Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Indonesia Dapat Sebutan 'Fatherless' di Dunia, Miris Banget! 

ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/freepik)
ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/freepik)

"Fatherless berarti anak yang bertumbuh kembang tanpa sosok ayah, atau anak yang memiliki ayah tapi tidak berperan/mengasuh dengan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak," kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti.

Tak dapat dimungkiri bahwa di Indonesia masih sangat kental dengan budaya patriarki dalam berumah tangga. Sosok ayah memanglah seorang pemimpin keluarga, tapi bukan berarti sosok ibu yang menjadi budak rumah tangga. 

Banyak sekali anak-anak yang lahir dengan keluarga lengkap, tapi mereka tetap disebut fatherless. Ya, Indonesia dapat sebutan 'fatherless' di dunia, dan menduduki peringkat 3. Tentu bukan peringkat yang membanggakan. Kok bisa? Yuk, simak beberapa alasan mengapa peran ayah dalam keluarga masih belum maksimal!

1. Banyak anak yang lahir di luar nikah

ilustrasi sedih mengetahui kehamilan (freepik.com/wirestock)
ilustrasi sedih mengetahui kehamilan (freepik.com/wirestock)

Zaman benar-benar sudah berubah. Dulunya masyarakat Indonesia masih memiliki malu yang cukup tebal untuk berdekatan dengan lawan jenis. Apalagi sampai hamil di luar nikah. Bukan hanya si perempuan yang malu, tapi keluarga bahkan satu kampung ikut malu.

Namun, sekarang para pasangan tanpa ikatan pernikahan banyak yang melakukan hubungan seksual secara bebas. Hasilnya apa? Kehamilan di luar nikah menjadi kasus dengan angka yang cukup besar. Beberapa lelaki memang mengambil tanggung jawab atas perilaku tersebut, tapi tidak semua.

Lantas bagaimana nasib anak-anak yang tidak diakui oleh ayahnya sendiri? Mereka akan kehilangan sosok ayah, tidak seperti anak-anak pada umumnya. Bersyukurlah kamu yang masih sempat merasakan kehadiran dan kasih sayang dua orangtua yang utuh.

2. Ayah jarang mengambil peran dalam mengasuh anak

ilustrasi sebuah keluarga (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi sebuah keluarga (pexels.com/Vlada Karpovich)

Terkadang, meski seorang anak memiliki kedua orangtua yang lengkap, tidak juga menjamin anak tersebut mendapatkan perhatian yang sama dari kedua orangtuanya. Di Indonesia sendiri seorang laki-laki sangat jarang ada yang turun tangan ikut dalam pengasuhan anak.

Terkadang saat istrinya meminta bantuan sehari saja untuk menjaga anak mereka, yang terjadi adalah anaknya dibiarkan sibuk sendiri dan sang ayah sibuk sendiri. Para ayah jarang mengambil peran dalam mengasuh anak. Padahal, anak itu adalah buah hati mereka, bukan anak istrinya saja.

Banyak hal yang sebenarnya bisa diajarkan oleh sang ayah. Seperti cara mengambil keputusan, cara menjadi pemimpin, dan lainnya. Karena ayah dan ibu, memiliki peran masing-masing yang tidak bisa tergantikan.

3. Sibuk bekerja

ilustrasi sibuk bekerja (freepik.com/creativeart)
ilustrasi sibuk bekerja (freepik.com/creativeart)

Tugas seorang suami memang mencari nafkah untuk istri maupun anak-anaknya. Namun, kesibukan untuk mencari nafkah atau bekerja tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak peduli pada anaknya. Bahkan seorang tentara yang bisa bertugas berbulan-bulan di luar daerah masih bisa dekat dengan anak mereka. Kenapa kamu yang hanya pergi ke kantor berjarak 30 menit saja tidak bisa?

Sekali lagi ingat, anak adalah tanggung jawab dua belah pihak, baik ayah maupun ibu. Jika masih belum bisa meluangkan waktu untuk anak, kenapa memutuskan untuk punya anak? Setelah punya anak, kamu malah membuatnya merasa kehilangan sosok ayah. Padahal anakmu punya ayah.

4. Merasa tanggung jawab mengurus anak ada di pundak istri

ilustrasi ibu dan anak (freepik.com/jcomp)
ilustrasi ibu dan anak (freepik.com/jcomp)

Kewajiban seorang istri hanyalah melayani suami dan melahirkan anak. Usai anak lahir, tanggung jawab sang anak ada di pundak suami dan istri. Jika anak menjadi plin-plan, jangan salahkan istri. Sang suami juga punya andil dalam mengajarkan bagaimana caranya memilih.

Intinya tanggung jawab anak ada di pundak suami dan istri. Jika tidak ingin memiliki tanggung jawab itu, jangan memutuskan untuk memiliki anak. Masa depan anak ada pada tangan kedua belah pihak, yakni bagaimana mereka mengasuh dan mengajarinya sejak dini.

5. Seorang ayah yang lari dari tanggung jawab

ilustrasi seorang ayah memarahi anak-anaknya (freepik.com/master1305)
ilustrasi seorang ayah memarahi anak-anaknya (freepik.com/master1305)

Banyak sekali kasus anak terlantar, kasus penganiayaan anak, hingga penjualan anak. Ketika seorang suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga, saat itulah istri dan anaknya sudah kehilangan sosok yang mereka anggap sebagai suami dan ayah itu.

Sebagai seorang ayah maupun suami, semarah apa pun dan seberat apa pun masalah yang sedang dihadapi, tidak seharusnya mereka meninggalkan keluarganya dan melepas tanggung jawab begitu saja. Bahkan jika bercerai pun, sang ayah masih memiliki tanggung jawab terhadap sang anak. 

Itu dia beberapa alasan mengapa Indonesia dapat sebutan 'fatherless' di dunia. Menjadi orangtua memang tidak gampang, apalagi peran ayah dalam keluarga. Karena banyak tanggung jawab yang harus dipikul. Namun, jika sudah memutuskan untuk menjadi ayah, teruslah bertanggung jawab dengan gelar itu hingga akhir hayatmu. Jangan biarkan anakmu yang memiliki ayah, tapi merasa yatim.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us