5 Totalitas yang Dimiliki Penulis di IDN Times Community

- Penulis di IDN Times Community melakukan riset mendalam untuk kanal science, membutuhkan akurasi data tinggi dan menghabiskan waktu membaca jurnal serta berita.
- Penulis lepas menghadapi tantangan berat dalam menemukan dedikasi dan menghadapi keterbatasan waktu, namun tetap terpacu untuk menulis secara berkualitas.
- Revisi adalah hal yang biasa bagi penulis di IDN Times Community, mereka bersyukur karena itu merupakan proses tumbuh dan berkembang hingga melahirkan karya spektakuler.
Menjadi penulis itu tidak hanya cerita soal menggoreskan aksara hingga menjadi untaian kata. Lebih dari itu, seorang penulis adalah mereka yang menampilkan totalitas yang nyata, meski sedikit yang menghargainya.
Hal demikian juga dimiliki oleh para penulis di IDN Times Community. Totalitas mereka telah terbukti dan tidak perlu diragukan lagi. Sebab mereka adalah insan yang tangguh. Lima hal di bawah ini akan mengungkapkannya. Simak hingga akhir!
1. Riset yang mendalam

Riset mendalam utamanya untuk kanal science yang membutuhkan akurasi data yang tinggi. Sehingga penulis yang berkecimpung di situ harus rela untuk menghabiskan waktunya dengan membaca jurnal, berita, untuk mencari sebuah fakta.
Tidak sampai di situ, mereka harus mengolahnya lagi dengan penyajian yang orisinal. Agar tidak terjerat dengan pelanggaran berupa plagiarisme. Tentu itu bukan pekerjaan yang mudah. Bahkan bisa memakan waktu sampai seharian lamanya. Demi artikel yang berkualitas nan bikin puas.
2. Menulis di sela-sela kesibukan

Ada yang beranggapan, bahwa jadi penulis lepas itu enak. Bisa nulis kapan saja dan di mana saja. Mau di kamar, di kafe, atau di kantor sekalipun di sela-sela kesibukan akan pekerjaan utama.
Tidak salah memang, tapi yang perlu dipahami, justru tantangan penulis paruh waktu itu lebih berat. Karena yang ia hadapi adalah dirinya sendiri, bukan orang lain. Kalau ia mau ogah-ogahan untuk menulis, siapa yang mampu melarang.
Olehnya itu, mereka yang punya dedikasi tidak akan menjadikan keterbatasan waktu sebagai halangan. Justru sebaliknya, mereka makin terpacu untuk menulis, bahkan ketika itu harus dilakukan ketika jam istirahat. Masih ragu akan totalitasnya?
3. Revisi terus, sampai tembus

Namanya juga penulis, pasti ada saja dinamika yang mesti dihadapinya. Ditolak editor, karyanya tidak kunjung diterbitkan, atau dikembalikan untuk direvisi. Bagi penulis di IDN Times Community, revisi adalah hal yang biasa. Bahkan mereka rela lakukan itu berkali-kali.
Tapi mereka justru bersyukur, karena di situlah proses untuk tumbuh dan berkembang. Agar suatu saat nanti jadi penulis yang tangguh, juga siap untuk melahirkan sebuah karya yang spektakuler. Kemudian layak untuk disebarluaskan ke khalayak umum.
4. Ditolak, anti baper

Penolakan sudah seperti makanan sehari-hari. Jumlahnya sudah tidak terhitung lagi, sampai sebagian dari mereka tidak lagi memandangnya sebagai momok. Karena mereka sadari satu hal, bahwa proses sebagai seorang penulis itu memang tidak gampang.
Meramu kata menjadi kalimat, kemudian membentuk paragraf sampai menjelma sebagai artikel yang utuh barangkali terlihat begitu simpel. Padahal faktanya tidak demikian. Butuh proses panjang bahkan sampai tahunan.
Tapi hasil yang diperoleh juga sepadan. Pada akhirnya tulisan mereka ditayangkan. Usai melalui penempaan yang merubah karya-karya mereka jadi makin tajam, hingga menembus relung kalbu para pembaca. Membuat mereka terpesona.
5. Konsisten menulis setiap hari

Artikel yang terbit itu harus melalui kurasi yang ketat dari editor. Kalau mereka tidak menulis setiap hari, maka peluang terbitnya semakin sempit. Jadi tidak ada jalan lain bagi mereka untuk terus menekan editor. Dengan mengirimkan karya-karyanya setiap hari.
Sejalan dengan itu, harus diakui memang, konsistensi para penulis di IDN Times Community itu benar-benar gila. Ketika tulisannya muncul di beranda pagi itu, di antara ratusan ribu penulis yang telah terdaftar. Sungguh ketabahan yang luar biasa. Patut untuk diapresiasi.
Demikian pemaparan artikel ini, semoga menyadarkan kita sebagai pembaca agar lebih menghargai karya dari seorang penulis. Sebab kerja keras mereka itu tidak pernah setengah-setengah.