Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Bantu Anak Pahami Perbedaan Kebutuhan dan Keinginan

ilustrasi mengajak anak berdiskusi (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi mengajak anak berdiskusi (pexels.com/Yan Krukau)
Intinya sih...
  • Gunakan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk membedakan kebutuhan dan keinginan.
  • Ajak anak berdiskusi saat mereka meminta sesuatu, latih mereka menimbang pilihan dengan bijak.
  • Buat daftar bersama: kebutuhan vs keinginan, berikan uang saku, gunakan cerita bijak, dan jadilah contoh yang konsisten dalam gaya hidup.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mengajarkan anak membedakan kebutuhan dan keinginan sejak dini adalah langkah penting dalam membentuk kecerdasan finansial. Saat anak bisa memahami prioritas, mereka akan lebih bijak dalam membuat keputusan, tidak mudah tergoda, dan tumbuh jadi pribadi yang mandiri secara emosional dan finansial. Semua ini bisa dimulai dari rumah, dengan pendekatan yang sederhana namun konsisten.

Orang tua tidak perlu menggunakan istilah yang rumit atau terlalu teoritis. Justru lewat pengalaman sehari-hari dan cara yang menyenangkan, anak bisa lebih cepat menangkap makna di balik konsep ini. Berikut enam cara cerdas yang bisa kamu terapkan untuk membantu anak mengenali perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.

1. Gunakan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari

ilustrasi belanja bersama anak (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi belanja bersama anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Penjelasan paling mudah dipahami anak adalah yang bisa mereka lihat langsung. Saat berbelanja, tunjukkan mana yang termasuk kebutuhan seperti beras, sabun, dan pakaian. Lalu bedakan dengan keinginan seperti mainan baru, es krim, atau boneka lucu.

Manfaatnya, anak akan lebih mudah memahami konsep karena mereka melihat contohnya secara konkret. Aktivitas ini juga melatih kemampuan observasi dan berpikir kritis sejak usia dini. Semakin sering dilakukan, semakin cepat anak terbiasa memilah prioritas dengan sendirinya.

2. Ajak anak berdiskusi saat mereka meminta sesuatu

ilustrasi mengajak anak berdiskusi (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi mengajak anak berdiskusi (pexels.com/Yan Krukau)

Ketika anak meminta barang atau jajan, jangan langsung menjawab “boleh” atau “tidak.” Gunakan momen itu untuk mengajak mereka berpikir: “Menurut kamu, ini termasuk kebutuhan atau keinginan?” Lalu lanjutkan dengan pertanyaan seperti, “Kalau kita beli ini, apa yang harus ditunda dulu?”

Dengan diskusi ringan seperti ini, anak mulai belajar menimbang pilihan. Mereka juga lebih sadar bahwa setiap keputusan membawa konsekuensi. Ini adalah latihan awal yang baik untuk membentuk kemampuan mengambil keputusan secara bijak.

3. Buat daftar bersama: kebutuhan vs keinginan

ilustrasi membuat daftar kebutuhan dan keinginan bersama anak (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi membuat daftar kebutuhan dan keinginan bersama anak (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ajak anak membuat daftar sederhana di kertas dengan dua kolom: satu untuk kebutuhan, satu lagi untuk keinginan. Biarkan mereka menulis atau menggambar sesuai usia dan kesukaannya. Setelah itu, bahas bersama alasan di balik setiap pilihan mereka.

Manfaatnya, anak belajar mengategorikan sesuatu secara sadar dan logis. Ini membantu mereka memahami bahwa tidak semua yang diinginkan harus segera dimiliki. Kegiatan ini juga bisa menjadi aktivitas bonding yang menyenangkan bersama orang tua.

4. Berikan uang saku dan biarkan mereka mengelola sendiri

ilustrasi memberi anak uang saku (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi memberi anak uang saku (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Saat anak mulai diberi uang saku, beri juga kebebasan untuk mengelolanya. Biarkan mereka merasakan langsung konsekuensi dari menghabiskan uang untuk keinginan semata. Dari situ, mereka akan sadar pentingnya membuat pilihan yang tepat.

Pengalaman langsung adalah guru terbaik. Ketika anak kehabisan uang dan tidak bisa membeli hal penting, pelajaran itu akan melekat lebih kuat. Ini juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesadaran finansial secara alami.

5. Gunakan cerita atau dongeng bertema bijak mengatur keinginan

ilustrasi membacakan dongeng untuk anak (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi membacakan dongeng untuk anak (pexels.com/MART PRODUCTION)

Anak-anak sangat senang belajar lewat cerita. Carilah buku atau dongeng yang menggambarkan tokoh yang harus memilih antara kebutuhan dan keinginan. Misalnya, kisah kelinci yang harus memilih antara membeli makanan atau topi lucu.

Lewat alur cerita dan tokoh yang relatable, anak akan lebih mudah memahami nilai dari pilihan yang dibuat. Kamu juga bisa mengajak anak berdiskusi setelah cerita berakhir: “Menurut kamu, apa yang sebaiknya dilakukan tokoh itu?” Cara ini efektif karena menyentuh emosi sekaligus logika.

6. Jadilah contoh yang konsisten dalam gaya hidup

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Anak meniru lebih cepat dari melihat daripada dari mendengar. Ketika kamu menahan diri dari belanja impulsif atau menjelaskan alasan di balik keputusan membeli sesuatu, anak akan memperhatikan. Konsistensi perilaku orang tua adalah kunci dalam membentuk nilai yang sama pada anak.

Dampaknya, anak bukan hanya memahami perbedaan kebutuhan dan keinginan, tapi juga belajar bagaimana menerapkannya secara nyata. Nilai ini akan terus terbawa hingga dewasa, membentuk pribadi yang bijak dan tidak konsumtif. Semua berawal dari kebiasaan yang kamu bangun bersama mereka di rumah.

Mengajarkan anak tentang kebutuhan dan keinginan bukan soal melarang mereka menikmati sesuatu. Justru ini adalah bekal penting agar mereka bisa membuat keputusan yang sehat, mandiri, dan bertanggung jawab di masa depan. Dengan pendekatan yang sederhana dan konsisten, kamu bisa membentuk anak yang lebih bijak dalam menjalani hidupnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
Delvia Y Oktaviani
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us