10 Dampak Buruk Ayah yang Emotionally Unavailable Bagi Anak Perempuan

Hubungan antara ayah dan anak perempuan memiliki dampak yang mendalam pada pembentukan identitas dan harga diri seorang anak. Sejak masa kecil, sosok ayah sering kali menjadi figur yang memberikan rasa aman, dukungan, dan pengakuan. Namun, ketika seorang ayah tidak mampu terhubung secara emosional atau emotionally unavailable, dampaknya bisa sangat besar, terutama terhadap perkembangan diri anak perempuan.
Ketika kasih sayang dan perhatian yang seharusnya diberikan seorang ayah tidak hadir, anak perempuan sering kali merasa terabaikan, tidak dihargai, dan berjuang untuk menemukan tempat lain yang memberi mereka rasa diterima. Dampak ini bisa bertahan lama, membentuk cara pandang mereka terhadap diri sendiri, hubungan, dan bahkan peran mereka dalam masyarakat. Berikut beberapa dampak buruk seorang ayah yang tidak mampu terhubung secara emosional atau emotionally unavailable bagi anak perempuannya. Keep scrolling!
1. Harga diri yang rendah

Sejak kecil, hubungan dengan orangtua, terutama dengan ayah, sangat berpengaruh dalam membentuk konsep diri dan persepsi terhadap hubungan interpersonal. Anak perempuan yang tidak merasakan dukungan emosional dan kasih sayang yang cukup dari ayahnya cenderung merasa tidak dihargai atau tidak dicintai. Ini bisa membentuk keyakinan dalam dirinya bahwa dia tidak layak mendapatkan perhatian atau kasih sayang, yang pada akhirnya bisa menurunkan harga diri.
2. Ketakutan terhadap pengabaian

Hubungan yang tidak dekat dengan sang ayah, bisa menjadikan anak perempuan merasa diabaikan. Ini akan berpotensi menimbulkan rasa takut terhadap pengabaian dalam diri anak tersebut. Dalam beberapa kasus, para anak perempuan ini akan mengatasi ketakutan akan diabaikan yang mereka rasakan dengan mencari perhatian dari sumber lain, seperti teman, pacar, atau kelompok tertentu. Hal ini bisa terjadi karena mereka merasa kekurangan dan berusaha mencegah siapapun untuk mengabaikan kehadiran mereka.
3. Attachment Issues

Anak perempuan yang tumbuh dari seorang ayah yang emotionally unavailable mungkin menghadapi attachment issues ketika dia dewasa. Mengutip Verywell Mind, attachment issue atau attachment disorder adalah sebuah kondisi yang mempengaruhi perilaku atau mood yang menjadikan seseorang sulit membentuk dan mempertahankan hubungannya dengan orang lain.
Anak perempuan yang seperti ini mungkin menjadi menghindar (avoidant) atau cemas (anxious) dalam attachment style-nya. Jika avoidant, mereka cenderung menghindari keintiman, komitmen, atau bergantung pada orang lain. Mereka mungkin akan menjauhkan diri dari emosi dan kebutuhannya sendiri. Sehingga mereka akan lebih menyukai kesendirian dibanding hubungan yang sedang mereka jalani. Sebaliknya, jika seorang putri mengalami anxious, mereka akan mendambakan keintiman, komitmen, dan ketergantungan pada orang lain. Mereka akan takut kehilangan atau ditolak oleh pasangannya, sehingga menjadi clingy dan posesif.
4. Relationship issues

Dampak selanjutnya adalah sang putri bisa mengalami kesulitan dalam hubungan romantis ketika dewasa. Mereka cenderung sulit menemukan hubungan yang ideal. Pilihannya hanya ada dua dan keduanya bisa menjadi ekstrem. Pertama, mereka mungkin akan memilih pasangan yang emotionally unavailable atau kasar (seperti sang ayah), atau sebaliknya, pasangan yang hadir secara emosional dan suportif. Ada tendensi perfeksionis disini, karena mereka tidak ingin mengulangi kisah yang sama dengan keluarganya.
Anak perempuan tersebut mungkin merasa puas dengan kekurangan yang seharusnya dia dapatkan, atau justru berharap terlalu banyak dari pasangannya. Mereka biasanya berusaha untuk tidak memiliki banyak kebutuhan, tetapi bahkan sedikit kebutuhan yang mereka miliki sebenarnya tidak terpenuhi dalam hubungan. Ini bisa membentuk pola yang berulang sehingga sang anak akan sulit membangun hubungan asmara yang baik.
5. Trust issues

Para anak perempuan ini berjuang untuk mempercayai pria, karena hubungan pertama dan terpenting mereka dengan seorang pria ternyata tidak aman dan terjamin bagi mereka. Jika mereka tidak merasa aman, terlindungi, atau didukung oleh ayahnya, mereka mungkin akan mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain, terutama laki-laki.
Mereka mungkin takut ditinggalkan, dikhianati, atau disakiti oleh orang yang dicintai. Pada akhirnya mereka kesulitan mempercayai dirinya sendiri. Perasaan serta naluri mereka yang seperti ini dapat menyebabkan mereka terlalu berhati-hati dan curiga terhadap orang lain.
6. Memaksakan untuk mendapatkan cinta

Kurangnya dukungan emosional dari sosok ayah bisa berdampak pada keinginan sang anak untuk mendapatkan cinta di masa depan. Mereka akan melakukan segalanya untuk pasangan mereka, sambil percaya bahwa dengan cara itulah mereka akan mendapatkan cinta yang mereka inginkan. Anak perempuan ini akan menempatkan diri mereka sebagai yang terakhir, tidak menetapkan batasan, dan tidak mengharapkan hal yang sama sebagai balasannya.
7. Behavioral issues

Anak perempuan yang tidak diajarkan oleh ayahnya tentang pentingnya menunjukkan atau mengungkapkan perasaan dan kebutuhan emosional, cenderung kesulitan melakukan hal ini dalam hubungan mereka sendiri. Mereka mungkin merasa malu atau cemas ketika harus berbicara tentang perasaan mereka, atau merasa tidak layak mendapatkan perhatian emosional yang mereka butuhkan.
Hal itu akan berdampak pada cara mereka mengekspresikan diri. Para anak perempuan ini mungkin akan memiliki masalah dengan perilaku dan etika. Mereka akan menjadi pemberontak atau justru sangat patuh dalam perilakunya. Dalam contoh yang ekstrem, anak perempuan dapat terlibat dalam perilaku berisiko, impulsif, atau merusak diri sendiri, seperti penyalahgunaan zat, pergaulan bebas, atau kejahatan.
8. Emosi yang tidak stabil

Dampak lainnya yang mungkin bisa muncul jika sosok ayah tidak hadir secara emosional adalah anak perempuan akan kesulitan dalam pengaturan dan ekspresi emosinya. Realitanya, anak bisa menekan atau melebih-lebihkan emosi yang mereka rasakan. Dia mungkin menjadi mati rasa atau tidak stabil dalam reaksi emosinya. Dia juga akan mengalami kesulitan mengidentifikasi, menamai, atau mengatasi emosinya sendiri. Sehingga, anak perempuan seperti ini bisa mengalami kecemasan, depresi, kemarahan, rasa bersalah, rasa malu, atau kesepian.
9. Masalah pendidikan

Seorang ayah yang tidak dekat dengan anak perempuannya, dapat memengaruhi kinerja dan prestasi akademik sang putri. Mereka mungkin kurang memiliki motivasi, minat, atau kepercayaan diri dalam belajar. Selain itu, mereka juga bisa terlalu banyak memberikan tekanan, stres, atau harapan pada diri mereka sendiri. Sehingga anak mungkin mengalami kesulitan dengan konsentrasi, ingatan, atau pemecahan masalah yang akan berdampak buruk pada kualitas pendidikan mereka.
10. Masalah kesehatan

Terakhir, ketidakhadiran sosok ayah secara utuh akan mempengaruhi kesehatan sang anak. Anak perempuan yang tidak menerima perawatan atau perlindungan, mungkin memiliki masalah dengan kesehatan fisik dan mentalnya. Anak perempuan tersebut mungkin rentan terhadap penyakit, cedera, atau kondisi kronis. Kurangnya perhatian bisa memungkinkan dia akan mengabaikan kesehatan atau kebersihannya. Hal ini dapat menyebabkan dia menderita gangguan yang berhubungan dengan stres.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua anak perempuan yang memiliki ayah yang "emotionally unavailable" akan mengalami dampak yang sama. Adanya faktor lain, seperti dukungan dari ibu, teman, atau terapis, bisa berperan penting dalam mengurangi dampak negatif ini. Namun, pengalaman dengan ayah tetap memainkan peran penting dalam perkembangan emosional dan psikologis anak perempuan.