Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Novel Penuh Intrik tentang Sisi Gelap Seni Pertunjukan

ilustrasi seni pertunjukan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi seni pertunjukan (pexels.com/cottonbro studio)

Dunia teater selalu menjadi panggung bagi berbagai drama, bukan hanya dalam cerita yang dipentaskan, tetapi juga di balik layar. Intrik, persaingan, dan eksplorasi karakter sering kali menjadikan teater lebih dari sekadar hiburan yani seperti cerminan kehidupan itu sendiri. Tak heran, banyak novel yang mengambil inspirasi dari dunia seni pertunjukan.

Dari persaingan sengit antaraktor hingga kisah misterius yang mengaburkan batas antara realitas dan fiksi, novel-novel ini menyajikan cerita yang memikat, penuh ketegangan, dan sering kali mengeksplorasi sisi gelap seni pertunjukan. Berikut enam novel yang membawa pembaca ke dalam dunia teater dengan segala intriknya.  

1. A Bright Ray of Darkness – Ethan Hawke

buku A Bright Ray of Darkness (penguinrandomhouse.com)
buku A Bright Ray of Darkness (penguinrandomhouse.com)

Mungkin banyak yang mengenal Ethan Hawke sebagai aktor, tetapi siapa sangka ia juga seorang penulis berbakat. Novel ini berkisah tentang seorang aktor yang harus menghadapi kehancuran pernikahannya dan mencoba melarikan diri ke dalam dunia yang salah. Di tengah semua itu, ia tetap harus tampil di panggung Broadway dalam produksi Henry IV.

Banyak aktor memuji bagaimana Hawke menggambarkan pengalaman di atas panggung dengan begitu nyata, seolah pembaca benar-benar bisa merasakan atmosfernya. Kisah ini bukan hanya tentang seni peran, tetapi juga tentang bagaimana seni bisa menjadi jalan penyembuhan. Ditambah lagi novel ini terinspirasi dari kehidupan pribadi Hawke sendiri.

2. Edith Holler – Edward Carey

buku Edith Holler (penguinrandomhouse.com)
buku Edith Holler (penguinrandomhouse.com)

Edith Holler adalah seorang gadis yang tumbuh di dalam teater milik keluarganya dan dilarang untuk meninggalkan bangunannya. Ayahnya meyakinkannya bahwa jika ia keluar, teater tersebut akan runtuh. Terjebak dalam dunia yang membatasi geraknya, Edith menulis sebuah naskah tentang seorang perempuan yang menggunakan darah anak-anak untuk membuat makanan.

Namun, situasi menjadi semakin rumit ketika ayahnya menikahi pewaris perusahaan yang memproduksi makanan tersebut. Edith mulai menyadari bahwa tulisannya itu bukan sekadar fiksi. Ia harus bertindak cepat untuk melindungi keluarganya, teaternya, dan anak-anak di kotanya. Novel ini memadukan elemen gotik, misteri, dan teater dalam satu kisah yang mencekam.  

3. Madeleine Is Sleeping – Sarah Shun-lien Bynum

buku Madeleine Is Sleeping (penguinrandomhouse.com)
buku Madeleine Is Sleeping (penguinrandomhouse.com)

Novel ini memiliki struktur unik dengan bab-bab sangat pendek, ada yang hanya terdiri dari satu kalimat. Ceritanya mengikuti seorang gadis bernama Madeleine yang tertidur dalam keadaan koma, tetapi dalam mimpinya ia menjalani petualangan luar biasa. Ia meninggalkan desanya di Prancis, bergabung dengan kelompok sirkus, dan jatuh cinta dengan salah satu pemainnya.

Kelompok sirkus ini dipenuhi karakter eksentrik, termasuk seorang fartiste, seorang perempuan bersayap, dan seorang lainnya yang tubuhnya perlahan berubah menjadi biola. Dengan gaya penulisan yang hampir seperti mimpi, novel ini mengeksplorasi batas antara realitas dan fantasi sehingga menciptakan pengalaman membaca yang unik dan menghipnotis.  

4. Between the Acts – Virginia Woolf

buku Between the Acts (britannica.com)
buku Between the Acts (britannica.com)

Novel terakhir yang ditulis Virginia Woolf sebelum kematiannya ini adalah sebuah karya yang kaya akan metafora dan makna. Berlatar di sebuah rumah pedesaan di Inggris, cerita ini mengikuti persiapan komunitas lokal yang sedang menggelar pertunjukan teater tentang sejarah Inggris.

Sepanjang hari, para karakter tidak hanya bersiap untuk pertunjukan tetapi juga menghadapi pergolakan batin mereka. Woolf mengaburkan garis antara teater dan kehidupan nyata. Novel ini adalah gambaran tentang identitas, perubahan sosial, dan bagaimana manusia selalu menjadi bagian dari sebuah pertunjukan besar dalam hidup mereka sendiri.  

5. If We Were Villains – M.L. Rio

buku If We Were Villains (macmillan.com)
buku If We Were Villains (macmillan.com)

If We Were Villains berkisah tentang sekelompok mahasiswa seni drama yang terobsesi dengan Shakespeare. Mereka selalu mendapat peran yang sama dalam setiap pertunjukan yaitu pahlawan, penjahat, penggoda. Namun suatu hari, mereka diberikan peran yang berbeda.

Perubahan ini mengguncang dinamika kelompok mereka hingga batas antara peran di atas panggung dan dunia nyata mulai kabur. Ketegangan semakin meningkat ketika salah satu dari mereka ditemukan tewas, dan apa yang seharusnya menjadi latihan untuk pentas berubah menjadi drama kehidupan yang jauh lebih mencekam.

Novel ini penuh dengan ketegangan psikologis dan permainan identitas yang membuat pembaca terus bertanya-tanya siapa yang sebenarnya berbohong.  

6. Station Eleven – Emily St. John Mandel

buku Station Eleven (goodreads.com)
buku Station Eleven (goodreads.com)

Berlatar di dunia pasca-apokaliptik setelah pandemi flu memusnahkan sebagian besar populasi, novel ini mengikuti sekelompok seniman yang berkeliling wilayah Danau Besar untuk mempertunjukkan drama Shakespeare. Mereka percaya bahwa seni adalah sesuatu yang tetap harus bertahan meskipun peradaban runtuh.

Namun, perjalanan tersebut membawa mereka ke sebuah komunitas yang dikuasai oleh seorang pemimpin sekte berbahaya. Saat mencoba bertahan hidup, mereka juga harus mempertahankan seni yang mereka cintai. Station Eleven adalah novel yang memadukan ketegangan dan penghormatan terhadap teater sebagai bentuk ekspresi manusia yang abadi.

Baik sebagai pencinta teater sejati atau sekadar penasaran dengan kehidupan di balik tirai panggung, novel-novel ini menawarkan pengalaman membaca yang tak terlupakan. Dari keenam novel di atas, mana yang paling membuatmu ingin segera membalik halamannya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us