Kapan Sebaiknya Anak Mengikuti Tes Minat Bakat?

- Tes minat dan bakat anak perlu disesuaikan dengan usia, mulai dari tes fingerprint untuk anak usia 1-2 tahun hingga tes psikotes atau kombinasi keduanya untuk anak SMP.
- Orangtua perlu memperhatikan tanda-tanda bahwa anak membutuhkan tes minat dan bakat, seperti ketidakpastian dalam memilih jurusan sekolah atau kurangnya pemahaman tentang diri sendiri.
- Tes minat dan bakat tidak hanya dilakukan sekali seumur hidup, tetapi perlu dilakukan saat anak memasuki jenjang pendidikan baru untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan anak.
Mengetahui bakat dan minat anak merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh orangtua. Pasalnya, bakat dan minat anak memainkan peran penting dalam kehidupannya, mulai dari kecil hingga beranjak dewasa.
Sebagai pendamping utama, orangtua memiliki peran besar dalam membantu anak mengaktualisasi bakat dan minatnya. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah mengikutsertakan anak dalam tes minat bakat. Tes ini membantu mengenali potensi anak sejak dini.
Namun, kapan sebenarnya waktu yang tepat bagi anak untuk mengikuti tes minat bakat? Apakah ada usia ideal yang harus diperhatikan? Simak penjelasan lengkap dari pihak Tes Bakat Indonesia berikut ini!
1. Tidak ada umur ideal karena beda tingkatan usia, beda kebutuhan

Terkait dengan umur ideal, sebenarnya tidak ada patokan pasti anak harus mengikuti tes minat bakat. Namun, orangtua perlu mengetahui bahwa di setiap jenjang umur, kebutuhan tes minat bakat ini memiliki fungsi tersendiri.
"Beda tingkatan usia, beda kebutuhannya. Anak usia 1-2 tahun, misalnya. Untuk usia ini, kita bisa melakukan tes fingerprint untuk mencari tahu apa love language yang berguna untuk menghindari innerchild trauma. Misalnya, kalau ada anggapan anak nangis diemin aja, padahal bisa jadi anak tersebut punya love language physical touch yang butuhnya kalau nangis, ya dipeluk," tutur Monic Christian, Founder dan CEO Tes Bakat Indonesia dalam wawancara tertulisnya bersama IDN Times, Senin (23/12/2024).
Untuk usia yang lebih besar, seperti anak TK atau SD, tes minat bakat memiliki fungsi berbeda. Tes ini dapat membantu orangtua memilih jenis sekolah, kurikulum, les, bahkan mainan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepribadian anak.
"Di atas usia 5 tahun, tes sudah semakin beragam. Anak bisa mengikuti tes fingerprint, psikotes, atau kombinasi keduanya," tambah Monic.
Dilanjutkannya, "Sementara untuk anak di jenjang SMP, pemetaan minat bakat akan lebih spesifik, seperti menentukan mata pelajaran atau bidang studi tertentu yang menjadi kekuatan dan minat anak."
2. Kenali tanda anak membutuhkan minat bakat dari kecil

Selain usia, orangtua juga perlu memperhatikan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak membutuhkan tes minat dan bakat. Pasalnya, keterlambatan dalam mengikuti tes ini dapat menyulitkan anak untuk memahami apa yang mereka sukai dan bidang pekerjaan yang ingin ditekuni di masa depan.
"Kalau untuk SMA, indikator utama adalah ketika anak belum tahu ingin mengambil jurusan apa saat ditanya. Namun, terdapat juga kasus ketika anak tahu apa jurusan yang mau diambil, namun saat diselidiki ternyata anak kurang mengenal diri dan kurang mengenal jurusannya," ujar penulis #AntiSalahJurusan itu.
Menurut Monica, kurangnya pemahaman tentang diri sendiri jadi salah satu sinyal kuat bagi orangtua untuk mempertimbangkan tes minat dan bakat. Ia juga menekankan pentingnya peran orangtua dalam memandu anak, terutama untuk memahami manfaat tes minat dan bakat. Dengan arahan yang tepat, anak dapat lebih percaya diri dalam mengeksplorasi minatnya dan menentukan pilihan hidup yang sesuai dengan bakat dan potensi.
3. Orangtua perlu mengobservasi terlebih dulu bakat anak yang bisa saja timbul sejak dini

Mengetahui minat dan bakat anak secara mendalam adalah langkah penting bagi orangtua untuk membantu anak berkembang dengan optimal. Salah satu cara utama yang bisa dilakukan adalah observasi langsung terhadap aktivitas dan perilaku anak sehari-hari.
"Sebagai orangtua, bisa tahu anak bakatnya di mana, kuncinya adalah dengan observasi. Mom and Dad itu perlu rajin melakukan observasi untuk melihat kemampuan apa yang menonjol. Apakah itu kemampuan sosial atau kemampuan bermain lego, itu nanti orangtua bisa menentukan les yang tepat bagi anak. Misalnya, kalau anak suka bermain lego, mungkin orangtua bisa memasukkan anak ke les coding," saran Monic.
Namun, Monica menegaskan bahwa observasi saja sering kali tidak cukup. Tantangan lain muncul ketika orangtua tidak mampu menghubungkan pola atau benang merah dari minat dan bakat yang ditunjukkan oleh anak. Dalam situasi seperti ini, tes minat dan bakat dapat menjadi alat yang efektif untuk memetakan potensi anak secara lebih terarah dan mendalam.
4. Tidak ada masalah kalau tes minat bakat dilakukan sejak dini, namun ketahui bahaya telat mengikuti tes minat bakat bagi anak

Tes minat dan bakat merupakan alat penting untuk tahu apa yang dibutuhkan dan disukai anak. Namun lagi-lagi, orangtua perlu tahu waktu yang paling tepat dan ideal untuk memberikan gambaran yang cukup jelas.
“Tidak ada masalah jika tes minat bakat dilakukan sejak dini, namun telat melakukannya justru bisa membawa konsekuensi besar,” jelas Monic.
Ditambahkannya, “Misalnya, anak yang terlambat mengikuti tes sering menghadapi kendala saat memilih jurusan kuliah. Ketika pendaftaran sudah ditutup atau ada persyaratan tertentu, seperti portofolio untuk jurusan desain, anak-anak ini menjadi kurang siap karena mereka tidak mengetahui arah bakatnya sejak awal.”
Ia juga menambahkan bahwa memilih waktu yang tepat untuk tes, sangat penting. Pasalnya, jika anak melakukan tes minat bakat terlalu dini, terdapat jenjang karier dan bidang yang mungkin saja baru muncul saat anak dewasa.
“Ambillah tes sesuai usia anak. Kalau terlalu dini, hasilnya mungkin kurang akurat karena anak masih terus berkembang. Bahkan, riset menunjukkan, banyak anak-anak sekarang akan bekerja di bidang yang belum ada saat mereka kuliah," ucapnya.
5. Penting diketahui, tes minat bakat juga perlu dilakukan berulang di setiap jenjang

Bukan hanya dilakukan sekali seumur hidup, tes minat bakat perlu dilakukan saat anak kian beranjak dan memasuki jenjang pendidikan baru. Ini karena di setiap jenjang pendidikan, kebutuhan anak kian mengalami perubahan.
"Menurut saya, perlu dilakukan di setiap perubahan jenjang pendidikan. Misalnya, saat anak sudah TK dan mau ke SD itu, perlu dicek lagi untuk tahu apa ekstrakurikuler dan kurikulum yang cocok. Kalau SD menuju ke SMP itu, berguna untuk tahu cara belajar yang maksimal bagi anak karena masa SMP merupakan transisi besar, yakni ketika anak sudah harus memiliki character building," tandasnya.
Sementara itu, Monica menyoroti bahwa tes minat bakat SMP ke SMA juga gak kalah penting. Pada masa ini, anak sudah perlu dipandu untuk tahu apa jurusan yang ingin ia pelajari di bangku kuliah. Menurutnya, masa SMP jadi titik penting karena di masa inilah anak bisa terhindar dari banyaknya kasus salah jurusan.
Itu dia informasi mengenai tes minat bakat anak yang perlu diketahui orangtua. Semoga informasi dan penjelasan di atas dapat membantu, ya!