5 Tipe MBTI Orangtua yang Gampang Luluh sama Anak, Terlalu Sayang?

- Orangtua ISFJ sulit menolak permintaan anak karena naluri melindungi yang kuat dan senang memanjakan.
- Orangtua ENFP terlalu fokus pada pengembangan kreativitas anak hingga lupa memberikan batasan yang jelas.
- Orangtua ESFJ menciptakan anak yang terlalu bergantung karena sulit menolak permintaan anak demi kebahagiaan mereka.
Membesarkan anak memang bukan perkara mudah. Setiap orangtua punya cara tersendiri dalam mendidik buah hatinya, ada yang tegas bak tentara, ada pula yang lembut bagaikan kapas. Nah, kalau bicara soal orangtua yang gampang luluh sama anak, ternyata hal ini bisa dipengaruhi oleh kepribadian MBTI mereka, lho!
Penasaran gak, kira-kira tipe MBTI mana saja yang punya kecenderungan mudah luluh sama permintaan anak? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
1. ISFJ

Kalau ada tipe MBTI yang paling susah menolak permintaan anak, ISFJ jelas masuk nominasi teratas. Orangtua dengan kepribadian ISFJ ini punya naluri melindungi yang sangat kuat, ditambah lagi dengan sifat mereka yang memang senang memanjakan orang-orang tersayang. Bayangkan saja, saat si kecil merajuk minta dibelikan mainan baru, hati ISFJ langsung luluh melihat wajah sedih anaknya. Alhasil, mereka pun rela mengeluarkan uang tambahan demi melihat senyum kembali merekah di wajah buah hati.
Menariknya, sikap luluh ini bukan karena ISFJ gak bisa tegas, melainkan karena mereka sangat peka terhadap perasaan anak. Mereka tahu betul kapan harus memberikan kelonggaran dan kapan harus tetap konsisten dengan aturan. Masalahnya, keinginan untuk membuat anak bahagia sering kali mengalahkan logika mereka.
2. ENFP

Orangtua bertipe ENFP punya keunikan tersendiri dalam pola asuh mereka. Dengan kepribadian yang penuh antusiasme dan kreativitas, ENFP sangat memahami dunia penuh warna yang ada di kepala anak-anak. Saat si kecil meminta izin untuk melakukan sesuatu yang mungkin dianggap konyol oleh orangtua lain, ENFP malah bisa ikut larut dalam imajinasi tersebut. Misalnya, ketika anak minta dibuatkan benteng dari bantal di ruang tamu, ENFP bukan hanya mengizinkan, tapi bahkan ikut membantu membuatnya!
Kelemahannya? ENFP kadang lupa bahwa anak tetap butuh batasan yang jelas. Mereka terlalu fokus pada pengembangan kreativitas dan kebebasan berekspresi, sampai-sampai lupa kalau disiplin juga penting. Akibatnya, saat anak mulai merengek atau menangis, ENFP cenderung langsung mengalah daripada harus melihat antusiasme anak padam. Padahal, sesekali bilang "tidak" itu perlu, kan?
3. ESFJ

Kalau ISFJ sudah cukup lembut, ESFJ bahkan bisa lebih parah lagi dalam hal memanjakan anak. Orangtua dengan tipe kepribadian ini punya keinginan besar untuk menciptakan harmoni dalam keluarga, dan melihat anak sedih atau kecewa adalah mimpi buruk bagi mereka. Bayangkan saja, ESFJ rela bangun lebih pagi untuk membuatkan bekal favorit anak, meski sebenarnya sudah kelelahan. Atau saat anak minta ditemani main padahal pekerjaan kantor menumpuk, ESFJ tetap akan memprioritaskan waktu bersama si kecil.
Yang jadi masalah, ESFJ sering kali gak sadar bahwa mereka sedang menciptakan anak yang terlalu bergantung. Karena terlalu sering dipenuhi keinginannya, anak jadi kurang belajar menghadapi kekecewaan. Ironisnya, ESFJ sendiri sebenarnya tahu hal ini, tapi tetap saja sulit untuk berubah. Bagi mereka, melihat anak bahagia adalah hadiah terbesar, meski harus mengorbankan ketegasan dalam mendidik.
4. INFP

Orangtua bertipe INFP punya filosofi tersendiri dalam mendidik anak. Mereka percaya bahwa setiap anak punya keunikan yang harus dihargai, dan memaksakan kehendak bukanlah cara yang tepat. Alhasil, saat berhadapan dengan anak yang keras kepala, INFP lebih memilih untuk mengalah daripada harus berkonflik. Misalnya, ketika anak gak mau makan sayur, INFP akan mencari cara kreatif untuk menyiasatinya ketimbang memaksa. Atau saat anak minta begadang di akhir pekan, INFP akan membiarkannya asalkan besok gak ada kegiatan penting.
Pendekatan lembut ini memang punya sisi positifnya, yaitu membuat anak merasa dihargai dan didengarkan. Namun, INFP kadang lupa bahwa anak juga butuh struktur dan aturan yang jelas. Terlalu banyak kelonggaran justru bisa membuat anak bingung tentang batasan yang seharusnya ada. Belum lagi, sifat INFP yang menghindari konflik membuat mereka kesulitan saat harus menerapkan konsekuensi atas perilaku buruk anak.
5. ENFJ

Terakhir, ada ENFJ yang dikenal sebagai orangtua paling suportif sedunia. Mereka sangat peka terhadap kebutuhan emosional anak dan selalu berusaha memberikan dukungan maksimal. Masalahnya, kepekaan ini sering membuat ENFJ terlalu protektif dan gak rela melihat anak menghadapi kesulitan. Saat anak mengeluh tentang tugas sekolah yang sulit, ENFJ langsung turun tangan membantu bahkan kadang mengerjakan sebagian besar tugasnya. Atau ketika anak bermasalah dengan teman, ENFJ langsung ingin menyelesaikan masalah tersebut tanpa memberi kesempatan anak untuk belajar mengatasi konflik sendiri.
Yang bikin ENFJ mudah luluh adalah kemampuan mereka membaca emosi anak dengan sangat baik. Mereka bisa merasakan kesedihan anak bahkan sebelum si kecil mengatakannya. Akibatnya, ENFJ sering memberikan apa yang diminta anak sebelum sempat berpikir panjang tentang konsekuensinya. Padahal, membiarkan anak sesekali merasa kecewa atau menghadapi tantangan justru penting untuk perkembangan karakternya.
Menjadi orangtua yang gampang luluh memang bukan hal yang sepenuhnya negatif. Kasih sayang dan kelembutan tetap dibutuhkan dalam mendidik anak. Namun, penting juga untuk menemukan keseimbangan antara memanjakan dan mendisiplinkan. Ingat, tujuan utama mendidik anak adalah mempersiapkan mereka menghadapi dunia nyata, bukan melindungi mereka dari segala kesulitan.


















