Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Orangtua saat Anak Mengalami Speech Delay, Hindari!  

Ilustrasi anak mengalami speech delay (pexels.com/Pixabay)

Speech delay adalah ganggungan pada perkembangan anak yang menyebabkan munculnya keterlambatan dalam berbicara. Dilansir Stamurai, anak biasanya mulai mengucapkan kata pertama mereka di usia 10 hingga 14 bulan. 

Namun, gak semua anak memiliki kemampuan dan kecepatan perkembangan berbicara yang sama. Peran orangtua tentunya menjadi sangat penting saat anak mengalami speech delay. Nah, untuk itu kamu perlu menghindari beberapa kesalahan umum yang dilakukan orangtua berikut ini!

1. Memiliki sikap denial atau penyangkalan

Ilustrasi ayah memahami anaknya yang mengalami speech delay (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Setiap dihadapkan pada situasi tertentu yang berbeda dengan kebanyakan orang, mungkin terbesit sikap denial saat mengetahui anak mengalami speech delay. Sikap menyangkal ini mungkin merupakan coping mechanism yang dilakukan orangtua, tapi justru bisa membahayakan perkembangan anak.

Untuk itu, berusahalah menerima kenyataan bahwa anak mengalami gangguan speech delay. Kamu juga harus mempertimbangkan untuk mencari bantuan profesional dalam menangani gangguan tersebut.

2. Kurang belajar dan memahami tentang speech delay

Ilustrasi ayah belajar memahami speech delay (pexels.com/nappy)

Mempelajari secara mendalam tentang speech delay bisa membantumu memahami tentang step ataupun program terapi wicara tingkat lanjut sesuai dengan usia anak. Kamu bisa menambah wawasan tentang fakta maupun mitos dalam menangani anak dengan gangguan tersebut.

Pemahaman ini juga berguna untuk menghindari kesalahan informasi maupun diagnosis yang kamu baca lewat internet. Yuk, jangan malas untuk mencari tahu lebih banyak tentang speech delay!

3. Mendapat nasihat yang salah

Ilustrasi mendapatkan nasihat dari kakek dan nenek (pexels.com/ Tima Miroshnichenko)

Saat mengetahui anak mengalami speech delay, mungkin kerabat, orangtua, maupun keluarga terdekat lainnya menganggap hal tersebut sepele dan normal. Nah, pemikiran seperti ini harus segera disingkirkan, ya! Lebih baik mengatasi kekhawatiran dengan berkonsultasi pada ahlinya secara langsung.

"Dokter bisa membantumu mengenali speech delay dan juga memeriksa perkembangan mental pada anak," kata family physician, Dr. Kyle Bradford Jones, dilansir Family Doctor.

4. Mencoba untuk memperbaiki sendiri

Ilustrasi ibu mengajak anak berkomunikasi (pexels.com/Yan Krukau)

Salah satu cara untuk mengatasi speech delay adalah dengan terapi wicara. Namun, hal ini bukanlah sesuatu yang harus kamu lakukan sendiri.

Jika ingin mempraktikkan terapi wicara di rumah, kamu harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan terapis wicara. Terapis wicara nantinya akan memberi tahu tentang latihan mana yang sesuai dilakukan di rumah dan kesalahan apa saja yang tidak boleh dilakukan.

5. Tidak berlatih di rumah secara teratur

Ilustrasi orangtua mengajak berbicara anak (pexels.com/Pixabay)

Setelah berkonsultasi dengan terapis wicara, kamu pasti akan direkomendasikan latihan dan aktivitas yang bisa membantu perkembangan wicara serta bahasa anak. Misalnya, mengharuskan kamu untuk berbicara pada anak selama 20 menit setiap harinya.

"Fokus pada komunikasi dengan berbicara pada anak, bernyanyi, maupun mendorongnya untuk meniru suara dan gerak tubuh," kata pakar komunikasi, Julia K. Harnett, dilansir Kids Health.

Nah, untuk memaksimalkan terapi wicara ini, kamu harus secara rutin mempraktikkannya di rumah. Jangan lupa untuk berikan pujian setiap anak menjawab pertanyaan atau menunjukkan perkembangan dalam berbicara.

Deretan kesalahan di atas wajib dihindari oleh para orangtua saat anaknya mengalami speech delay. Ingat, bantuan profesional dan peran orangtua sangat penting dalam menghadapi gangguan perkembangan bicara tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatika Shinta
EditorFatika Shinta
Follow Us