5 Tanda Awal Perusahaan Mulai Gak Sehat, Saatnya Siapkan Plan B

Kerja di perusahaan yang kelihatannya baik-baik saja sering bikin kita merasa aman. Gaji rutin, kerjaan masih jalan, atasan kelihatan santai—rasanya gak ada alasan untuk curiga. Namun faktanya, banyak perusahaan ambruk bukan karena satu kejadian besar, melainkan karena tanda-tanda kecil yang diabaikan terlalu lama.
Masalahnya, karyawan sering jadi pihak terakhir yang benar-benar sadar kalau perusahaannya sedang gak sehat. Saat kabar buruk akhirnya diumumkan, semuanya sudah terlambat. Supaya kamu gak jadi korban berikutnya, penting untuk mengenali tanda-tanda awal perusahaan mulai goyah, dan kenapa menyiapkan plan B bukan bentuk pesimistis, tapi langkah cerdas.
1. Pembayaran gaji mulai terlambat dengan alasan yang mengambang

Sekali dua kali gaji telat mungkin masih bisa dimaklumi. Namun, kalau keterlambatan mulai sering terjadi dan alasannya terdengar generik, seperti “kendala sistem”, “sedang penyesuaian cash flow”, atau “klien belum bayar”, ini patut dicurigai. Perusahaan yang sehat biasanya punya dana cadangan untuk memastikan hak karyawan tetap aman.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah saat manajemen mulai menormalisasi kondisi ini, seolah gaji telat adalah hal wajar. Kalau sudah begitu, kemungkinan besar ada masalah serius di arus keuangan. Ini momen yang tepat untuk mulai menyiapkan plan B secara diam-diam.
2. Banyak orang penting tiba-tiba resign

Kalau satu dua orang keluar mungkin biasa. Namun, ketika posisi strategis seperti manajer, editor senior, tim finance, atau orang-orang lama mulai keluar satu per satu, itu alarm keras. Orang dalam biasanya lebih dulu tahu kondisi real perusahaan dibanding karyawan lainnya.
Resign massal di level tertentu sering menandakan ketidakpercayaan terhadap arah perusahaan ke depan. Bisa karena target yang gak realistis, kondisi finansial yang makin ketat, atau konflik internal yang sudah gak tertolong. Kalau yang pergi justru orang-orang kompeten, itu sinyal bahaya yang gak boleh diabaikan.
3. Target naik, fasilitas turun

Perusahaan mulai gak sehat sering bereaksi dengan cara yang keliru: menekan karyawan lebih keras. Target dinaikkan, KPI diperketat, jam kerja makin panjang—tapi bonus, insentif, atau fasilitas justru dipangkas. Ini tanda perusahaan sedang berusaha memeras produktivitas tanpa benar-benar punya strategi jangka panjang. Kalau kamu merasa beban kerja makin berat tapi apresiasi makin minim, itu bukan sekadar masalah manajemen. Bisa jadi perusahaan sedang kehabisan napas dan mencoba bertahan dengan mengorbankan kesejahteraan tim.
4. Transparansi mulai hilang

Perusahaan sehat biasanya cukup terbuka soal kondisi bisnis, arah perusahaan, dan tantangan yang dihadapi. Sebaliknya, perusahaan yang mulai goyah cenderung menutup diri. Rapat besar makin jarang, update internal minim, dan pertanyaan kritis sering dijawab berputar-putar. Kurangnya transparansi sering jadi cara untuk menunda kepanikan, bukan menyelesaikan masalah.
5. Klien, proyek, atau produk mulai hilang

Coba perhatikan, apakah klien besar tiba-tiba menghilang? Apakah proyek yang dulu rutin sekarang jarang muncul? Atau produk andalan mulai jarang dibicarakan? Ini tanda fundamental bahwa mesin bisnis perusahaan sedang melemah. Kalau pemasukan utama terganggu dan gak ada inovasi atau strategi baru yang jelas, dampaknya hampir pasti akan sampai ke karyawan. Dari pemotongan budget hingga PHK.
Menyiapkan plan B bukan berarti kamu gak loyal. Justru itu bentuk tanggung jawab ke diri sendiri. Update CV, bangun portofolio, perluas networking, atau cari side job bisa jadi penyelamat saat kondisi terburuk datang. Perusahaan bisa berubah, bangkrut, atau berganti arah kapan saja. Namun, kemampuan dan kesiapanmu adalah aset yang bisa kamu kendalikan.
Jadi, kalau tanda-tandanya sudah mulai tampak, jangan panik! Segera siapkan langkah cadangan dengan kepala dingin. Karena dalam dunia kerja, yang paling aman bukan yang paling lama bertahan, tapi yang paling siap menghadapi perubahan.


















