7 Penyebab Anak Mengalami Kesulitan saat Potty Training

Potty training, merupakan tonggak penting dalam perkembangan anak, namun seringkali menjadi tantangan bagi orang tua dan anak itu sendiri. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kesulitan selama proses ini, dan memahami alasan di balik tantangan ini penting untuk membantu mengatasi masalah yang muncul.
Dari kecemasan dan ketidaknyamanan anak terhadap perubahan, hingga faktor-faktor psikologis dan fisik tertentu, setiap anak memiliki pengalaman yang unik saat belajar menggunakan toilet. Untuk mengetahui lebih dalam penyebab anak mengalami kesulitan saat potty training, berikut penjelasannya.
1. Anak belum siap

Ketika menjalani proses toilet training, banyak anak mengalami kesulitan yang bervariasi. Dilansir Verywell Mind, Stephanie Brown, seorang penulis tentang parenting, menjelaskan, salah satu alasan utama adalah karena mereka mungkin belum siap secara fisik dan mental untuk mengendalikan pengeluaran urin dan tinja secara sadar.
Sebagian besar balita di bawah usia 18 bulan belum memiliki kemampuan ini, meskipun mereka mungkin mampu menggunakan toilet jika dibimbing. Bahkan, beberapa anak yang lebih besar juga dapat menghadapi kesulitan, baik karena belum siap secara perkembangan, resistensi terhadap belajar, atau masalah medis seperti sembelit kronis.
Penting bagi orangtua untuk memahami tanda-tanda kesiapan anak mereka sebelum memulai toilet training. Perlu juga untuk memilih waktu yang tepat berdasarkan situasi keluarga, seperti menghindari periode saat ada perubahan besar dalam rutinitas rumah tangga.
"Jika anak tidak memiliki keinginan untuk menggunakan toilet, kemungkinan besar mereka hanya belum siap," kata Ari Brown, M.D., co-author dari Toddler 411: Clear Answers & Smart Advice for Your Toddler, dilansir Parents.
2. Merasa takut dengan toilet

Ketakutan dengan toilet bisa jadi pemicu lainnya. Ini bisa muncul karena anak merasa sulit untuk menyeimbangkan tubuh di atas toilet dewasa, takut jatuh ke dalam, atau takut dengan suara pembilasan. Bagi anak yang mengalami ketakutan ini, penting bagi orangtua untuk memberikan mereka kesempatan untuk mengatasi ketakutan tersebut tanpa tekanan untuk langsung menggunakannya.
"Buang air besar ke dalam toilet menakutkan bagi banyak anak," kata Adiaha Spinks-Franklin, MD, seorang dokter spesialis anak di Meyer Center for Developmental Pediatrics di Texas Children's Hospital di Houston, dilansir Parents.
"Mereka mungkin merasa seolah-olah mereka kehilangan bagian tubuh mereka saat buang air besar. Atau mereka mungkin tidak menyukainya jika air menyiram bagian belakang mereka, atau mereka mungkin khawatir akan tersedot ke dalam toilet," lanjutnya.
Metode yang dapat diterapkan termasuk membiarkan anak berlatih duduk di toilet dengan pakaian mereka masih terpasang dan tutupnya tertutup terlebih dahulu, kemudian secara bertahap memperkenalkan mereka pada tahap-tahap penggunaan toilet yang lebih lanjut. Adanya pendekatan yang sabar dan mendukung, anak bisa melewati ketakutan mereka terhadap toilet dan memperoleh kepercayaan diri untuk sukses dalam toilet training.
3. Takut akan kecelakaan

Anak juga bisa merasakan cemas tentang kemungkinan terjadinya kecelakaan saat toilet training. Meskipun mungkin toilet training berjalan lancar di rumah, anak-anak bisa merasa gelisah atau cemas saat harus menggunakan toilet di tempat lain, seperti di daycare atau rumah orang lain.
Kecemasan ini bisa muncul karena anak merasa sulit untuk berkomunikasi dengan orang dewasa lainnya mengenai kebutuhan mereka, terutama ketika mereka perlu menggunakan toilet. Penting bagi orangtua untuk membantu anak berlatih berbicara dan meminta bantuan ketika mereka merasa ingin buang air, serta memastikan anak memiliki cukup waktu untuk pergi ke toilet.
Selain itu, menunjukkan kepada mereka di mana lokasi toilet berada saat mereka tiba di tempat baru dan menyediakan satu set pakaian bersih sebagai cadangan jika terjadi kecelakaan juga dapat membantu mengurangi kecemasan anak tentang hal tersebut. Dengan bantuan dan dukungan yang tepat, anak bisa mengatasi kecemasan mereka dan berhasil melewati proses toilet training dengan lebih lancar.
4. Takut untuk menggunakan toilet umum

Toilet umum sering kali berisik, ramai dengan orang asing, dan kurang memiliki fasilitas yang sama seperti di rumah, seperti bangku kecil dan penutup dudukan. Anak-anak mungkin merasa takut atau tidak nyaman dengan lingkungan yang berbeda ini, yang dapat menyulitkan mereka untuk buang air.
Penting untuk membantu anak mengatasi ketakutan ini dengan memberikan dukungan dan rasa aman. Bantu mereka menyeimbangkan tubuh di atas kursi dewasa dan meyakinkan mereka bahwa mereka aman dari jatuh ke dalam. Penggunaan penutup dudukan toilet portabel dan tindakan pencegahan lainnya, seperti menutup sensor toilet otomatis, juga dapat membantu mengurangi kecemasan anak saat menggunakan toilet umum.
5. Anak kehilangan minat

Meskipun anak menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka siap untuk menggunakan toilet, mereka mungkin kehilangan minat atau motivasi saat tiba saatnya untuk melakukannya. Ini dapat membuat proses toilet training menjadi lebih sulit.
Orangtua dapat membantu membangkitkan minat anak terhadap toilet dengan berbagai cara, seperti berbicara tentang toilet sepanjang hari, menonton video tentang karakter-karakter yang belajar menggunakan toilet, menyanyikan lagu-lagu tentang toilet, dan membaca buku-buku tentang toilet. Adanya rangsangan dan dukungan yang tepat, anak dapat lebih tertarik dan termotivasi menjalani proses toilet training dengan sukses.
6. Metode pelatihan yang digunakan tidak sesuai

Setiap anak memiliki keunikan dan karakteristiknya sendiri, sehingga apa yang berhasil untuk satu anak belum tentu berhasil untuk anak lainnya. Orangtua mungkin menemukan bahwa apa yang efektif untuk anak pertama tidak sama efektifnya untuk anak kedua atau anak selanjutnya.
Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan preferensi, gaya belajar, atau respon terhadap insentif. Misalnya, satu anak mungkin merespons baik terhadap hadiah, sementara anak lainnya tidak tertarik atau bahkan menghindari penggunaan toilet jika diberi hadiah.
Selain itu, perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan juga dapat memengaruhi proses toilet training. Anak laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan dan karakteristik fisik yang berbeda, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda dalam toilet training. Orangtua perlu memahami bahwa setiap anak unik, dan perlu menyesuaikan metode toilet training sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik khusus anak mereka.
7. Mengalami sembelit

Anak-anak yang sering mengalami sembelit cenderung kesulitan dalam belajar menggunakan toilet karena gerakan usus yang keras dan sulit dikeluarkan dapat membuat mereka takut dan menahannya. Selain itu, sembelit juga dapat menyebabkan kecelakaan buang air kecil dan besar, serta dapat memicu kondisi kesehatan lain seperti encopresis.
Ketika usus terhambat oleh tinja yang keras, tekanan pada kandung kemih dan ginjal dapat membuat anak sulit merasakan sensasi buang air kecil atau menyebabkan dorongan tiba-tiba untuk buang air kecil. Penting untuk mengenali tanda-tanda sembelit pada anak dan mencari bantuan medis jika diperlukan, serta ambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah sembelit, seperti meningkatkan asupan air dan serat dalam diet anak.
Ada beberapa penyebab anak mengalami kesulitan saat toilet training. Mulai dari kurangnya minat, perasaan takut terhadap toilet, hingga masalah sembelit yang mengganggu. Penting bagi orangtua untuk memahami bahwa setiap anak memiliki keunikannya sendiri, dan proses toilet training bisa menjadi tantangan yang berbeda untuk setiap individu.