Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Alasan yang Bikin Orang Merasa Takut Hidup Hemat, Relate?

ilustrasi uang tunai (pexels.com/Karolina Grabowska)

Orang-orang yang bijaksana selalu merekomendasikan untuk menjalani hidup hemat. Tujuannya tentu agar tidak menghamburkan uang untuk sesuatu yang tidak terlalu penting. Dengan begini, ada lebih banyak anggaran yang akhirnya bisa masuk ke dalam rekening tabungan dan membuat masa depan semakin terjamin.

Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa berusaha untuk berhemat juga tidak semudah membalik telapak tangan. Ada berbagai bayangan “mengerikan” yang terlintas di benak banyak orang saat punya rencana untuk mengelola uang secara lebih bijaksana dengan menekan pengeluaran.

Lantas, hal apa saja sih yang sering bikin orang-orang merasa takut untuk hidup hemat? Simak jawabannya dalam rangkuman berikut ini, yuk!

1.Takut kelaparan

ilustrasi seorang perempuan yang merasa sakit perut (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sebagian orang merasa jatah makan harus dikurangi secara drastis bila ingin menghemat pengeluaran. Makan cukup sekali atau dua kali sehari dan tidak boleh membeli makanan ringan. Akibatnya, perut jadi mudah  lapar dan terhambat melakukan berbagai aktivitas. Kalau keadaan ini terus dibiarkan terjadi, maka tidak heran bila akhirnya malah jatuh sakit dan tidak berminat untuk hidup hemat karena takut merasa kelaparan lagi.

Perlu dipahami bahwa berhemat tidak sama dengan mengurangi porsi makan. Kamu tetap dapat makan sesuai kebutuhan, hanya saja mungkin memerlukan beberapa penyesuaian, seperti yang tadinya sering beli di warung atau restoran, kini digantikan dengan lebih rajin memasak. Dengan begini, biaya yang dikeluarkan untuk mengisi perut bisa dikurangi.

2.Khawatir akan hidup sengsara

ilustrasi seseorang yang sedang stres (pexels.com/Andrew Neel)

Ada semacam keraguan saat seseorang hendak menerapkan gaya hidup hemat, yaitu khawatir tidak bisa lagi menikmati segala macam hal-hal yang menyenangkan, seperti liburan, belanja, atau sekadar nongkrong di kafe. Ketika semua itu terhambat, maka hidup jadi sengsara.

Tentu saja mindset seperti ini akan menimbulkan stres, bahkan sebelum mencoba untuk belajar mengatur keuangan. Pola pikir semacam ini kurang tepat. Hidup hemat pun tetap membuka peluang untuk melakukan hal-hal yang disenangi. Bedanya, anggaran untuk hal-hal yang sifatnya hiburan itu kini lebih diperketat. Konsekuensinya, frekuensi untuk mengerjakan sesuatu yang kurang penting jadi berkurang atau ditunda sampai dananya terkumpul kembali.

3.Pesimis bahwa tujuan berhemat tidak tercapai

ilustrasi seseorang yang merasa kesal (pexels.com/Polina Zimmerman)

Upaya berhemat ini terkadang juga dilakukan oleh mereka yang niatnya masih setengah-setengah. Ada semacam rasa yakin bahwa usahanya kelak akan gagal, tetapi penasaran bila tidak melakukan tantangan tersebut. Pesimisme semacam ini biasanya hanya akan menyebabkan hidup lebih sulit, serta tujuan yang dikehendaki tidak dapat dicapai.

Berlatih hidup hemat dengan menetapkan goal tertentu memang sah-sah saja. Namun, kamu juga harus punya komitmen yang kuat untuk hanya menggunakan uang sejumlah anggaran yang ditetapkan.

Kalau masih mencuri-curi kesempatan untuk mengambil uang lebih, maka sampai kapan pun, tujuan itu pasti tidak akan pernah terwujud. Jika sudah begini, tentu yang rugi adalah sendiri sendiri, bukan begitu?

Berhemat bukan berarti melarang seseorang untuk makan enak, berbelanja, atau bersenang-senang. Poin pentingnya adalah mengelola keuangan dengan lebih rinci dan mau berkomitmen untuk menggunakan sesuai kebutuhan yang telah diatur.

Jika memungkinkan, mencari alternatif lain yang bantu menekan pengeluaran tanpa mengurangi kualitas sangat direkomendasikan. Dengan begini, hidup hemat tidak jadi siksaan lagi, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ratna Kurnia Ramadhani
EditorRatna Kurnia Ramadhani
Follow Us