Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sebab Logis Anak Gagal Meneruskan Kesuksesan Orangtua

ilustrasi lansia sukses (pexels.com/Darina Belonogova)

Suksesnya orangtua adalah rezeki bagi anak. Demikian pula suksesnya anak menjadi kebanggaan untuk orangtua. Namun kenyataannya, kita kerap menjumpai keadaan yang begitu berbeda antara orangtua dengan anak.

Orangtua dikenal sebagai orang yang sukses dalam karier dan pendidikannya, tetapi nasib anak justru kebalikannya. Kondisi ini terlihat tak masuk akal. Akan tetapi kami punya penjelasan yang logis mengapa anak gagal mengikuti jejak kesuksesan orangtua. Jadikan bahan renungan agar kita tak keliru dalam membesarkan anak sendiri.

1. Anak terlalu dimanjakan sehingga sampai besar masih bergantung pada orangtua

ilustrasi pria bersantai (pexels.com/Ron Lach)

Kesuksesan orangtua seharusnya bukan cuma buat dinikmati oleh anak. Namun orangtua juga wajib mengajari anak tentang proses dan kiat-kiat meraih kesuksesan. Jangan sampai anak tahunya cuma menyantap hidangan yang tersaji di meja makan, tanpa mengerti asal makanan itu dan proses pembuatannya.

Suatu saat tak ada makanan tersaji di meja makan dan anak lapar, dia juga menjadi tidak tahu cara mengenyangkan perutnya. Sikap memanjakan anak oleh orangtua yang sukses ibarat menggali lubang kubur untuk anak itu sendiri.

2. Anak tidak diberi kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri

ilustrasi pria muda (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Meski orangtua memiliki banyak harapan pada anak serta usaha yang perlu diteruskan selepas mereka meninggal dunia, jangan menutup kesempatan anak buat menjadi dirinya sendiri. Sebab boleh jadi, anak kurang berbakat dan berminat di bidang yang digeluti orangtua.

Dia punya ketertarikan serta kemampuannya sendiri. Inilah yang perlu didukung dan diasah sampai maksimal. Bukan memaksa anak agar sebatas melanjutkan pekerjaan orangtua. Nanti anak selamanya berada di bawah bayang-bayang orangtua.

3. Kesibukan membuat orangtua tak sempat mendidik anak secara langsung

ilustrasi pria muda (pexels.com/cottonbro)

Sekalipun orangtua mampu menyekolahkan anak di sekolah atau kampus terbaik, ini tak seharusnya menghapus tanggung jawab orangtua dalam pendidikannya. Di rumah, anak tetap memerlukan pengarahan langsung dari orangtua mengenai cara menjalani hidup, meraih mimpi, kerja keras, dan sebagainya.

Jika orangtua hanya mengandalkan pendidikan formal, terlalu banyak hal penting yang tak akan diperoleh anak. Inilah urgensinya mengelola kesibukan. Sehab meski dari kesibukan itu orangtua mencapai kesuksesan, jangan sampai kegagalan anak di kehidupan masa dewasanya menjadi akhir yang tragis dalam keluarga kita.

4. Berebut harta peninggalan setelah orangtua wafat

ilustrasi pertengkaran (pexels.com/RODNAE Productions)

Ketika orangtua masih hidup, semuanya terasa baik-baik saja. Anak-anak berada dalam kendali orangtua. Namun begitu orangtua berpulang dan meninggalkan banyak harta yang belum terbagi dengan baik, kehancuran keluarga bisa jadi sudah di depan mata.

Apalagi dengan sifat anak-anak yang egois serta materialistis. Berbagai formula pembagian warisan selalu dianggap tak adil. Yang adil hanyalah yang sesuai dengan kehendak masing-masing. Bukannya mengikuti jejak kesuksesan orangtua, mereka malah mengubur jejak itu dengan keributan-keributan yang menjadi tontonan orang.

5. Nyaman dengan nama besar orangtua, lupa membesarkan namanya sendiri

ilustrasi bayangan orangtua (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sehebat apa pun nama orangtua di tengah masyarakat, anak tak bisa selamanya berlindung di baliknya. Cepat atau lambat, anak harus tampil tanpa embel-embel nama orangtua. Apalagi setelah orangtua meninggal dunia.

Orang-orang yang dahulu menaruh hormat pada orangtua tak secara otomatis akan menghormati anak-anaknya. Semua kembali pada anak-anak itu sendiri, bisa atau tidak mereka menunjukkan kiprahnya yang penting untuk orang banyak serta sikap yang baik.

Jika kita di posisi orangtua yang memiliki karier bagus, jangan lupa akan pentingnya membimbing anak secara langsung sejak dini. Mumpung saat ini ia masih kecil dan mudah untuk dididik. Begitu pun apabila kita di posisi anak dengan orangtua yang sukses.

Kesuksesan mereka hendaknya tak membuat kita terlena. Kita harus membangun kesuksesan kita sendiri. Bukan cuma mendompleng nama besar orangtua. Baik di bidang yang sama maupun berbeda dari yang ditekuni orangtua selama puluhan tahun, keberhasilan kita tetaplah penting.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us