Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bahaya Orangtua Oversharing Foto dan Info Anak di Media Sosial

potret ilustrasi anak dan ibu (pexels.com/Ketut Subiyanto)
potret ilustrasi anak dan ibu (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Orangtua mungkin hanya bermaksud untuk membagikan momen lucu mengenai anaknya di media sosial. Tak ada niat untuk mengganggu tumbuh kembang anak apalagi merusak masa remajanya dengan konten yang diunggah.

Sayangnya membagikan foto, video, dan informasi atau cerita personal anak punya akibat yang berbahaya untuk kehidupannya kelak. Mengunggah konten mengenai anak secara berlebihan ke media online ternyata berdampak pada mental hingga identitasnya.

Sharenting menjadi istilah yang digunakan untuk menggambarkan orangtua, kerabat, atau bahkan pengasuh yang berbagi informasi tentang anak-anak di bawah umur (usia di bawah 18 tahun) pada platform online. Tindakan ini ternyata memiliki efek buruk terutama bagi anak, simak akibatnya dalam artikel ini!

1. Foto atau video dapat disalahgunakan dan memicu kekerasan maupun pelecehan

Ilustrasi anak dan orangtua. (unsplash.com/Claudia Raya)
Ilustrasi anak dan orangtua. (unsplash.com/Claudia Raya)

Membagikan foto, video atau informasi anak ke media sosial ternyata punya dampak negatif jangka panjang bagi anak, terutama saat dewasa. Jurnal berjudul Sharenting Syndrome: An Appropriate Use of Social Media? menerangkan, membagikan konten mengenai anak ke platform online secara berlebihan dapat mengganggu privasi anak. 

Penelitian tersebut menemukan bahwa setiap anak rentan mengalami pelecehan dan kekerasan setelah dewasa karena penyalahgunaan informasi yang dibagikan saat mereka kecil. Dalam studi tersebut ditemukan, video atau foto  anak dapat disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik, tidak pantas, seperti situs berbahaya dan porno.

Foto, video atau informasi apapun mengenai anak yang dibagikan orangtua melalui media sosial mereka, dapat dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu, disarankan agar orangtua meminta izin pada anak sebelum berbagi ke publik.

Jika anak masih terlalu kecil dan belum bisa memahami konsekuensi dari perbuatan orangtuanya, sebaiknya tidak membagikan informasi secara berlebihan. Orangtua juga diharapkan dapat berlaku bijaksana dan memikirkan dampak yang akan dirasakan anak saat dewasa. 

2. Mengganggu privasi anak dan menimbulkan kejahatan

Ilustrasi ibu dan anak-anak (Unsplash/Alexander Dummer)
Ilustrasi ibu dan anak-anak (Unsplash/Alexander Dummer)

Orangtua mungkin berpikir membagikan momen lucu anak ke dunia maya tak akan menjadi masalah. Namun, memberi tahu banyak orang terkait hal-hal memalukan dan bersifat pribadi tentang anak bisa menganggu kepercayaannya kepada orangtua, sebagaimana disebutkan dalam Very Well Mind. 

Catatan kesehatan, prestasi di sekolah, informasi pribadi lainnya hanya menyebabkan lebih banyak kerugian bagi anak. Data yang diketahui publik bisa digunakan untuk penipuan, aksi kriminalitas, maupun kejahatan di dunia maya lainnya. 

Psikolog Laura Anderson Kirby menyebutkan terdapat beberapa masalah yang timbul akibat oversharing oleh orangtua. Misalnya privasi anak terganggu saat bertemu dengan orang lain, karena foto, video, atau informasi yang diunggah orangtunya.

Hal seperti ini berpotensi menimbulkan kejahatan. Misalnya anak kemudian diculik karena ia pikir orang asing yang baru ditemuinya adalah kenalan orangtuanya sebab orang tersebut tahu banyak hal mengenai pribadinya. 

3. Mengganggu perkembangan kepribadian anak hingga menyebabkan krisis identitas

ilustrasi ibu dan anak  (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Orangtua mungkin tak bermaksud membagikan hal negatif mengenai anaknya. Hanya saja, orang yang melihat, membaca, atau menikmati informasi secara online tak dapat diprediksi dan dikontrol. 

Psikolog dan ahli media, Cynthia Vinney, menyebutkan informasi yang diterima oleh orang lain dapat menjadi bahan bullying yang berpotensi menimbulkan rasa malu, takut, bahkan berdampak serius pada perkembangan anak. Lebih jauh, Cynthia dalam Very Well Mind menyebutkan sharenting bisa menyebabkan krisis identitas. 

Konten yang diunggah orangtua akan membentuk identitas online bagi anak dan membentuk presepsi tertentu di mata orang yang menontonnya. Hal ini akan mengganggu identitas asli anak di dunia nyata dan berdampak pada perasaan mereka. 

4. Mengganggu hubungan anak dan orangtua

Ilustrasi ibu dan anak sedang berbicara (Pexels/Yan Krukov)
Ilustrasi ibu dan anak sedang berbicara (Pexels/Yan Krukov)

Anak-anak ternyata tak setuju dengan praktik sharenting terutama karena mereka mengetahuhi bahwa motivasi orangtua adalah menciptakan kesan tertentu. Pemaparan tersebut berdasarkan hasil riset dari Jurnal Children and Youth Services Review  tahun 2019.

Setelah dewasa, anak-anak menilai apa yang dilakukan orangtuanya di media sosial sebagai tindakan memalukan dan tidak berguna. Namun terjadi pengecualian apabila motifnya adalah menyimpan kenangan. 

Penelitian yang dijabarkan dalam Forbes juga merangkum kesimpulan bahwa anak-anak tidak boleh dieskploitasi dan mereka tak senang jika direpresentasikan secara online tanpa izin. Orangtua sebaiknya mempertimbangkan perasaan dan menghargai batasan-batasan untuk anak, bukan memanfaatkannya sebagai validasi diri. 

5. Muncul perbandingan yang tidak sehat dan insecurity

ilustrasi anak melakukan role play (unsplash.com/bruce mars)
ilustrasi anak melakukan role play (unsplash.com/bruce mars)

Mark Travers, penulis dalam laman Forbes menyebutkan risiko besar yang timbul akibat oversharing adalah munculnya unhealthy comparison dan insecurity pada anak. Mungkin hal ini tak dirasakan langsung oleh anak, namun tetap bisa dirasakan dampaknya dengan berbagai cara. 

Mengunggah informasi tentang anak ke media sosial memungkinkan orangtua membandingkan buah hatinya dengan orang lain. Dampak emosional tak hanya dirasakan oleh anak, namun orangtua juga bisa merasa kurang sempurna sebagai pribadi bila tak mencapai standar sosial tertentu. 

Akibat lain yang timbul dari sharenting adalah dorongan bagi anak untuk bertindak atau bersikap tertentu sesuai metrik atau jumlah like and share. Misalnya orangtua mendapatkan banyak like saat anaknya tertawa, akan muncul dorongan bagi orangtua menyuruh anaknya bertingkah serupa agar disukai oleh lebih banyak orang. 

Demikianlah beberapa akibat buruk yang bisa timbul jika orangtua membagikan data pribadi anak secara berlebihan. Sebaiknya tanyakan dulu pada anak apakah dia bersedia foto, video, atau informasinya diunggah secara online

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
Dina Salma
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us