5 Tanda Anak Memiliki Harga Diri yang Rendah, Orangtua Wajib Sadari!

Setiap orangtua, tentu ingin melihat anak-anak mereka tumbuh dengan sehat, bahagia, dan percaya diri. Namun, meskipun sudah berupaya sebaik mungkin sebagai orangtua, terkadang anak-anak tetap bisa mengalami harga diri yang rendah.
Dikutip Momjunction, Sagari Gongala, BSc, PG Diploma, seorang konseling psikologis, menuliskan bahwa harga diri adalah apa yang kita pikirkan tentang diri sendiri. Ini mencakup bagaimana perasaan kita terhadap diri sendiri dan keyakinan kita terhadap kemampuan yang kita miliki. Dikutip Verywell Mind, Kendra Cherry, MSEd, seorang spesialis rehabilitasi psikososial, menambahkan, jika harga diri bukan sekadar mencintai diri sendiri, melainkan juga percaya bahwa kamu pantas untuk disayangi dan dihormati oleh orang lain.
Ketika anak memiliki harga diri yang rendah, orangtua tentu akan merasa khawatir. Sebab, harga diri yang rendah tidak hanya bisa mengganggu rutinitas harian anak, tetapi juga menghambat perkembangan mereka.
“Harga diri yang rendah dapat merusak kepercayaan diri anak terhadap dirinya dan mengurangi motivasi. Anak-anak dengan harga diri yang rendah, mungkin akan kurang tertarik belajar di sekolah, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dan menggeluti minat lainnya,” ujar Richard Rende, Ph.D., psikolog perkembangan, dikutip Parents.
Lalu, bagaimana cara orangtua mengetahui bahwa anak mereka mungkin memiliki harga diri yang rendah? Berikut telah IDN Times rangkum kelima tandanya di bawah ini!
1.Kurang percaya diri

Harga diri yang rendah ditandai dengan kurangnya rasa percaya diri. Hal ini dapat terlihat ketika anak sering merasa malu berinteraksi dengan teman-teman sebaya atau enggan bertanya kepada guru saat di kelas.
Selain itu, mereka mungkin merasa tidak yakin dengan kemampuan yang mereka miliki, sehingga memilih untuk enggan mencoba hal baru atau mengambil risiko, yang mana hal itu sebenarnya bisa membantu mereka untuk berkembang. Menurut Cherry, harga diri dan kepercayaan diri adalah dua hal yang saling berkaitan.
“Ketika seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah, ia juga cenderung mempunyai harga diri yang rendah, begitupun sebaliknya,” ujarnya.
2.Takut gagal

Selain kurang percaya diri, anak dengan harga diri yang rendah juga memiliki ketakutan yang besar terhadap kegagalan. Ini karena mereka merasa ragu terhadap kemampuan mereka untuk meraih kesuksesan.
Misal, ketika anak diminta oleh gurunya untuk mengikuti lomba melukis sebagai perwakilan sekolah, ia justru memilih menolak. Padahal, keputusan guru tersebut tentu didasarkan pada pengamatan terhadap potensi yang dimiliki oleh si anak. Namun, karena rasa takut gagal yang begitu besar, anak lebih memilih untuk menghindari tantangan atau cepat menyerah sebelum benar-benar mencoba.
Sebagai orangtua, memberikan dukungan penuh kepada anak sangat penting untuk membantu mereka lebih percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Dengan memberikan dukungan, anak diharapkan menjadi lebih berani untuk mencoba hal baru.
3.Berbicara negatif tentang diri sendiri

Menurut Dr. Rende, meningkatnya sikap negatif terhadap diri sendiri juga menjadi tanda bahwa anak memiliki harga diri yang rendah. Sebab, harga diri yang rendah bisa membuat seseorang lebih fokus pada kekurangan diri sendiri daripada kelebihan yang dimiliki.
Alih-alih membangun self-talk positif, anak dengan harga diri yang rendah akan selalu memikirkan hal-hal negatif tentang dirinya. Ketika ini terjadi pada anakmu, maka hal yang perlu kamu lakukan adalah memberikan dukungan penuh kepada mereka.
Selain itu, jelaskan bahwa setiap individu terlahir dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kamu juga bisa membantu anak mengenali potensi yang mereka miliki serta memberikan fasilitas pendukung agar potensinya dapat berkembang secara optimal.
4.Menunjukkan kecenderungan untuk membandingkan diri sendiri

Jika anak terus-menerus membandingkan dirinya dengan teman-temannya atau orang lain, bisa jadi ia mungkin memiliki harga diri yang rendah. Hal ini juga berlaku dua arah, di mana ketika anak sering merendahkan diri sendiri, mereka juga cenderung merendahkan orang lain untuk membuat diri mereka merasa lebih baik.
Menurut Cherry, terkadang perbandingan sosial bisa memberikan manfaat dan membantu meningkatkan rasa percaya diri. Namun, di sisi lain, perbandingan sosial juga dapat merusak harga diri seseorang.
“Perbandingan sosial tidak selamanya buruk. Misal, dengan perbandingan, kita jadi memperoleh sumber informasi dan inspirasi untuk memperbaiki diri. Namun, ketika seseorang larut dalam perasaan tidak mampu dan putus asa akibat perbandingan, hal itu juga dapat menghambat harga dirinya,” imbuh Cherry.
Media sosial menjadi salah satu faktor utama munculnya kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Anak-anak dan remaja yang aktif menggunakan media sosial lebih rentan terhadap pengaruh perbandingan ini karena mereka sering melihat unggahan dari teman sebaya atau publik figur yang menampilkan kehidupan yang tampak sempurna.
5.Sering bertindak agresif dan cenderung menarik diri

Terakhir, tanda anak memiliki harga diri yang rendah adalah sering bertindak agresif, baik itu suka memerintah atau bertindak sebagai pengganggu. Di samping itu, anak yang memiliki harga diri rendah juga sering melampiaskan emosi negatif dengan cara berteriak-teriak atau melempar barang-barang yang ada di sekitarnya apabila permintaannya tidak dituruti.
“Anak-anak yang mempunyai masalah harga diri cenderung bertindak agresif, mudah tersinggung, meledak-ledak, dan menentang,” ujar Dr. Rende.
Selain itu, mereka juga cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, misalnya menolak undangan untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya, tidak responsif, dan enggan berada di sekitar orang lain. Anak juga mungkin tidak tertarik berbincang-bincang dengan teman-temannya karena hal itu dianggap dapat memperparah kecemasan yang mereka alami.
Itu dia beberapa tanda yang menunjukkan jika anak memiliki harga diri yang rendah. Apabila anakmu mempunyai ciri-ciri yang sama, memberikan dukungan penuh dapat membantu meningkatkan harga dirinya. Selain itu, dengan fokus pada hal-hal positif dapat memberikan anak pandangan baru serta membantu mereka keluar dari perspektif negatif terhadap dirinya sendiri.