Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Jangan Sembarangan Mengizinkan Anak Main ke Rumah Teman

ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Polesie Toys)
ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Polesie Toys)
Intinya sih...
  • Orangtua harus tetap mengawasi anak bermain di rumah teman karena bisa merepotkan orangtua teman dan membuat anak mengganggu pemilik rumah
  • Jika tidak bisa menemani, sebaiknya tidak usah mengizinkan anak pergi ke rumah teman agar tidak merepotkan orangtua lain dan memungkinkan anak rewel
  • Anak perlu belajar betah di rumah sendiri untuk mencegah ketergantungan pada teman serta potensi bahaya yang mungkin muncul dari lingkungan terdekat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi banyak orangtua, anak main ke rumah teman sudah dianggap hal biasa. Apalagi di hari libur, rumah teman berdekatan, dan di rumah anak gak punya saudara yang bisa menemaninya bermain. Tentu saja bermain dengan kawan sebaya juga banyak sisi positifnya.

Anak akan lebih mudah beradaptasi dan bersosialisasi. Ia tidak terlalu pemalu yang bisa menghambat prestasinya di sekolah. Anak juga punya kepercayaan diri yang bagus. Akan tetapi, pemberian izin untuk anak bermain di rumah teman harus tetap ketat.

Sedekat apa pun rumah kawannya, jangan sembarangan mengizinkan anak main ke rumah teman. Bisa muncul berbagai masalah tak terduga kalau orangtua suka membiarkan anak di rumah orang lain. Jangan ragu buat melarang anak pergi ke rumah temannya hanya untuk main. Di bawah ini enam alasan yang wajib diperhatikan setiap orangtua.

1. Boleh jadi orangtua temannya sedang repot

ilustrasi bermain bersama (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi bermain bersama (pexels.com/cottonbro studio)

Anak-anak tidak bisa dibiarkan bermain sendirian. Harus tetap ada orang dewasa yang mengawasi dan membimbingnya. Menjaga satu anak saja kadang tak mudah, apalagi kalau ditambah dengan anakmu. Dengan atau tanpa kamu meminta orangtua lain menjaga anakmu, tetap saja bebannya bertambah.

Padahal boleh jadi orangtua kawan anak sedang sibuk di rumah. Jika hanya ada anaknya, ia tak terlalu khawatir. Anaknya pasti sudah terbiasa dengan kesibukan orangtua sehingga bisa bermain sendiri dengan aman serta tenang.

Tapi dengan tambahan anakmu, mau tidak mau pemilik rumah harus lebih memperhatikan mereka. Belum lagi menyiapkan jajanan. Orangtua lain tahu bahwa bila sampai terjadi sesuatu yang buruk pada anakmu selama di rumahnya, mereka yang bakal dimintai pertanggungjawaban. Akibatnya, kesibukannya terbengkalai demi mengawasi anakmu.

2. Kalau kamu gak bisa menemani mending tidak usah

ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Polesie Toys)
ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Polesie Toys)

Menemani di sini artinya kamu bukan sekadar mengantar anak lalu pulang dan nanti menjemput lagi. Dirimu mesti berjaga di rumah orangtua teman anak sampai mereka selesai bermain bersama. Khususnya untuk anak prasekolah. Anakmu belum bisa mengurus diri sendiri dengan baik.

Meski anakmu sudah buang air besar di rumah misalnya, boleh jadi nanti dia kembali ingin BAB. Masa orangtua lain yang mesti membersihkannya? Gak usah bawa-bawa naluri sesama orangtua untuk menolong anak. Tetap tidak pantas anakmu diurus oleh orang yang bukan pengasuhnya padahal kamu sehat-sehat saja.

Itu baru soal buang air besar. Belum kalau anak tidak menyukai jajanan yang disajikan dan menginginkan camilannya yang biasa. Bila kamu tidak ada di dekatnya, anakmu yang rewel benar-benar menjadi PR besar untuk orangtua lain.

3. Jangan sampai anak mengganggu pemilik rumah

ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Polesie Toys)
ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Polesie Toys)

Kamu sudah mewanti-wanti anak supaya tidak nakal dan bermain dengan tenang di rumah orang. Namun, siapa yang dapat menjamin perintahmu akan benar-benar dilaksanakan? Anak yang pada dasarnya sudah aktif bisa kehilangan kendali saat di rumah orang tanpa pengawasanmu.

Ia berteriak-teriak, berlarian ke sana kemari, mengganggu hewan peliharaan teman, dan mengotori rumahnya. Semua perilaku itu jangan dianggap normal lalu kamu mendesak orangtua lain agar dapat bersabar. Gangguan tetap saja gangguan sekalipun pelakunya anak-anak.

Anak yang belum paham betul tentang sopan santun jangan dibiarkan sendirian di rumah orang. Bukan salah pemilik rumah apabila menganggap anakmu sebagai trouble maker. Itu juga menggambarkan caramu dalam mendidiknya di rumah yang masih kurang baik atau belum berhasil.

4. Anak kudu belajar lebih betah di rumah sendiri

ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Vika Glitter)
ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Vika Glitter)

Jika sejak anak kecil sudah terbiasa bermain di rumah teman, bagaimana dengan masa remaja dan dewasanya kelak? Jangan-jangan nantinya dia makin tidak betah di rumah. Kamu kesulitan mengembalikannya ke tengah keluarga. Hubungan orangtua dengan anak tidak dekat dan hanya di permukaan.

Bukan berarti anak sama sekali gak boleh main ke rumah teman. Tapi tidak perlu sering-sering dan sebaiknya ada keperluan lain yang lebih penting. Contohnya, 1 jam buat mereka belajar kelompok dan 1 jam setelahnya untuk bermain bersama.

Sehingga jelas keperluan serta waktunya. Ketika tidak ada agenda belajar kelompok, anak bermain sendiri saja di rumah. Toh, besok dia masih dapat bertemu teman di sekolah. Bermain sendiri di rumah juga bagus untuk melatih kreativitas anak dan mengajarinya cara menikmati kesendirian dengan baik.

5. Bahaya bisa muncul dari orang terdekat

ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi bermain bersama (pexels.com/Ivan Samkov)

Bukannya menuduh orangtua lain pasti akan membahayakan anakmu. Banyak orangtua yang baik dan peduli pada anak orang. Namun, kamu juga jangan menutup mata atas berita-berita kriminal yang menjadikan anak sebagai korbannya. Perhatikan baik-baik.

Sering kali pelaku kejahatan terhadap anak masih orang yang kerap berinteraksi dengannya. Bisa oknum tetangga, pengajar, pengasuh, termasuk tak menutup kemungkinan orangtua temannya. Tentu pelaku bersalah dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Akan tetapi, kamu sebagai orangtua juga keliru jika lalai dalam menjaga anak. Sudah paling benar anak bermain di rumah. Bukan ia lebih sering di rumah orang lain apalagi tanpa diawasi olehmu. Jangan membuka pintu bahaya buat anak dengan dirimu mudah sekali membiarkannya main ke rumah kawan.

6. Lama-lama kamu seperti menyerahkan pengasuhan ke orang lain

ilustrasi menemani anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi menemani anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Coba periksa isi pikiranmu ketika anak bermain di rumah teman. Apakah kamu seketika berpikir ini kesempatan bagus untukmu mengerjakan hal-hal lain di rumah? Dirimu dapat leluasa menyelesaikan tugas rumah tangga bahkan me time sejenak. Pemikiran seperti ini tanda kamu punya niat melepaskan tugas pengasuhan.

Di saat yang sama dirimu menyerahkan tugas itu pada orang lain, yaitu orangtua kawannya. Sebaik apa pun orangtua lain pada anakmu, jangan pernah kamu melepaskan tanggung jawabmu sebagai orangtua. Dirimu gak boleh bersantai-santai atau sibuk sendiri selagi anak di rumah orang.

Walaupun sama-sama punya anak, orangtua lain bukan pengasuh apalagi wali anakmu. Maka jangan memperlakukan mereka seolah-olah kudu bisa menjaga anakmu. Tugas pengasuhan anak ada di pundakmu. Kamu tak boleh sebentar-sebentar menyuruh anak pergi main saja ke rumah temannya setiap dirimu butuh sendirian.

Anak ingin bermain ke rumah teman boleh-boleh saja, namun jangan sembarangan mengizinkan anak main ke rumah teman. Perhatikan frekuensi, durasi, serta kemampuanmu sendiri dalam mendampingi. Ingat bahwa ulah anak kadang sangat tak terduga. Termasuk ketika ia berada di rumah orang. Perilaku anak masih perlu diarahkan secara terus-menerus oleh orangtua.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us