Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Pelajaran Berharga dari Novel Funiculi Funicula 2 

Ilustrasi cara bijak memilih(Pexel.com/Pavel Danilyuk)

Kisah kafe tua unik, novel Funiculi Funicula, yang memiliki kemampuan untuk mengantar pengunjungnya melintasi waktu, berlanjut di novel ini. Dengan judul lengkap Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap, Toshikazu Kawaguchi mengajak pembaca untuk mendalami kisah-kisah hangat dan mengharukan dari orang-orang yang berusaha melintasi waktu demi bertemu dengan orang-orang yang mereka cintai. 

Para pengunjung rela mematuhi peraturan yang merepotkan, dengan harapan bisa memutar waktu kembali ke saat di mana orang yang mereka cintai masih ada di hadapan mereka. Setiap perjalanan mereka yang melintasi waktu dari kafe Funiculi Funicula menyimpan banyak pelajaran hidup berharga. Berikut adalah beberapa di antaranya.

1. Jangan berbohong

ilustrasi orang sedang sedih dan gelisah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

“Ada banyak alasan orang berbohong. Ada kebohongan yang dimaksudkan untuk membuat diri tampak lebih baik, ada pula yang dimaksudkan untuk memperdaya orang lain. Kebohongan dapat melukai hati, tetapi juga bisa menyelamatkan. Namun, kebanyakan orang menyesali kebohongan mereka.” — Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap, halaman 7

Kebohongan menyiksa siapa pun yang melakukannya. Ia menghantui dengan perasaan bersalah, kekhawatiran, dan ketakutan, serta merampas kebahagiaan. Satu kebohongan sering kali mengundang kebohongan lainnya. Jadi, demi kehidupan yang lebih sehat dan bahagia, hindari berbohong, apapun alasannya.

2. Cinta seorang ibu adalah cinta yang paling tulus

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Kamshotthat)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Kamshotthat)

“Seorang ibu selalu mendoakan kebahagiaan anaknya, selalu menuangkan kasih sayang, tanpa mengharapkan balasan.” — Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap, halaman 115

Kasih sayang seorang ibu untuk anaknya adalah kasih sayang tulus sepanjang masa. Cinta ibu tidak mengenal batas dan tanpa kadaluwarsa. Ia sosok yang sangat mulia, yang selalu mengutamakan kebahagiaan anaknya, tidak pernah berhenti mendoakan segala hal-hal baik untuk anaknya. 

3. Dunia tidak berubah, yang berubah adalah dirimu

ilustrasi orang bahagia (pexels.com/PNW Production)

“Dunia tidak berubah. Akulah yang berubah…” — Funiculi Funicula:Kisah-Kisah yang Baru Terungkap, halaman 117

Dunia tetap sama, baik dulu, sekarang, maupun di masa depan. Yang berubah adalah dirimu sendiri—cara kamu memandang, merasakan, dan menyikapi segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu. Dunia akan terasa indah jika kamu melihatnya dengan sudut pandang yang positif; sebaliknya, dunia akan terasa kejam jika kamu melihatnya dengan sudut pandang negatif. 

Selalu buka matamu, buka hatimu, agar kamu bisa merasakan cahaya yang menyinari setiap langkah dalam hidupmu. Pastikan setiap perubahan dalam dirimu mampu membawamu ke dunia di mana cahaya itu selalu ada, menerangi harapanmu, mendorongmu untuk terus tumbuh dan berkembang, dan menjauhkanmu dari keputusasaan serta ketidakbahagiaan.

4. Setiap orang berhak berbahagia

ilustrasi orang tersenyum (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

“Aku… boleh berbahagia?” — Funiculi Funicula:Kisah-Kisah yang Baru Terungkap, halaman 198

Tentu saja, setiap orang di dunia ini, tanpa terkecuali, berhak merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Kamu sangat berhak merasa bahagia, sekarang dan seterusnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk bisa berdamai dengan dirimu sendiri, menerima keadaan saat ini dan melepaskan beban masa lalu. Cobalah untuk memaafkan dirimu sendiri, serta orang lain yang pernah melukaimu, dan izinkan dirimu merasakan kebahagiaan.

Peraturan di kafe Funiculi Funicula menyatakan bahwa meskipun seseorang bisa melintasi waktu, apa pun yang mereka lakukan di masa yang mereka datangi, tidak akan mengubah masa kini. Mereka yang kembali dari perjalanan tersebut memang tidak mengubah apa pun yang ada di masa kini, namun diri merekalah yang berubah. Semangat dan harapan yang sempat padam kembali menyala dalam hati mereka. Perasaan ini juga bisa kamu rasakan saat membaca kisah mereka dalam novel Funiculi Funicula 2.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Milla
EditorMilla
Follow Us