Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Mitos tentang Gentle Parenting, Orangtua Harus Tahu!

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Võ Văn Tiến)

Gentle parenting adalah istilah untuk pola pengasuhan yang berfokus pada penghormatan terhadap hak-hak anak sebagai individu serta meminimalisir kekerasan. Namun pola pengasuhan gentle parenting banyak disalahartikan oleh warganet hingga memunculkan jenis parenting baru yang tidak tepat. Banyak mitos tentang gentle parenting yang sebenarnya salah.

Kira-kira mitos gentle parenting apa saja yang wajib diluruskan, nih. Yuk, simak pembahasannya bersama IDN Times berikut. Keep scrooling!

1. Gentle parenting dan menghilangkan semua kesulitan anak

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Yan Krukau)

Beberapa orangtua beranggapan bahwa gentle parenting berarti memberikan kemudahan-kemudahan kepada anak. Lebih jauh lagi, beberapa orangtua bahkan berpikir untuk menghilangkan semua kesulitan yang mungkin dilalui oleh sang anak.

Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Asian Social Science seperti dilansir Forbes, perilaku orangtua yang terlalu protektif justru berpotensi membuat anak memiliki kecemasan dan phobia sosial. Anakn tidak terbiasa menghadapi masalah, kemudian mereka akan kesulitan menyelesaikannya sendiri ketika dewasa.

Mark Travers mengungkapkan seperti dikutip Forbes, "Sebaliknya, pengasuhan yang lembut berarti menjadi pemandu yang suportif. Ini berarti membiarkan anak-anak menghadapi tantangan sambil menyediakan jaring pengaman."

2. Gentle parenting cocok untuk semua anak dan orangtua

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Daria Obymaha)

Promosi tentang gentle parenting membuat banyak konten tentang pola pengasuhan ini tayang di media sosial. Namun sayangnya, konten tersebut berakhir dengan ungkapan menghakimi bagi orangtua yang gagal menerapkannya.

Di sisi lain, konten tentang gentle parenting biasanya menunjukkan anak-anak yang akhirnya patuh pada instruksi lembut dari orangtuanya. Padahal, tidak semua anak memiliki tabiat yang sama. Tak jarang hal ini memunculkan pemicu stres baru bagi orangtua dengan anak yang cenderung sulit dikendalikan.

Emily Edlynn Ph.D., seorang psikolog mengungkapkan dalam Psychology Today bahwa konten gantle parenting justru menimbulkan perdebatan bagi psikolog. Pada dasarnya gentle parenting adalah tentang melihat anak sebagai individu yang utuh, memiliki perasaan dan memahami situasi di sekitarnya. Meskipun baik, tidak semua orangtua maupun anak akan sepenuhnya cocok dengan metode ini.

Emily Edlynn Ph.D. menyebutkan, Jika orangtua mempraktikkan pola asuh yang lembut dan terasa cocok, ada unsur-unsur yang sehat dan bermanfaat dalam pendekatan tersebut. Namun, aku khawatir tentang orang tua dan anak-anak yang tidak cocok dengan pendekatan ini, dan bagaimana mengalami hal ini menyebabkan perasaan menyalahkan diri sendiri dan gagal alih-alih menyadari bahwa pendekatan ini bukanlah resep yang tepat untuk keluarga mereka."

3. Gentle parenting sama dengan pengasuhan permisif

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Kindel Media)

Suatu hari seorang anak mengamuk di swalayan dan menghancurkan barang. Sedangkan orangtuanya hanya memperhatikan tanpa melakukan apa pun. Kasus ini sering dijadikan contoh mengenai gentle parenting. Namun menurut psikolog, cara ini sebenarnya adalah pengasuhan permisif.

Dilansir Forbes, pola pengasuhan permisif adalah pola asuh yang tidak menuntut banyak dan sangat responsif. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini biasanya mengalami kesulitan dengan disiplin diri dan masalah perilaku karena kurangnya bimbingan dari figur orangtua dalam kehidupan mereka. 

Alih-alih membiarkan anak mengamuk di toko, gentle parenting yang sesungguhnya akan memberikan pengertian pada sang anak. Jika anak masih sulit dikendalikan, orangtua bisa mengatasinya dengan menetapkam batasan, memberikan jeda waktu serta konsekuansi yang bisa diterima sesuai usia jika anak tetap tidak bisa mengendalikan dirinya. Gentle parenting bukan membiarkan, ya, melainkan mengajarkan anak untuk memberikan reaksi yang tepat jika keinginannya tidak bisa dipenuhi.

4. Gentle parenting mengharuskan orangtua selalu perhatian pada anaknya

ilustrasi hari ibu (pexels.com/Archie Binamira)

Salah satu poin penting dalam gentle parenting adalah kedekatan emosional dengan orangtua. Salah satunya adalah dengan memberikan perhatian kepada anak. Namun rupanya, psikolog juga mengizinkan metode pengabaian terencana, lho. 

Cara Goodwin, Ph.D., seorang translator parenting mengungkapkan dalam Psychology Today, "Jika sekadar memperhatikan dan memuji perilaku positif tampaknya tidak berhasil, tidak apa-apa untuk mengabaikan perilaku buruk yang lebih kecil, seperti merengek, rewel, berdebat ringan, atau mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang. Inilah yang disebut mengabaikan secara terencana."

5. Perilaku anak adalah hasil dari jenis parenting tertentu

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Ketika metode gentle parenting mulai dikenalkan dan menjamur di media sosial, para pendukungnya berkata bahwa pola pengasuhan tersebut adalah yang terbaik. Namun menurut Emily Edlynn, perilaku anak tidak berbanding lurus dengan jenis pengasuhannya. 

Emily Edlynn mengungkapkan bahwa alih-alih berfokus pada jenis parenting, orangtua harus lebih fokus menjalin hubungan yang baik dengan anak. Salah satunya adalah dengan memperlakukan anak sebagai pribadi yang dihormati dan didengar pendapatnya. Emily Edlynn juga menganjurkan untuk lebih fokus pada kasus nyata daripada hanya mengejar sesuatu yang ideal.

"Pada intinya, pengasuhan yang lembut adalah tentang memperlakukan anak sebagai orang yang setara. Itu tidak berarti orangtua menjadi teman mereka, melainkan tentang menunjukkan rasa hormat, empati, dan pengertian," Mark Travers mengungkapkan seperti dikutip Forbes.

Mengasuh anak memang bukan hal yang mudah, ya. Jangan sampai standar parenting tertentu di media sosial membuat orangtua jadi kehilangan semangat dalam mengasuh anak karena terus merasa bersalah. Semoga mitos tentang gentle parenting di atas bisa membantumu sebagai orangtua untuk lebih menyayangi anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anita Hadi Saputri
EditorAnita Hadi Saputri
Follow Us