYU MIRANDANI,S.pd]
Esai: Latar Belakang

Di tengah isu-isu lingkungan yang semakin mendesak, sekolah memiliki peran krusial dalam menanggulangi masalah sampah dengan menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab pada siswa. Dimana saat ini, Generasi Muda yang tumbuh di tengah krisis iklim harus memiliki pengetahuan akan isu lingkungan, namun pengetahuan terkadang tidak dibarengi oleh kesadaran dan tindakan nyata. Tumpukan sampah di kantin, bungkus makanan di kolong meja, botol plastik di lapangan, dan sampah kemasan yang tidak terpilah menjadi pemandangan sehari-hari di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup, butuh fasilitas, kesadaran dan kebijakan yang tegas untuk memicu perilaku peduli lingkungan. Sebagaimana disampaikan oleh Budiharjo (2017:8), kesadaran yang tinggi—yang dibentuk sejak dini—adalah fondasi utama untuk meningkatkan partisipasi aktif dalam program kebersihan.
Masalah sampah di sekolah bukanlah isu yang berdiri sendiri, melainkan cerminan dari tantangan nasional yang lebih besar dan terjadi selama bertahun-tahun. Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 56,63 juta ton, namun hanya 39,01% yang dikelola dengan baik. Sisanya dibuang ke TPA terbuka (open dumping) yang mencemari lingkungan sekitar. Data ini menjadi alarm, bahwa sekolah sebagai miniatur masyarakat sekaligus tempat edukasi, juga menghadapi tantangan yang sama. Dimana sampah dari kantin, yang menyumbang volume signifikan, sering kali berakhir di tempat sampah tanpa pemilahan, mencemari lingkungan sekolah dan TPA.
Memahami jenis sampah yang dihasilkan adalah langkah awal sebagai solusi yang tepat. Dimana sampah organik, seperti sisa makanan, dapat diolah menjadi pupuk kompos yang bermanfaat untuk kebun sekolah (Rasidi 2022:13). Sebaliknya, sampah anorganik, seperti botol plastik dan bungkus jajanan, sangat mendominasi dan butuh ratusan tahun untuk terurai, sehingga berpotensi mencemari tanah jika tidak dikelola (Adzim 2023:14). Selain itu, sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) seperti baterai bekas atau kemasan kosmetik yang dibawa siswa juga sering terabaikan dan memerlukan penanganan khusus (Aji & Hesti Wardhani, 2024:19).
Untuk mengatasi tantangan kompleks ini, bukan hanya diperlukan pendekatan yang tegas melainkan diperlukan pula pendekatan yang holistik dan menarik bagi siswa. Sekolah dapat bertransformasi menjadi sebuah laboratorium hidup dengan menerapkan Program 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
- Reduce menjadi langkah paling efektif dengan mengurangi volume sampah dari sumbernya. Sekolah dapat menerapkan larangan penggunaan kemasan sekali pakai seperti plastik di kantin dan mengedukasi siswa untuk membawa wadah makanan serta botol minum sendiri.
- Reuse dapat diterapkan melalui proyek kreatif yang mendorong siswa menggunakan kembali sampah anorganik, seperti membuat sebuah pot tanaman dari botol plastik atau hiasan dari bungkus kopi.
- Recycle dapat diwujudkan dengan mendirikan Bank Sampah Sekolah. Siswa dapat mengumpulkan sampah terpilah untuk ditukar dengan imbalan, yang tidak hanya mendidik mereka tentang daur ulang, tetapi juga memberikan insentif ekonomi untuk mereka. Di samping itu, program komposting dapat mengolah sisa makanan dari kantin menjadi pupuk.
Dengan menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian dari budaya dan kurikulum, sekolah dapat memberdayakan siswa untuk menjadi agen perubahan yang tidak hanya sadar akan masalah lingkungan, tetapi juga mampu bertindak nyata untuk menyelesaikan masalah tersebut. Keterlibatan mereka dalam setiap tahapan, mulai dari memilah sampah hingga mengolahnya, akan menumbuhkan kebiasaan yang akan mereka bawa hingga dewasa nanti, menjadikan mereka bagian dari solusi untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Esai: Kesimpulan

Permasalahan sampah di sekolah merupakan cerminan dari tantangan lingkungan yang lebih besar di tingkat nasional, yang ditunjukkan oleh data SIPSN KLHK bahwa hanya sebagian kecil dari timbulan sampah nasional yang berhasil dikelola. Timbunan sampah di sekolah, khususnya sampah anorganik yang sulit terurai, menunjukkan bahwa pengetahuan saja tidak cukup tanpa tindakan nyata. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik, tegas, dan menarik melalui Program 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Melalui program ini, sekolah dapat menjadi laboratorium hidup di mana siswa diajak untuk mengurangi sampah dari sumbernya (reduce), memanfaatkan kembali barang-barang bekas (reuse), serta mengolahnya melalui bank sampah dan komposting (recycle). Keterlibatan aktif siswa dalam setiap tahapan ini akan menumbuhkan kesadaran dan kebiasaan positif yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan sekolah, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang bertanggung jawab. Dengan demikian, pengelolaan sampah bukan lagi sekadar aturan, melainkan bagian dari budaya dan kurikulum yang memberdayakan siswa untuk menjadi agen perubahan.
Mari kita jadikan sekolah bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga wadah untuk beraksi. Dengan langkah-langkah nyata, kita bisa mengakhiri pemandangan tumpukan sampah di kantin dan di bawah meja. Mari bersama-sama wujudkan sekolah yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Saatnya Generasi Z menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sadar akan krisis iklim, tetapi juga bertindak nyata untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Mulai dari satu botol plastik, satu bungkus makanan, dan satu komitmen untuk memilah, kita bisa menciptakan perubahan yang besar.
Infografik

Dalam Infografik ini Kita diberitahu masih ada banyak sekali sampah yang ada di Indonesia. Sampah-sampah tersebut bisa sangat berbahaya jika dikelola dengan baik, bisa menimbulkan banjir dimana-mana, longsor, dan yang paling parah bisa manjadi wabah penyakit suatu saat nanti...
Maka dari itu, disini kita Eco-Warrior sebagai generasi muda harus memiliki pola pikir yang tepat. Karena anak muda memiliki energi yang luar biasa besar untuk melakukan sebuah perubahan. Bisa di mulai dari diri kita sendiri, dengan cara; menggunakan alat makan yang bisa digunakan kembali, selalu bijak dalam memilah sampah dan mendaur ulang sampah. Ini semua ada cerminan dari G3R (Gerakan 3R).
Yuk sama-sama kita lakukan tindakan sederhana yang membuat Bumi Bahagia !!
Rubrik Diskusi Infografik Pertamina

Pada Rubrik ini kita melihat beberapa Program dari Pertamina sebagai “Energizing Green Future."
Setiap hari, Indonesia menghasilkan lebih dari 34 juta ton sampah. Angka yang sangat besar ini bukan sekadar data di atas kertas, melainkan ancaman nyata bagi masa depan keberlangsungan hidup kita. Contoh nya di Jambi saja, timbulan sampah telah menembus 290 ribu ton pada 2023. Jika hal ini dibiarkan bukan hanya lingkungan yang terancam, tetapi juga napas generasi mendatang.
Namun di balik tantangan besar, selalu ada harapan. Dimana Pertamina hadir dengan solusi hijau yang berani dan inovatif. Contohnya Program Apartemen Maggot 21 membuktikan bahwa maggot bukan sekadar pengurai sampah organik, melainkan pionir gaya hidup ramah lingkungan.
Di pelosok lain, Program Kampung Iklim Dusun Keranjang menanam lebih dari 500 bibit pohon. Pohon-pohon itu bukan hanya tanaman, melainkan simbol perlawanan terhadap perubahan iklim. Setiap daun yang tumbuh adalah janji: bumi yang lebih segar, lebih hijau, dan lebih sehat.
Lalu hadir Greenomina, aplikasi hijau Pertamina yang menjembatani teknologi dengan aksi nyata. Di sini, masyarakat bukan lagi penonton, melainkan aktor utama dalam perjuangan iklim. Gotong royong modern pun tercipta—manusia, teknologi, dan bumi bergandengan menjaga kehidupan.
Komitmen ini diperkuat oleh langkah besar Pertamina Geothermal Energy (PGE), yang telah memasok listrik bersih untuk lebih dari 2 juta rumah di Indonesia, sekaligus memangkas emisi karbon hingga 9,7 juta ton CO₂ per tahun. Energi terbarukan kini bukan lagi wacana, melainkan kenyataan yang sedang kita jalani bersama.
Inilah esensi dari Energizing Green Future—gerakan nyata, harapan baru, dan langkah kolektif menuju bumi yang lestari. 🌱✨
Rubrik Diskusi Infografik Pertamina

Di Rubrik yang selanjutnya, kita akan melakukan aksi melihat dari Program yang sudah pernah dijalankan oleh Pertamina sebagai penghemat Energi untuk masa depan
🌍 A Planet Savior with Eco-Warrior 🌱
Bayangkan kalau bumi ini adalah layar bioskop raksasa. Harusnya kita nonton pemandangan indah: langit biru, sungai jernih, dan hutan hijau. Tapi kenyataannya, yang muncul justru sampah yang menumpuk, sungai kotor, dan udara penuh dengan polusi. Pertanyaannya: siapa yang akan jadi pemeran utama untuk bisa menyelamatkan cerita ini?
Menurut data BPS 2024, jumlah pemuda Indonesia ada 64,22 juta jiwa atau sekitar 20% dari total penduduk. Angka ini bukan sekadar statistik, tapi bukti kalau kita anak muda punya kekuatan besar untuk buat perubahan nyata.
Masalahnya, Indonesia masih jadi negara penghasil sampah makanan terbesar kedua di dunia. Laporan The Economist menyebutkan ada sekitar 130 juta ton sampah tiap tahun, yang mana berat ini sebanding dengan 20.000 gajah dewasa. Bayangkan sampah sebanyak itu menumpuk yang pastinya akan membuat banyak sekali dampak negatif, mulai dari polusi udara, pencemaran air, pencemaran tanah, rusaknya lingkungan sekitar. Dan pada akhirnya akan membuat hilangnya mata pencaharian warga sekitar.
Tapi di titik kritis ini, langkah kecil bisa jadi penyelamat besar. Sesimpel ngurangin plastik sekali pakai, hemat kertas, atau nanem pohon mulai dari lingkungan keluarga. Dari hal-hal kecil itulah, kita bisa ubah jalan cerita bumi.
Generasi muda tak boleh Cuma duduk jadi penonton. Sekarang waktunya maju jadi Eco-Warrior. Karena masa depan bumi bukan ditentukan orang lain, tapi ada di tangan kita sendiri.
Jangan biarkan ego dan sikap acuh membuat anak cucu kita terkena dampak negatif nya, jangan biarkan udara gratis yang kita hirup menjadi berbayar di masa mendatang, ini waktunya kita untuk merubah itu semua.
Foto Bercerita

Ini adalah perjalanan kami yang penuh banyak sekali cerita... dimulai dari diskusi untuk menentukan konsep, membuat timeline, proses shooting hingga sampai proses editing. Walau terasa berat, tapi jika kita lakukan bersama-sama maka itu akan menjadi ringan.
Ayo bersama kita jaga bumi pertiwi, kurangi dan jadi lah agen perubahan yang menyelamatkan masa depan.