9 Tips Parenting Modern untuk Anak Balita yang Mudah Tantrum

Menghadapi anak usia balita yang mudah tantrum memang menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Tak jarang anak melakukannya di tempat umum sehingga membuat orang di sekitar memperhatikan hal ini. Ingat, jangan marah padanya saat dia tantrum, ya. Tips parenting modern anak usia balita yang mudah tantrum ini dapat membantu orangtua mengelola ledakan emosi si kecil dengan lebih efektif.
Artikel ini membahas berbagai tips praktis yang bisa kamu terapkan untuk membantu anak balita yang rentan mengalami tantrum. Disimak, ya!
1. Kenali tantrum pada anak usia balita

Tantrum adalah bagian yang normal dari perkembangan anak balita. Hal ini biasanya muncul karena balita merasa frustrasi, terlebih ketika mereka belum mampu berkomunikasi dengan baik dan mempunyai keinginan untuk mandiri, dari laman Healthline. Anak usia balita sering kali belum memiliki kemampuan berbahasa yang memadai untuk menyampaikan perasaannya sehingga cenderung melampiaskannya dalam bentuk ledakan emosi atau tantrum.
Itulah mengapa penting bagi kamu untuk memahami bahwa tantrum bukanlah bentuk manipulasi, melainkan respons alami terhadap perkembangan emosinya. Dengan mengerti alasan di balik tantrum ini, kamu bisa lebih tenang dalam menghadapi situasi tersebut dan gak langsung merasa marah atau putus asa. Sebaliknya, kamu bisa lebih siap untuk membantu si kecil dalam mengelola emosinya dengan bijak, lho.
2. Tetap tenang dan terkendali

Ketika anak mulai tantrum, sangat penting bagi kamu untuk tetap tenang dan terkendali. Ini bukan hanya untuk menjaga agar situasi gak semakin panas, tetapi juga sebagai contoh bagi anak dalam menghadapi emosi. Dengan menunjukkan ketenangan, kamu sebenarnya sedang mengajarkan anak cara mengatur emosi secara positif. Tarik napas dalam-dalam dan fokus untuk tetap tenang saat si kecil tantrum.
Hindari menunjukkan rasa marah, karena reaksi tersebut justru dapat memperburuk keadaan. Daripada membentak atau marah, jadilah orangtua yang menenangkan, ya.
3. Validasi perasaan anak

Setelah tenang, langkah berikutnya adalah memvalidasi perasaan anak. Dalam laman Parents, validasi perasaan berarti kamu mengakui serta menghargai perasaan mereka. Berikan kalimat pengertian seperti "Bunda paham kalau kamu lagi kesal, ya." Pernyataan sederhana ini dapat membuat anak merasa lebih dimengerti dan gak sendiri dalam menghadapi emosinya.
Mengakui perasaan anak juga membantunya merasa aman untuk mengekspresikan emosi. Kamu dapat mengajarkannya beberapa kata sederhana atau isyarat tangan untuk membantu mereka mengungkapkan perasaan, seperti “sedih” atau “marah”. Cara ini sangat membantu saat dia belum bisa bicara dengan lancar, lho.
4. Ciptakan lingkungan yang tenang

Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membantu mencegah tantrum pada balita. Anak membutuhkan lingkungan yang aman dan gak terlalu banyak rangsangan agar merasa tenang. Kamu bisa mencoba untuk membangun rutinitas harian yang konsisten agar anak gak merasa cemas dan selalu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Batasi rangsangan yang bisa memicu anak menjadi overstimulasi, seperti suara bising atau terlalu banyak mainan yang berantakan. Lingkungan yang rapi dan tenang bisa membuat anak merasa lebih aman dan stabil, sehingga dia lebih jarang mengalami ledakan emosi.
5. Berikan pilihan pada anak

Memberikan pilihan sederhana pada anak bisa mengurangi kemungkinan tantrum. Anak usia balita sering merasa frustrasi saat dia merasa gak memiliki kendali atas hidupnya. Dengan memberikannya pilihan, seperti “Mau apel atau pisang?” dia akan merasa memiliki kendali dalam keputusan kecilnya.
Selain mengurangi rasa marah, memberi pilihan juga mengajarkan anak perihal tanggung jawab dalam mengambil keputusan. Ketika anak merasa diberdayakan dan dihargai, kemungkinan untuk tantrum akan berkurang karena dia merasa diikutsertakan.
6. Gunakan teknik pengalihan

Teknik pengalihan bisa menjadi alat yang efektif saat kamu melihat tanda-tanda tantrum mulai muncul. Jika anak mulai gelisah atau menunjukkan tanda akan tantrum, alihkan perhatiannya ke aktivitas atau mainan lain yang menarik. Pengalihan ini dapat membantu anak melupakan penyebab kemarahannya dan fokus pada hal baru.
Akan tetapi, penting untuk mengalihkan perhatian dengan cara yang positif dan bukan sebagai bentuk mengabaikan perasaannya, lho. Pastikan bahwa pengalihan ini gak membuat anak merasa perasaannya gak dihargai, tetapi sebagai cara untuk menenangkan diri sebelum emosi makin memuncak.
7. Ajarkan kecerdasan emosional

Tantrum bisa menjadi momen yang baik untuk mengajarkan anak tentang kecerdasan emosional. Setelah anak tenang, kamu bisa mengajak dia untuk berdiskusi tentang apa yang dirasakan dan mengapa dia merasa demikian. Gunakan bahasa sederhana dan contoh nyata agar anak lebih mudah memahami.
Melalui cara ini, kamu membantu anak mengenali emosinya sendiri serta mengembangkan keterampilan untuk mengekspresikannya dengan cara yang lebih positif. Kecerdasan emosional yang baik akan sangat bermanfaat baginya di masa depan, terlebih cara mengelola stres dan interaksi sosial.
8. Tetapkan batas yang jelas

Anak usia balita perlu mengetahui batasan dan konsekuensi dari tindakannya. Dengan menetapkan aturan dan batas yang konsisten, kamu bisa membantu anak memahami perilaku yang diperbolehkan dan gak. Jelaskan bahwa meski dia boleh marah, anak gak boleh menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Menetapkan batas yang jelas juga mengajarkannya tentang rasa tanggung jawab. Dengan konsistensi ini, anak akan belajar tentang perilaku yang bisa diterima dan bagaimana cara mengekspresikan diri tanpa harus mengalami tantrum, kan?
9. Berikan kenyamanan setelah tantrum

Setelah anak tenang, berikanlah kenyamanan dan pelukan. Reaksi ini penting untuk memastikan bahwa anak merasa dicintai dan aman meski dia baru saja mengalami emosi besar. Pelukan dan kata-kata penghiburan setelah tantrum mengirimkan pesan bahwa anak tetap diterima dan gak perlu merasa malu atas emosinya.
Cara ini juga membantu mempererat ikatan emosional antara kamu dan anak. Anak akan belajar bahwa walau dia sedang dalam kondisi yang sulit, orang tuanya akan selalu ada untuk mendukungnya tanpa syarat.
Mengelola tantrum pada anak balita memang membutuhkan kesabaran dan pemahaman yang dalam. Dengan menerapkan tips-tips parenting modern anak usia balita yang mudah tantrum di atas, kamu jadi bisa membantu dia mengendalikan emosinya dengan lebih baik. Ingat, jangan langsung marah saat anak tantrum, ya!